Haedar Nashir Ungkap Pentingnya Memperkuat Ideologi Persyarikatan

MUHAMMADIYAH.OR.ID, YOGYAKARTA—Setelah menjelaskan tentang ragam ideologi yang menjadi tantangan pada abad kedua, Haedar Nashir menjelaskan tentang ideologi Muhammadiyah.

Dalam menghadapi tantangan tersebut maupun untuk kelangsungan di masa depan sesuai misi dan cita-citanya, Muhammadiyah tidak cukup hanya mengandalkan usaha-usaha pragmatis belaka tanpa berpijak pada prinsip-prinsip gerakannya yang bersifat ideologis.

Menurut Haedar, solusi dari adanya tantangan ideologi tersebut meliputi: pertama, penguatan pemahaman Islam Berkemajuan. Ciri utama ideologi Islam Berkemajuan adalah kembali kepada Al Quran dan Al Sunah yang watak dan orientasi gerakannya lebih lentur dengan dinamika zaman. Manifesto Islam yang Berkemajuan inilah yang harus menjadi isu utama sekaligus bingkai, acuan, dan orientasi gerakan Muhammadiyah pada era baru abad kedua.

Kedua, memahami Islam dan kehidupan dengan pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Menurut Haedar, dalam memahami Islam dan juga kehidupan secara umum harus secara seksama lebih menekankan pendekatan bayani (harfiah-tekstual), burhani (rasional-kontekstual), dan irfani (intuitif-spiritual) secara seimbang.

“Kader Muhammadiyah lulusan manapun, baik dari Barat atau Timur Tengah, memahami Islam dan kehidupan tetap saja harus dengan tiga pendekatan ini yakni bayani, burhani, dan irfani,” ucap Ketua Umum PP Muhammadiyah ini dalam acara Baitul Arqam pada Ahad (17/04).

Ketiga, identitas kemuhammadiyahan. Menurut Haedar, ciri utama orang Muhammadiyah itu tengahan (moderat, wasithiyyah) sekaligus berwatak kemajuan, dengan tetap istiqamah dalam prinsip-prinsip Islam yang diyakini, dipahami, dan diamalkan sebagai identitas gerakan.

Selain itu, mereka juga bersikap rasional dalam melihat persoalan, memiliki mobilitas tinggi, serta mudah menyesuaikan dengan lingkungan baru.

“Kalau ada penelitian, saya pikir ciri-ciri orang Muhammadiyah itu nanti akan ketahuan: sifatnya tengahan, mengedepankan rasionalitas, selalu menghargai sistem dan hukum. Juga orang-orang Muhammadiyah ini suka bekerja dan bersahaja,” ujar Haedar.

Keempat, pentingnya perkaderan. Dalam upaya revitalisasi ideologi, penting sekali menyelenggarakan secara intensif program-program perkaderan seperti Darul Arqam, Baitul Arqam dan sebagainya di setiap lini Persyarikatan.

Kelima, sosialisasi dan membangun kekuatan komunitas sebagai basis gerakan. Menurut Haedar, ideologi bukan sekadar pemikiran tetapi juga sistem perjuangan untuk mewujudkan pemikiran tersebut dalam kehidupan. Salah satunya dengan membentuk komunitas gerakan dengan pendekatan sosio-antropologis. Misalnya, memfasilitasi warga masyarakat dengan dakwah yang mencerahkan dan menyentuh masalah-masalah nyata yang mereka hadapi.

“Percayalah gelombang dakwah yang bersifat mencerahkan akan menjadi arus kuat ke depan jika kita bikin dan kita rancang bangun dengan sistem yang bagus,” tegas Haedar.

klik sumber berita ini

0 Reviews

Write a Review

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Vinkmag ad

Read Previous

Ada Cafe Buka 24 Jam, DPRD Medan Minta Pemkot Tertibkan

Read Next

Kolom Dr. Masri Sitanggang : Anak Cucu PKI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Most Popular