BANDUNGMU.COM — Siapa pun mereka yang aktif di Muhammadiyah sudah pasti ada motivasi. Terlebih saat sudah memiliki kartu anggota Muhammadiyah (KTA) dan menjadi pengurus, rasa memiliki relatif menjadi bagian dalam hidupnya.
Benarkah hal itu terjadi kepada semua anggota dan warga Muhammadiyah? Sangat relatif karena bagi setiap anggota, saat aktif dan menjadi pengurus apalagi pimpinan, motivasi dan orientasinya untuk mengabdi.
Niat dan motivasi mengabdi kepada Muhammadiyah tidak menjadi ukuran dalam arti yang sempit karena mengabdi hanya sekedarnya berkreasi.
Mereka hanya cukup hadir dan mengikuti acara-acara seremonial semata. Mereka menikmati dan berpartisipasi terhadap apa yang terjadi tanpa ada inovasi untuk menggagas gerakan lebih berarti bagi organisasi sehingga dinamis dan menginspirasi banyak orang.
Warga dan anggota Muhammadiyah tersebar di berbagai wilayah negeri ini. Kartu anggota telah diterbitkan dalam jumlah besar, mungkin mencapai ratusan ribu, bahkan jutaan kartu.
Namun, sulit untuk memastikan berapa jumlah anggota yang benar-benar aktif karena berbagai opini dari anggota yang mengklaim sebagai anggota aktif dan simpatisan, tetapi sulit untuk dibuktikan dengan data yang akurat.
Padahal, saat ini teknologi media digital sangat canggih dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengupdate data secara efisien. Sebenarnya, Muhammadiyah sangat mampu untuk membuat profil data anggota yang terintegrasi.
Meskipun demikian, tentu saja ini bukanlah hal yang mudah dan memerlukan upaya dalam cara dan strategi pembaruan data, teknik komunikasi dengan pemilik data, dan yang paling penting adalah kesadaran dari seluruh anggota dan warga persyarikatan saat diminta untuk memperbarui data.
Mencintai Muhammadiyah sangat penting dan harus menjadi sikap bagi setiap aktivisnya. Dengan mencintai Muhammadiyah, akan muncul kepedulian dan kepekaan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh organisasi ini, baik dari dalam maupun dari luar.
Adakalanya persyarikatan menghadapi tantangan dalam aspek-aspek tertentu, seperti sistem organisasi di beberapa bidang yang tidak berjalan dengan baik.
Tingkat eksistensi dan produktivitas pada level pimpinan wilayah, daerah, cabang, dan ranting Muhammadiyah sangat bervariasi dalam kondisi yang memprihatinkan.
Semua hal ini sangat tergantung pada sikap dan kerja keras para pimpinan, pengurus, dan anggota warga persyarikatan dalam menggerakkan Muhammadiyah.
Jika para pimpinan dan aktivis benar-benar mencintai Muhammadiyah, mereka tidak akan membiarkan kondisi persyarikatan berlarut-larut dalam keadaan yang memperihatinkan.
Orang yang mencintai Muhammadiyah akan selalu menjaga dan merawatnya dengan penuh kasih sayang. Mereka akan berusaha melindungi organisasi ini dari segala hal yang dapat merusaknya.
Mereka juga akan senantiasa memberikan dukungan dan nutrisi yang cukup untuk menguatkan gerakan organisasi agar tetap sehat dan produktif.
Organisasi yang sehat dan produktif akan terus memberikan dorongan dan pemberdayaan di berbagai situasi dan kesempatan yang ada.
Namun, mencintai bukan berarti harus memuja dan mendapat pujian semata, atau bahkan merasa menjadi bagian terpenting yang memberikan kontribusi tanpa benar-benar beraksi.
Mencintai Muhammadiyah berarti berusaha untuk selalu berkontribusi dan berpikir kreatif. Selalu berupaya untuk menciptakan karya yang bernilai guna dan bermanfaat bagi warga Muhammadiyah.
Cinta ini juga bisa diwujudkan dalam bentuk lain yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan Muhammadiyah.
Namun, apakah boleh mencintai Muhammadiyah dan sekaligus memiliki organisasi ini? Istilah “Mencintai tidak mesti harus memiliki” juga berlaku dalam konteks Muhammadiyah.
Jika mencintai Muhammadiyah diartikan sebagai hak untuk memiliki, hal ini dapat menimbulkan pemaknaan yang salah dan bahkan menyebabkan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip organisasi.
Ada beberapa kasus di mana seseorang mengklaim mencintai Muhammadiyah dan seolah-olah memiliki hak penuh atas organisasi ini. Dia tidak peduli dengan orang lain dan menganggap semua yang ada di dalamnya adalah miliknya sendiri.
Biasanya, kasus semacam ini terjadi pada amal usaha Muhammadiyah seperti pesantren dan sekolah yang dikelola secara turun-temurun oleh lingkaran keluarga tertentu.
Yang abadi itu cinta
Mencintai bisa jadi abadi, sedangkan memiliki sifatnya sementara. Artinya, mencintai Muhammadiyah bisa abadi, tetapi memiliki Muhammadiyah dalam arti mengelola secara administratif sifatnya sementara dan harus bergilir sesuai dengan generasi.
Contoh kasus di atas boleh jadi sebagian kecil yang diketahui dan dipersoalkan. Sangat mungkin kasus yang sama banyak terjadi di beberapa AUM. Hanya tidak diketahui oleh persyarikatan secara terbuka.
Mencintai Muhammadiyah merupakan hal yang wajar. Itu adalah bagian dari ikhtiar setiap kader untuk peduli dan tanggung jawab dalam memelihara marwah Muhammadiyah.
Yakni agar Muhammadiyah setia dalam rel dan kaidah organisasi masyarakat Islam sehingga persyarikatan berdiri kokoh untuk memberi pelayanan kepada umat, bangsa, dan negara.
Mencintai persyarikatan ditunjukkan dengan konsisten dengan visi dan misi dakwah amar makruf nahi munkar.
Selain itu, senantiasa memaksimalkan diri sebagai kader untuk berusaha memajukan persyarikatan dengan berkontribusi sesuai dengan kompetensi, keahlian, dan kepakaran yang dimiliki.
Rasa cinta kepada Muhammadiyah akan melahirkan kepekaan dan kepedulian kepada sesama, terlebih pada saudara seiman dan seorganisasi.
Bahkan, kepedulian itu bisa tembus hingga lintas etnis dan agama karena dua hal itu tidak menjadi penghalang untuk tetap saling membantu dalam kebaikan.
Rasa memiliki dalam berorganisasi boleh-boleh saja. Hal itu minimal untuk senantiasa menjaga dan eksistensi organisasi supaya tidak terkena dampak buruk dari disrupsi zaman yang sedang terjadi.
Namun, ada hal yang harus dihindari yakni rasa memiliki yang mutlak seperti sikap tidak ingin dievaluasi, dikoreksi, dan tidak berkenan dikritisi. Apalagi sampai tidak ingin diganti untuk regenerasi.
Lebih parah lagi kalau ada keinginan diganti, tetapi si pengganti harus sesuai dengan kehendak dirinya sendiri, baik pengganti dari keluarga dan orang-orang yang berada di lingkungan dirinya tanpa ada pertimbangan prestasi.
Di sinilah langkah-langkah praktis rasa memiliki dibungkus dengan kata mencintai sekedar untuk menutupi. Term mencintai Muhammadiyah sebenarnya bentuk lain dari melayani secara tulus, ikhlas, dan bahagia.
Dengan cara seperti itu, konsekuensinya setiap warga atau anggota perayarikatan dan bahkan masyarakat merasa dilayani, dihargai, dihormati, dan dimuliakan oleh Muhammadiyah.
Dalam hal ini yakni para pimpinan dan pengurus Muhammadiyah di berbagai level dan juga institusi amal usaha Muhammadiyah. Wallahu’alam.***
sumber berita ini dari bandungmu.com