Di Muhammadiyah Tajdid tidak hanya Bermakna Pemurnian

Yogyakarta, InfoMu.co – Muhammadiyah mendifinisikan dirinya sebagai gerakan tajdid atau pembaharuan. Karakteristik tajdid ini begitu melekat dalam memori kolektif warga Muhammadiyah. Sejak tahun 2005 semangat tersebut oleh Muhammadiyah sendiri dipatrikan dalam dokumen resmi. Namun, seperti apa konsepsi tajdid dalam Muhammadiyah?

Menurut Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Ghoffar Ismail, dalam Manhaj Tarjih tajdid memiliki dua arti: pertama, dalam bidang akidah dan ibadah, tajdid bermakna pemurnian dalam arti mengembalikan akidah dan ibadah kepada kemurniannya sesuai dengan Sunnah Nabi saw. Pemurnian ibadah berarti menggali tuntunannya sedemikian rupa dari Sunnah Nabi saw untuk menemukan bentuk yang paling otentik.

Berkaitan dengan akidah, pemurnian berarti melakukan pengkajian untuk membebaskan akidah dari unsur-unsur khurafat dan tahayul. Diktum keimanan yang dapat dipegangi adalah apa yang ditegaskan dalam alQuran dan as-Sunnah. Kepercayaan yang tidak bersumber kepada kedua sumber asasi tersebut tidak dapat dipegangi.

“Makna yang pertama ini digunakan secara khusus dalam akidah dan ibadah. Karena itu Muhammadiyah sangat puritan ketika berkaitan dengan akidah dan ibadah, serta tidak terikat dalam suatu mazhab tertentu,” ucap Ghoffar dalam kajian yang diselenggarakan Masjid KH. Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Rabu (07/09).

Pengertian yang kedua, dalam bidang muamalat duniawiah, tajdid berarti mendinamisasikan kehidupan masyarakat dengan semangat kreatif dan inovatif sesuai tuntutan zaman. Bahkan dalam aspek ini beberapa norma di masa lalu dapat berubah bila ada tuntutan zaman serta memenuhi syarat-syarat perubahan hukum syara’.

Misalnya di zaman lampau untuk menentukan masuknya bulan kamariah baru, khususnya Ramadan, Syawal, dan Zulhijah, digunakan rukyat sesuai dengan hadis-hadis rukyat dalam mana Nabi saw memerintah melakukan pengintaian hilal. Namun pada zaman sekarang tidak lagi digunakan rukyat melainkan hisab, sebagaimana dipraktikkan dalam Muhammadiyah.

“Makna tajdid yang kedua adalah pengkondisian zaman. Hal inilah yang berkaitan dengan muamalah. Dalam Muhammadiyah, aspek muamalah ini sangat kontekstual, harus inovatif dan kreatif,” ucap dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini. (muhammadiyah.or.id)

sumber berita dari infomu.co

0 Reviews

Write a Review

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
Vinkmag ad

Read Previous

Empat Tips Menulis Opini ala Prof Biyanto agar Menembus Koran | PWMU.CO

Read Next

Kisah Nur Cholis Huda Membiayai Saudaranya dari Menulis | PWMU.CO

Most Popular