Menu

Mode Gelap
Agar Siap Terjun ke Masyarakat, Mahasiswa PAI UM Bandung Dibekali Ilmu dan Tata Cara Pemulasaraan Jenazah Guru Tetap Jadi Penentu Meski Teknologi Mengubah Dunia Pendidikan Merasakan Hidup Bersama Nabi Muhammad Saw Panwascam Astanaanyar Kota Bandung Terus Matangkan Pengawasan Logistik Pemilu 2024 BPR Bank “Wong Cilik” – bandungmu.com

wawasan WIB

Terimakasih Muhammadiyah


 Terimakasih Muhammadiyah Perbesar

Sejak mengenal Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) di waktu SMP, maka hampir seluruh masa ramajaku habis tercurah untuk kegiatan yang dilakukan oleh organisasi itu. Awalnya aku mengenal IPM dari kakak sulungku yang bersekolah di SMAN 1 Jember. Entah gimana ceritanya, dia mendesakkan semua pengalamannya agar kami, adik-adiknya, juga ikutan seperti dia.

Aku, seperti biasa, selalu saja mengekor, mengiyakan dan jarang membantahnya. Kemana saja dia menyuruhku pergi, aku pasti pergi. Dari yang mendaki Gunung Lamongan (IPM Pencinta Alam), walau tak sampai ke puncaknya, ikutan Tapak Suci, pengajian, sampai nyari sumbangan door to door buat kegiatan IPM, semua kulakukan.
Jadi ingat, gara-gara sering banget nyari sumbangan, biasanya nasi bungkus, ke rumah-rumah Ibu-ibu Aisyiyah, aku jadi sangat akrab sama mereka. Mengesankan, hubungan kami tak jarang seperti ibu dan anak. Ibu-ibu itu senang kalau dimintain sumbangan nasi bungkus….. Biasanya IPM meminta nasi bungkus kalau ada acara Training Center Taruna Melati, TC.TM.

Kegiatan ini berjenjang-jenjang. Ada TC.TM I, II,III dan Utama. Kalau masih belia dan baru jadi anggota, yah ikutan TC TM I dulu laaah. Kegiatan ini seringkali dilakukan saat liburan sekolah di bulan Ramadhan. Jadi ini salah kegiatan alternative liburan yang asyik dan mengesankan.  Disana kami dilatih untuk berpidato, mengaji, bikin proposal kegiatan, tertib sholat wajib dan sholat lail, pengenalan tentang Muhammadiyah dan yang jelas, ada kegiatan jurid malam yang biasanya mendebarkan. Pernah tau khan rasanya jalan2 di kawasan pemakaman saat larut malam dan hanya berlima saja? Di sana ada yang menunggu kami, panitia yang menanti di kegelapan malam diantara nisan2 dan hanya diterangi cahaya lilin saja. Trus kami disuruh dengerin ceramahnya tentang “masa depan”.

Yang sudah-sudah, beberapa peserta yang perempuan jadi menangis, entah karena terharu dan sedih akibat ceramahnya, ataukah karena takut sebab lokasinya di kuburan. Pemberani betul itu panitia….

Aku berhutang teramat banyak hal baik pada Muhammadiyah. Diberikan banyak kawan-kawan yang baik,  yang dengannya aku menghabiskan masa-masa remajaku sehingga kegiatanku lebih terarah dan jadi jelas juntrungannya, ngga hanya sekedar sekolah, kongkow, atau plesiran saja. Aku yang tadinya pemalu, menjadi agak lebih bisa percaya diri, bahkan bisa mengajar loh, karena setiap acara TC.TM kita lantas disuruh bergiliran berlatih menjadi instruktur juga. Bukankah lebih baik bila setiap liburan kita isi dengan kegiatan positif dan bermanfaat bagi orang lain?

Suatu hari kawanku di kantor menanyakan, dari mana datangnya kekuatanku, working under pressure dan tetep bersemangat, tak lelah dan tanpa menanyakan imbalan, tetep tersenyum walau hati manyun, keep going on walau terkadang  ada saja suara sumbang dari sekitar? Masalah yang kuhadapi di tempat kerja rasanya tak ada apa2nya dibandingkan keruwetan masalah dan tantangan pekerjaan yang mungkin dialami banyak kawan2 hebatku seperti  Wiwit Anggraini Juwita Peron, Roe, Sofia Alifah, Raja Juli Antoni, Hilman Latief, Arif Firmansyah, Sri Lestari Linawati, Gunawan Hidayat, Fathul Mufid dan banyak lagi yang tak bisa kusebutkan satu per satu disini.  Ah….inilah kekuatan yang kudapat dari masa lalu. Kekuatan dari ruh Muhammadiyah yang selalu menggerakkan dan menghembuskan kebaikan pada sesama. Sejak  mula sudah mengajakku untuk bergerak tanpa imbalan.

Baksos yang tanpa dana sering terwujud dari keikhlasan para donaturnya dan anak-anak remaja yang bekerja tanpa imbalan jasa, hanya nasi bungkus gratis itupun sumbangan ibu-ibu Aisyiyah. Training-training remaja hingga pemuda serta kegiatan sosial, Semuanya dilakukan tanpa dana awal, namun mewujud dan menggembirakan. Bila tanpa keikhlasan untuk “memberi” dari semua warganya, darimana lagi uang Muhammadiyah untuk membangun rumah sakit, panti asuhan, sekolah, universitas dan lain sebagainya? Semua terjadi karena Muhammadiyah mampu menggerakkan hati untuk berbagi. Terima kasih Muhammadiyah.


*Tristanti (PNS tinggal di Jakarta mantan aktivis Ikatan Pelajar Muhammadiyah di Jember)

Tulisan diambil dari sosial media Facebook

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Penulis Berita

Baca Lainnya

Doa Sebelum Berangkat Bekerja agar Diberikan Kelancaran

5 December 2023 - 22:21 WIB

Doa Dzikir saat Ziarah Kubur beserta Artinya

2 December 2023 - 22:18 WIB

Iklim Memburuk, Laut Makin Ganas

29 November 2023 - 22:17 WIB

Pengalaman Saya Mempraktikkan Moderasi Beragama

26 November 2023 - 22:16 WIB

Doa Mujarab saat Anak Tantrum

23 November 2023 - 22:14 WIB

Doa agar Panen Sawah Bisa Melimpah

20 November 2023 - 22:13 WIB

Trending di wawasan