Kenaikan jumlah pasien Covid-19 di Kabupaten Gresik menimbulkan persoalan baru. Tidak hanya soal kapasitas ruang perawatan maupun jumlah tenaga medis yang sudah kewalahan, namun juga soal tenaga pemulasaran jenazah. Untuk itu Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Gresik mengadakan workshop pemulasaran jenazah Covid-19, Sabtu (4/7) di halaman Gedung Dakwah Muhammadiyah Gresik. Tujuannya, membentuk tim pemulasaran yang siap menangani jenazah Covid-19 mulai dari memandikan hingga menguburkan.
“Sebenarnya pemulasaran jenazah Covid-19 ini kan tugasnya pihak rumah sakit. Namun banyaknya kasus kematian membuat tenaga pemulasaran rumah sakit kewalahan. Apalagi membaca tren kenaikan kasus, harus ada tim pemulasaran yang bisa cepat menangani jika benar-benar terjadi lonjakan,” terang Fathur Rahman, Wakil Ketua MCCC Gresik.
Menurut pantauannya, beberapa kali proses perawatan jenazah Covid-19 terkendala dan lambat selesai karena kekurangan tenaga pemulasaran. “Padahal makin lama jenazah tidak dikubur, risikonya makin tinggi,” lanjut Amang, panggilan Fathur Rahman yang sehari-hari bertugas di RS Muhammadiyah Gresik.
Dalam workshop ini sebanyak 22 peserta laki-laki dan perempuan dari unsur organisasi otonom Muhammadiyah diajari berbagai teknik perawatan jenazah dengan protokoler Covid-19. Mulai dari cara penggunaan APD secara benar, memandikan, mengafani, menyalati, dan menguburkan. Semuanya harus dilakukan sesuai standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
Muhammad Harun, koordinator divisi informasi MCCC Gresik menyatakan nantinya relawan ini akan diperbantukan menangani perawatan jenazah Covid-19 utamanya di rumah sakit Muhammadiyah di Gresik. “Tentu mereka diseleksi yang sehat dan imunnya kuat, serta di bawah pengawasan ketat profesional medis,” terang Harun yang juga ketua Kwartir wilayah Hizbul Wathan Jawa Timur itu.
Menurutnya, pembentukan relawan yang mampu merawat pasien covid-19 dengan dua standar yakni medis dan agama, bisa meminimalisir gesekan sosial di masyarakat. “Keluarga almarhum bisa tenang karena jenazah mendapat penanganan secara islami, namun risiko infeksi juga tertangani secara medis,” pungkasnya.[]