Menu

Mode Gelap
Peran Perguruan Tinggi Tingkatkan Skill Mahasiswa, Begini Tanggapan Wamen Ketenagakerjaan 6 Langkah Strategi Sukses Pemasaran Produk Eiger Adventure yang Kudu Diteladani UMKM Menyoal Rencana BNPT Kontrol Rumah Ibadah Tiga Pesan Penting Ketua PP Muhammadiyah Untuk Ribuan Mahasiswa Baru UM Bandung Universitas Muhammadiyah Bandung Kukuhkan 1.700 Mahasiswa Baru

Muhammadiyah or id WIB

Sejarah ‘Aisyiyah Dapat Menjadi Sumber Pengetahuan Dunia yang Potensial Tentang Kesetaraan Gender


 Sejarah ‘Aisyiyah Dapat Menjadi Sumber Pengetahuan Dunia yang Potensial Tentang Kesetaraan Gender Perbesar

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA — Kontribusi gerakan perempuan tidak pernah absen di setiap babak sejarah Indonesia. Menurut Kurniawati Hastuti Dewi, Peneliti Pusat Penelitian Politik BRIN di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah pada (14/4) menyebut bahwa gerakan perempuan sudah ada sejak era kolonial.

Di era itu, tersebut nama Kiai Ahmad Dahlan dan istri, Siti Walidah seorang alim yang memiliki perhatian terhadap kesetaraan pendidikan bagi kaum perempuan. Mereka kemudian pada tahun 1914 mendirikan perkumpulan perempuan yang diberi nama Sopo Tresno, sebagai cikal bakal ‘Aisyiyah.

“Ada Kiai Ahmad Dahlan dan Siti Walidah yang mengumpulkan para perempuan untuk memperoleh pendidikan waktu itu Sopo Tresno, kemudian menjadi ‘Aisyiyah pada tahun 1917,” tuturnya.

Dalam penelitian yang dilakukannya, Kurniawati menemukan fakta yang luar biasa di mana Kongres Perempuan I yang di mana pada waktu itu di salah pidato menyampaikan tentang hak politik perempuan Indonesia, baik itu hak memilih dan dipilih.

Sejarah kontribusi gerakan perempuan Indonesia dalam peletakan dasar politik tidak hanya berguna bagi Indonesia saja. Dalam pengamatannya, kontribusi gerakan perempuan Indonesia dalam peletakan dasar politik potensial menjadi warisan ingatan dunia dalam kesetaraan gender dari UNESCO.

Dia menyebut, dokumen-dokumen Kongres Perempuan I, II, III, dan IV termasuk surat-surat yang ditulis oleh R.A. Kartini potensial menjadi bagian dari Gender Equality Marker by UNESCO. Dokumen-dokumen tersebut menjadi sumber pengetahuan dunia sampai sekarang.

Menurutnya, sejarah Muhammadiyah – ‘Aisyiyah terkait dengan isu kesetaraan juga tidak kalah menarik dan potensial untuk menjadi warisan pengetahuan dunia.

Oleh karena itu dirinya mendorong penggiat sejarah Gerakan Perempuan Islam di Muhammadiyah – ‘Aisyiyah untuk mentransliterasi dokumen-dokumen sejarah agar dunia juga mengetahui perjuangan Muhammadiyah – ‘Aisyiyah.

“Para penggiat sejarah perjalanan Muhammadiyah – ‘Aisyiyah untuk mentranslate buku ‘Aisyiyah, sejarah-sejarahnya masa lalu barangkali itu bisa menjadi sumber pengetahuan dunia yang potensial,” ungkapnya.

klik sumber berita ini

Artikel ini telah dibaca 37 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Pimpinan Pusat Muhammadiyah Terima Rombongan Asosiasi Muhammadiyah Singapura

22 September 2023 - 10:31 WIB

Agus Taufiqurrahman Ungkap Tiga Langkah Sederhana Internasionalisasi Muhammadiyah

21 September 2023 - 14:07 WIB

Pesan Persatuan dari Abdul Mu’ti kepada 25.000 KOKAM Menjelang Pemilu 2024

20 September 2023 - 21:59 WIB

Indonesia Darurat Judi Online: Penelitian Mengungkap Aktivitas Serius di Media Sosial

20 September 2023 - 09:15 WIB

MLH Didorong Bentuk Tim Khusus Membina Kesadaran Lingkungan di Masyarakat Akar Rumput

19 September 2023 - 16:14 WIB

Soroti Kejahatan Lingkungan, Ketua PP Muhammadiyah Singgung Konsesi SDA dan Nasionalisme

19 September 2023 - 13:52 WIB

Trending di Muhammadiyah or id