Menu

Mode Gelap
Menyoal Rencana BNPT Kontrol Rumah Ibadah Tiga Pesan Penting Ketua PP Muhammadiyah Untuk Ribuan Mahasiswa Baru UM Bandung Universitas Muhammadiyah Bandung Kukuhkan 1.700 Mahasiswa Baru Generasi Muda Harus Mencontoh KH Ahmad Dahlan dan Jadi Solusi Atas Masalah Tips Kuliah dan Ngampus Menyenangkan Bagi Mahasiswa Baru

Muhammadiyah or id WIB

Kontekstual Sebagai Kunci Islam Berkemajuan, Perempuan Punya Ruang Berkiprah Luas di Muhammadiyah


 Kontekstual Sebagai Kunci Islam Berkemajuan, Perempuan Punya Ruang Berkiprah Luas di Muhammadiyah Perbesar

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA – Sejak berdiri pada 1912, Persyarikatan Muhammadiyah senantiasa bergerak mengamalkan visi Rahmatan lil-‘alamin dengan menghadirkan kemanfaatan luas di berbagai bidang amal usaha.

Tidak hanya menghadirkan kemanfaatan, Muhammadiyah berusaha memajukan kehidupan bangsa yang saat itu serba terbelakang baik di bidang sosial, agama, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.

Uniknya, dalam pergerakannya itu Muhammadiyah melawan tabu dengan memberi ruang seluas-luasnya bagi perempuan Islam untuk berkiprah. Organisasi perempuan ‘Aisyiyah didirikan sebagai pelaksana Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).

“Organisasi ini peduli pada kebutuhan masyarakat, dengan tema kerjanya mengharapkan, membina, membentuk masyarakat yang bahagia secara total. Artinya segenap aspek kehidupan fi-dunya wal akhirah. Hidup saat ini dan yang akan datang,” jelas Prof. Dr. Siti Chamamah Soeratno, M.A.

Dalam forum Seminar Pra Muktamar di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), Kamis (14/4) dirinya mengungkapkan bahwa pergerakan Muhammadiyah dalam setiap masa itu selalu membawa ciri tajdid dan Islam Berkemajuan, yakni memahami konteks zaman dalam memberikan jawaban dan solusi yang sesuai dengan zamannya.

“Maka Muhammadiyah bisa berlangsung terus sampai kapan pun karena mengikuti apa yang menjadi kebutuhan masyarakat. Pertama, mengajak berbuat baik, menciptakan hidup bahagia. Karena masyarakat berubah, tuntutannya pun berubah sehingga perlu tajdid, pembaruan, memperbarui setiap kebutuhan,” jelas Chamamah.

Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah periode 2000–2005 dan 2005–2010 itu lantas menyebut bahwa posisi perempuan di dalam Persyarikatan tidak berbeda dengan posisi laki-laki. Yaitu sama-sama mengemban misi rahmatan lil-‘alamin melalui corak tajdid.

“Kuncinya satu. Kalau kita bicara perempuan berkemajuan, itu sudah jadi label, esensi dan hakikat kalau kita melihat perempuan Muhammadiyah,” tuturnya.

“Apa yang wujud dari kegiatannya itulah Persyarikatan Muhammadiyah, bukan sekadar pemeluknya atau ditanya jumlah anggotanya  berapa, tapi apa yang menjadi proses kegiatannya, apa yang menjadi prinsip hidupnya untuk melaksanakan kegiatannya itu sehingga bisa diikuti, bisa mewujud, bisa dipersepsi dan bisa diapresiasi oleh masyarakat luas, tidak hanya oleh bangsanya sendiri tapi juga masyarakat di luar negeri sehingga Muhammadiyah jadi (organisasi untuk berkhidmat) yang terbesar di dunia,” tegas Chamamah. (afn)

klik sumber berita ini

Artikel ini telah dibaca 27 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Agus Taufiqurrahman Ungkap Tiga Langkah Sederhana Internasionalisasi Muhammadiyah

21 September 2023 - 14:07 WIB

Pesan Persatuan dari Abdul Mu’ti kepada 25.000 KOKAM Menjelang Pemilu 2024

20 September 2023 - 21:59 WIB

Indonesia Darurat Judi Online: Penelitian Mengungkap Aktivitas Serius di Media Sosial

20 September 2023 - 09:15 WIB

MLH Didorong Bentuk Tim Khusus Membina Kesadaran Lingkungan di Masyarakat Akar Rumput

19 September 2023 - 16:14 WIB

Soroti Kejahatan Lingkungan, Ketua PP Muhammadiyah Singgung Konsesi SDA dan Nasionalisme

19 September 2023 - 13:52 WIB

Pantik Semangat, Nadiem Makarim: Sepuluh Tahun Lagi Mahasiswa UNISA Akan Menjadi Pemimpin Indonesia

18 September 2023 - 18:28 WIB

Trending di Muhammadiyah or id