BANDUNGMU.COM, Bandung — Warga masyarakat Kota Bandung pasti akrab dengan nama salah satu kecamatan di Kota Kembang yang bernama Ujungberung.
Banyak tempat atau area terkenal di sini, salah satunya Masjid Besar Ujungberung yang berada di Alun-alun Kecamatan Ujungberung.
Bahkan lokasi kuliner juga tak kalah banyak sehingga masyarakat bisa memilih kategori kuliner sesuka hati.
Misalnya seblak janda, tahu gejrot (seberang Superindo), es teler (samping Masjid Besar Ujungberung), gorengan gangster, kupat tahu Pak Uju, bakso Engkus, dan sebagainya.
Namun, bagaimana sih sejarah Ujungberung itu sendiri? Membicarakan asal usul nama Ujungberung hanya dapat dilacak dalam tradisi lisan yang berkembang di masyarakat karena ada beberapa versi asal-usul nama Ujungberung.
Versi pertama
Mengutip karlimenz.wordpress.com, versi pertama berdasarkan legenda dalam masyarakat yaitu ketika Sangkuriang sedang sibuk membuat perahu.
Seperti kita ketahui legenda Sangkuriang sangat terkenal di masyarakat Sunda karena ia hendak meminang Dayang Sumbi yang sesungguhnya adalah ibunya sendiri.
Untuk menghalangi keinginan tersebut, Dayang Sumbi meminta syarat untuk dibuatkan sebuah perahu dalam waktu semalam. Rupanya Sangkuriang hampir dapat menyelesaikan perahu tersebut menjelang matahari terbit.
Melihat hal tersebut, Dayang Sumbi pun merasa khawatir. Untuk menghalangi pembuatan perahu yang hampir selesai tersebut, ia berlari ke atas bukit dan melambai-lambaikan selendang mayang miliknya untuk memohon sang surya agar segera terbit.
Permohonan tersebut terkabul. Sang surya terbit. Versi lain menyebutkan bahwa tindakan tersebut isyarat bagi para wanita agar menumbukkan alu ke lisung menandakan hari sudah pagi untuk mengelabui 7 guriang, makhluk gaib yang membantu pekerjaan Sangkuriang.
Menyadari pekerjaannya telah gagal karena kesiangan, Sangkuriang pun marah dan menendang perahunya hingga tertelungkup.
Konon perahu yang tertelungkup itu menjelma menjadi Gunung Tangkupan Parahu. Sementara itu, selendang mayang milik Dayang Sumbi berubah menjadi Gunung Manglayang.
Tempat akhir dari usaha Sangkuriang dalam mengumbar nafsu untuk mewujudkan keinginannya mempersunting Dayang Sumbi disebut Ujungberung.
Yakni tempat “ujung-na nga-berung nafsu”, merupakan akhir dari nafsu untuk mewujudkan permintaan Dayang Sumbi sebagai syarat pernikahan (Wijaya, 2009: 25).
Versi kedua
Versi kedua berdasarkan sejarah ialah ketika Dipati Ukur dikejar oleh tentara Mataram sampai di suatu tempat di pinggiran danau Bandung Purba di sebelah timur Bandung.
Tempat tersebut ditumbuhi oleh tanaman bambu yang sangat lebat sehingga Dipati Ukur dapat menyembunyikan diri dan tidak dapat ditemukan oleh tentara Mataram.
Tempat itu bernama “Bojong Awi” (bojong, bobojong = daerah tepian telaga; awi = bambu). Peristiwa itu dianggap oleh tentara Mataram sebagai ujungnya dari suatu usaha pengejaran yang sangat panjang, dalam nga-berung nafsu (mengumbar nafsu) untuk menangkap sang adipati.
Oleh karena itu, wilayah pengejaran tersebut diberi nama Ujungberung (Wijaya, 2009: 26).***
____
Sumber: karlimenz.wordpress.com
Editor: FA
sumber berita ini dari bandungmu.com