Menu

Mode Gelap
Tiga Pesan Penting Ketua PP Muhammadiyah Untuk Ribuan Mahasiswa Baru UM Bandung Universitas Muhammadiyah Bandung Kukuhkan 1.700 Mahasiswa Baru Generasi Muda Harus Mencontoh KH Ahmad Dahlan dan Jadi Solusi Atas Masalah Tips Kuliah dan Ngampus Menyenangkan Bagi Mahasiswa Baru Tim Mahasiswa Akuntansi UM Bandung Raih Juara 2 National Accounting Paper Competition

Muhammadiyah or id WIB

Terjadi Kesenjangan Antara Idealita UUD ’45 dengan Realitas Rakyat Indonesia


 Terjadi Kesenjangan Antara Idealita UUD ’45 dengan Realitas Rakyat Indonesia Perbesar

MUHAMMADIYAH.OR.ID, SAMARINDA—Merujuk mukadimah UUD ’45, Ketua PP Muhammadiyah Bidang Ekonomi, Anwar Abbas menyebut bahwa berdirinya Negara Indonesia bertugas untuk melindungi rakyat, mensejahterakannya, mencerdaskan, dan secara aktif berkontribusi menciptakan ketertiban dunia.

Cita-cita luhur tersebut telah diemban dan berusaha dijalankan oleh Indonesia sejak tahun 1945, akan tetapi antara idealita dan realitas menurut Abbas terasa dan tampak masih ada kesenjangan.

“Kita ingin bangsa kita menjadi bangsa yang beragama, kita ingin bangsa kita yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, kita ingin bangsa kita menjadi bangsa yang menjunjung persatuan dan kesatuan, kita ingin bangsa kita bangsa yang mengedepankan musyawarah dan mufakat, kita ingin negeri kita adil – keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.

“Tetapi pesan-pesan itu, tugas-tugas itu tampaknya belum bisa kita laksanakan dengan baik, apalagi dengan sebaik-baiknya”. Imbuhnya di acara Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah – ‘Aisyiyah ke-48 di UMKT pada, Kamis (21/4) secara hybrid.

Terlebih dalam bidang ekonomi, di mana seharusnya kekayaan Indonesia yang dikandung di bumi, di atas bumi, dan di udara diperuntukkan seluas-luasnya untuk rakyat. Hal itu dimaksudkan agar rakyat Indonesia sejahtera, akan tetapi melihat realitas yang ada sekarang ini menjadi sebuah ironi.

“Tetapi undang-undang dan kebijakan yang kita buat itu nampaknya ketika diimplementasikan dia lebih berpihak dan bias kepada kelompok rakyat yang ada di lapis atas, dan tengah. Dan kurang berpihak pada kelompok rakyat di lapis bawah,” ungkapnya.

Padahal, sambung Abbas, jika dilihat secara kuantitatif jumlah masyarakat lapis atas dan tengah jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok masyarakat lapis bawah. Meski telah disebut dengan jelas dalam UUD ’45, namun kenyataannya masih jauh panggang dari api. Menurutnya, perhatian sudah diberikan oleh negara, tapi amat sangat sedikit perhatian tersebut.

“Pada kenyataannya dan yang kita rasakan, bahwa yang berdaulat di negeri kita hari ini bukanlah rakyat, tetapi yang ada adalah penguasa. Jadi semestinya kedaulatan itu di tangan rakyat. Bahkan yang lebih mengenaskan lagi yang berdaulat itu bukan hanya penguasa, tapi juga pengusaha,” ungkapnya.

Abbas khawatir ‘perselingkuhan’ antara penguasa dan pengusaha akan menyebabkan pelaksanaan tugas dan fungsi pemimpin tidak bisa dilaksanakan sebaik-baiknya. Oleh karena itu ia berpesan kepada pemangku kebijakan supaya peraturan turunan dari UUD ’45 harus disesuaikan dengan ruhnya UUD ’45. 



klik sumber berita ini

Artikel ini telah dibaca 23 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Agus Taufiqurrahman Ungkap Tiga Langkah Sederhana Internasionalisasi Muhammadiyah

21 September 2023 - 14:07 WIB

Pesan Persatuan dari Abdul Mu’ti kepada 25.000 KOKAM Menjelang Pemilu 2024

20 September 2023 - 21:59 WIB

Indonesia Darurat Judi Online: Penelitian Mengungkap Aktivitas Serius di Media Sosial

20 September 2023 - 09:15 WIB

MLH Didorong Bentuk Tim Khusus Membina Kesadaran Lingkungan di Masyarakat Akar Rumput

19 September 2023 - 16:14 WIB

Soroti Kejahatan Lingkungan, Ketua PP Muhammadiyah Singgung Konsesi SDA dan Nasionalisme

19 September 2023 - 13:52 WIB

Pantik Semangat, Nadiem Makarim: Sepuluh Tahun Lagi Mahasiswa UNISA Akan Menjadi Pemimpin Indonesia

18 September 2023 - 18:28 WIB

Trending di Muhammadiyah or id