Beginilah Proses Belajar Ahmad Hasan Sang Tokoh Persatuan Islam

banner 468x60

BANDUNGMU.COM – Beginilah proses Ahmad Hasan sang tokoh Persatuan Islam (Persis) belajar agama. Lahir pada 1887 di Singapura, Ahmad Hasan adalah tokoh keturunan Jawa-Parsi.

Ibunya, yakni Hajah Muznah, adalah keturunan Madras kelahiran Surabaya. Sementara ayahnya, Ahmad alias Sinna Wappu Maricar, merupkan tokoh keturunan Parsi yang berprofesi sebagai pengarang, wartawan, penerbit surat kabar dan buku-buku dalam bahasa Tamil.

Kedua orangtua Ahmad Hasan menikah di Surabaya kemudian mereka menetap Singapura dan Ahmad Hasan lahir di sana.

Jejak sang ayah

Pada mulanya orangtua Ahmad Hasan memprospek anaknya itu untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis dan pengarang. Namun, kenyataannya Ahmad Hasan kecil tidak pernah menyelesaikan sekolah dasar.

Pendidikan kecilnya lebih banyak dirampungkan untuk mempelajari ilmu agama Islam. Pada usia 7 tahun, Ahmad Hasan mulai mempelajari Al-Quran.

Sementara pendidikan dasarnya cukuplah ia peroleh dari ayahnya. Namun, pada 1910 saat baru berusia 23 tahun, Ahmad Hasan telah berhasil menempuh prestasi kerja dalam berbagai lapangan pekerjaan.

Ahmad Hasan memulai pendidikan agamanya dengan melakukan pengembaraan ke tempat beberapa ulama pada usia 12 tahun. Ia belajar ilmu Al-Quran pada Haji Ahmad di Bukittiung menyangkut rukun Islam, seperti shalat, puasa, cara berwudhu, dan hal-hal sejenisnya.

Ahmad Hasan juga belajar ilmu nahwu dan sharaf kepada Haji Muhammad Taib. Ketika belajar kepada ulama ini, Ahmad Hasan mendapatkan syarat-syarat yang cukup berat.

Di antaranya ia harus datang ke rumah sang ulama sebelum waktu shalat subuh setiap hari. Ia juga tidak boleh naik kendaraan.

Keinginannya untuk menuntut ilmu agama terus terpancar dalam diri Ahmad Hasan. Selama 3 bulan ia harus menggenjot kemampuannya untuk segera menguasai bahasa Arab yang ia terima dari Haji Said Abdullah.

Selanjutnya ia mendatangi beberapa ulama di wilayah-wilayah Malaka dan Singapura. Misalnya Ahmad Hasan belajar kepada Abdul Latif, seorang ualam yang sangat tersohor di Malaka dan Singapura.

Ahmad Hasan juga belajar kepada Syaikh Hasan yang berasal dari Malabar. Kemudian belajar kepada Syaikh Ibrahim dari India. Pengembaraan Ahmad Hasan untuk menempuh agama itu diselesaikannya hingga ia menginjak usia 23 tahun.

Empat ulama

Namun, dalam perkembangan berikutnya, ada empat ulama di Singapura yang sangat berpengaruh terhadap pemikiran dan semangat keagamaan Ahmad Hasan. Mereka adalah Thalib Rajab Ali, Abdurachman, Jaelani, dan ayahnya sendiri.

Keempat tokoh ini terkenal sebagai ulama-ulama reformis yang keras menentang talqin, usali, tahlilan, dan sebagainya. Dari keempat tokoh ulama ini Ahmad Hasan mewarisi pembaruan pemikiran Islam di Tanah Air.

Wirausaha sukses

Selain belajar di bidang pendidikan agama Islam, Ahmad Hasan juga belajar tentang pekerjaan dan wirausaha. Sejak kecil ia telah mulai bekerja dengan membantu ayahnya dalam usaha percetakan.

Sederetan daftar pekerjaan kemudian digelutinya. Mulai dari menjadi pelayan toko, berdagang emas-pertama, menjual es, menjual minyak wangi, mendirikan usaha vulkanisir ban, dan menjadi staf kantor pengurusan perjalan haji.

Selain itu, Ahmad Hasan juga menjadi guru di madrasah di Malaya dan menjadi guru bahasa Inggris dan bahasa Melayu di Sanglah Johor.

Pengalamannya dalam bidang perdagangan bahkan pernah dilakukannya dengan menggendong bungkusan pakaian kemudian menawarkannya dari kampung ke kampung di sepanjang Singapura dan Batupahat.***

_______

Sumber: “Manusia di Panggung Sejarah”

Editor: Feri A




sumber berita ini dari bandungmu.com

Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *