GIRIMU.COM — Di salah satu sudut kawasan Kebomas, ada sebuah sekolah yang usianya telah melewati lebih dari setengah abad perjalanan pendidikannya. SD Muhammadiyah 1 Kebomas — lebih akrab dengan sebutan SD MURI— yang berlokasi di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Gresik, kini telah berdiri sebagai sekolah yang ramai dan penuh warna. Namun, jauh sebelum gerbangnya megah seperti sekarang, sekolah ini pernah memulai langkah dari titik yang amat sederhana.
Berpuluh tahun lalu, tidak ada gemerlap kegiatan seperti saat ini. Ruang kelasnya masih terbatas, sarana seadanya, dan aktivitas belajar belum seramai sekarang. Tetapi ada satu hal yang membuat sekolah muda kala itu tetap berjalan: tekad para pendidik yang ingin menghadirkan pendidikan bermakna bagi anak-anak Giri, Kebomas. Para guru mengajar bukan sekadar mentransfer ilmu, melainkan menjaga harapan agar sekolah kecil ini tetap hidup dan berkembang. Setiap pagi, langkah-langkah kecil para siswa menjadi penanda, bahwa sekolah ini memiliki masa depan.
Waktu terus bergerak, dan SD MURI pun ikut berkembang. Ruang kelas bertambah –seiring dengan bertambahnya jumlah siswa–, lingkungan diperbaiki perlahan, dan suara anak-anak mulai mengisi halaman dengan riang. Masyarakat semakin percaya menitipkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan di sekolah ini. Dari sini, sekolah mulai menemukan ritme pertumbuhannya. Berbagai kegiatan lahir, mulai dari pentas seni sederhana, lomba-lomba keagamaan, hingga aktivitas kebersamaan yang menumbuhkan karakter siswa. Anak-anak belajar tidak hanya dari buku, tetapi dari pengalaman dan pembiasaan yang ditanam setiap hari.
Perubahan semakin terasa ketika teknologi mulai menjadi bagian dari dunia pendidikan. Di saat banyak sekolah masih meraba-raba arah, SD Muhammadiyah 1 Kebomas memilih melangkah lebih cepat. Para guru mengikuti pelatihan, merancang pembelajaran kreatif, dan membawa perangkat digital ke ruang kelas. Anak-anak pun mulai mengenal gawai edukasi, chromebook, aplikasi belajar, hingga media berbasis Augmented Reality yang membuat pelajaran terasa lebih hidup. Semangat inovasi ini menandai wajah baru bagi sekolah, tanpa menghilangkan karakter religius yang telah menjadi fondasinya sejak awal.
Kegiatan sekolah pun semakin beragam. Ada Contest Tahfidz yang menggema setiap tahun, Clash of Champions yang menantang keberanian siswa, pentas seni yang mewadahi bakat, market day yang melatih jiwa wirausaha, hingga kegiatan ke-Islaman yang memperkuat adab dan akhlak. Semua itu bukan hanya agenda tahunan, tetapi cermin bagaimana sekolah ini menyeimbangkan ilmu, keterampilan, dan nilai-nilai moral.
Dari kegiatan-kegiatan itu lahir banyak prestasi, baik akademik, keagamaan, olah raga, maupun kreativitas. Namun, yang paling membanggakan bukan deretan piala yang dikoleksi –atas prestasi yang diraih–, melainkan perubahan kecil yang terjadi dari hari ke hari: siswa yang dulu pemalu kini berani bicara; anak yang dulu takut gagal kini mencoba lagi dan lagi; murid yang awalnya sulit membaca kini tersenyum ketika berhasil melahap satu halaman penuh. Prestasi yang seperti ini tidak tercatat dalam piagam apa pun, tetapi justru menjadi inti dari perjalanan 57 tahun sekolah ini.
Kini, ketika SD Muhammadiyah 1 Kebomas menapaki usia 57 tahun, banyak pihak menoleh ke belakang dengan rasa syukur. Apa yang dulu dimulai dengan penuh keterbatasan, kini menjadi sekolah yang berdiri kokoh, lingkungannya tertata, kegiatan berjalan dinamis, dan kepercayaan masyarakat semakin kuat. Setiap sudut sekolah menyimpan cerita: kelas yang menjadi saksi lahirnya ribuan cita-cita, halaman yang menampung tawa banyak generasi, dan ruang guru yang menyimpan percakapan panjang tentang masa depan anak-anak.
Dan, seperti perjalanan panjang lainnya, usia 57 tahun bukan akhir, melainkan pintu menuju babak berikutnya. Ada banyak harapan yang ingin dijaga: agar sekolah semakin maju tanpa meninggalkan nilai; agar inovasi terus tumbuh beriringan dengan akhlak; agar guru-gurunya selalu diberi kekuatan dalam mendidik; dan agar SD MURI tetap menjadi rumah bagi mimpi anak-anak yang akan menjadi pemimpin masa depan.
Di Kebomas, di kawasan makam Sunan Giri ini, SD MURI bukan hanya sekolah. Ia adalah cerita panjang tentang ketekunan, perubahan, cinta pada dunia belajar, juga perjuangan yang berdarah-darah untuk mewujudkan impian. Selama semangat itu tetap dijaga, perjalanan 57 tahun ini akan terus menyala, memberi cahaya bagi generasi yang tumbuh hari ini dan mereka yang akan datang. (*)
Penulis: Abdul Rokhim Ashari







