Menu

Mode Gelap
Tim PPK Ormawa Hima PAI UM Bandung Menuju Abdidaya Nasional 2023 Unisa Bandung Jadi Tuan Rumah Munas Aslama PTMA Rumah Sakit Muhammadiyah Jangan Merasa Aman di Zona Nyaman UM Bandung dan IPG Kampus Perlis Lakukan Pertemuan Kerja Sama, Salah Satunya Soal Penelitian Agar Siap Terjun ke Masyarakat, Mahasiswa PAI UM Bandung Dibekali Ilmu dan Tata Cara Pemulasaraan Jenazah

Muhammadiyah News Network WIB

Kembali pada Allah Kunci Kesehatan Mental, Pesan dr Agus Ali Fauzi | PWMU.CO


 Kembali pada Allah Kunci Kesehatan Mental, Pesan dr Agus Ali Fauzi | PWMU.CO Perbesar

Kembali pada Allah
Dokter Agus Ali Fauzi ceramah kesehatan kepada murid Smamda Surabaya. (Fibrina/PWMU.CO)

PWMU.CO– Kembali pada Allah, solusi terpenting demi baiknya kesehatan mental manusia. Begitu saran dr Agus Ali Fauzi dalam Kajian Ramadan Ibadah dan Kesehatan Jiwa di Masjid Nurul Ilmi SMA Muhamamdiyah 2 Pucang Surabaya, Rabu (27/4/2022).

Dokter H Agus Ali Fauzi PGD Pall Med (ECU) dalam ceramahnya di Smamda Surabaya mengatakan, ternyata ada banyak hal medis yang mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh, pola pikir ternyata bisa memengaruhi kesehatan tubuh. Rasa bahagia dan berpikir positif, permasalahan secara medis bisa diatasi tanpa harus bersusah payah mengobati.

Kepala Paliatif RSUD Dr Sutomo itu mengungkapkan isu kesehatan mental meningkat apalagi sejak pandemi berlangsung cukup lama.

”Hancur-hancuran mental di seluruh dunia dampak pandemi. Kembali pada Allah. Semua urusan dunia kembali pada Allah pasti selesai. Allah itu cinta pada kita semua. Allah pasti akan membantu pada orang-orang yang meminta pertolongan,” kata dokter alumnus FK Unair ini.

Tips Sehat di Masa Pandemi

Dokter Agus membagikan tips menjaga kesehatan di masa pandemi. Pertama, bersyukur. ”Bersyukur merupakan ibadah pada Allah swt. Selalu bersyukur juga membuat kita menjadi seorang muslim yang selalu berpikir positif pada Allah swt,” katanya.

Rasa syukur tidak hanya diucapkan dari lisan saja, katanya, perlu dirasakan oleh hati dengan tulus dan ikhlas. Dengan bersyukur seseorang mudah bahagia, karena mudah merasa senang oleh apapun yang terjadi walaupun dengan hal sederhana.

Kedua, perasaan aman. Menurutnya, banyak keputusan yang dibuat seseorang secara sadar maupun tidak bisa memengaruhi perasaan aman dalam dirinya.

”Bagi beberapa orang, perasaan aman ini berarti memiliki pekerjaan yang stabil dan menyenangkan, dengan pemasukan yang baik. Bagi orang lain, perasaan aman mungkin merupakan sesuatu yang melibatkan keamanan emosional, misalnya mengembangkan rasa percaya dalam sebuah hubungan, atau merasa nyaman akan diri sendiri,” ujarnya.

Ketiga, mengelola stres. ”Stres ini merupakan perasaan yang wajar dialami seseorang dalam kehidupannya sehari-hari,” ungkapnya.

Menurut dr Agus, di masa pandemi seperti sekarang ini, ada banyak hal yang bisa membuat stres. Mulai dari masalah ekonomi, kesehatan, hubungan dengan pasangan yang sedang terganggu, anak-anak yang sulit diatur, hingga kejenuhan karena harus berada di rumah saja juga bisa membuat stres.

Karena itu pentingnya manusia bisa membatasi pikiran-pikiran yang mengganggu keseharian. Tak lain tak bukan, untuk menghindarkan diri dari tingkat stres.

Keempat, happy. Ia mengingatkan, setiap orang berhak dan harus bahagia. Perasaan bahagia jika tidak kita tempatkan pada posisi penting akan kembali lagi ke poin sebelumnya yaitu stres.

”Bahagia adalah kondisi emosi dengan karakter rasa senang, penuh syukur, dan puas. Hal ini memang bisa berbeda antara satu orang dan lainnya. Namun, benang merahnya ada pada kepuasan terhadap hidup,” ucapnya.

Menurut dia, salah satu faktor bahagia yakni menjadi pribadi yang kreatif, inovatif, produktif (KIP).

Totalitas karena Allah

Siswa-siswi Smamda di kelas 1 dan 2, diminta harus punya mental sukses. ”Adik-adik setelah pandemi dan Ramadhan ini harus menjadi pribadi yang lebih sukses. Jangan mengeluh, jangan minder, harus fight ke depan,” pesannya.

Dijelaskan, puasa bisa sebagai media untuk makin memotivasi dan meningkatkan kualitas diri dengan bersabar. Saat kita berpuasa, terjadi hubungan yang lebih dekat antara kita dengan Allah karena hanya kita dan Allah yang tahu apa yang kita lakukan.

Saat berpuasa, latihan totalitas karena Allah. ”Ada harta milik sendiri, makanan dan minuman milik sendiri, tapi kita meninggalkan nafsu, makan, dan minum karena Allah. Kalau yang halal saja bisa kita tinggalkan, apalagi yang haram,” pungkasnya.

Penulis Fibrina Aquatika  Editor Sugeng Purwanto

sumber berita by [pwmu.co]

Artikel ini telah dibaca 5 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Tim PPK Ormawa Hima PAI UM Bandung Menuju Abdidaya Nasional 2023

8 December 2023 - 20:56 WIB

Unisa Bandung Jadi Tuan Rumah Munas Aslama PTMA

8 December 2023 - 16:55 WIB

Rumah Sakit Muhammadiyah Jangan Merasa Aman di Zona Nyaman

8 December 2023 - 12:53 WIB

PCM Patrol Indramayu Belajar SIM Keuangan Terpadu ke PDM Kabupaten Cirebon

8 December 2023 - 11:31 WIB

UM Bandung dan IPG Kampus Perlis Lakukan Pertemuan Kerja Sama, Salah Satunya Soal Penelitian

8 December 2023 - 08:51 WIB

Agar Siap Terjun ke Masyarakat, Mahasiswa PAI UM Bandung Dibekali Ilmu dan Tata Cara Pemulasaraan Jenazah

8 December 2023 - 00:48 WIB

Trending di Muhammadiyah News Network