Gelar Pengajian Rutin Ahad Pagi, PCM Wringinanom Hadirkan Konsultan Lembaga Al Quran

banner 468x60

GIRIMU.COM — Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wringinanom, Kabupaten Gresik, kembali menggelar pengajian Ahad Pagi rutin bulanan dengan menghadirkan pemateri nasional, Ustadz Adhan Sanusi, Lc, MA, Konsultan Lembaga Al-Quran. Pengajian dilaksanakan di halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) pada Ahad (14/12/2025) ini dihadiri hampir 500 jamaah dari berbagai unsur Muhammadiyah maupun masyarakat umum.

Pengajian berlangsung dengan khidmat dan penuh antusias. Sejak pagi, jamaah telah berdatangan ke lokasi pengajian. Suasana berlangsung semarak namun tetap tertib, mencerminkan semangat kebersamaan dan kecintaan jamaah terhadap majelis ilmu. Kegiatan ini menjadi salah satu agenda strategis PCM Wringinanom dalam memperkuat pemahaman ke-Islaman dan nilai-nilai persyarikatan di tengah masyarakat.

Dalam tausiyahnya, Ustadz Adhan Sanusi mengawali materi dengan mengangkat slogan yang sangat lekat dengan Muhammadiyah, yakni Ar-Ruju’ ilal Qur’an (kembali kepada Al-Quran). Menurutnya, slogan tersebut bukan sekadar jargon, melainkan prinsip hidup yang harus benar-benar dipahami dan diamalkan oleh setiap Muslim, khususnya warga Muhammadiyah.

“Ketika kita berbicara tentang Al-Quran, maka paling tidak ada empat hal penting yang harus kita pahami dan kita lakukan bersama,” tutur Ustadz Adhan, alumni Ma’had Al Ittihad Al Islami Camplong Madura dan LIPIA Jakarta ini.

Empat hal tersebut, lanjutnya, yang pertama adalah tilawatan, yaitu membaca Al-Quran. Ia menyinggung adanya stigma di masyarakat bahwa bacaan Al-Quran orang Muhammadiyah sering dianggap kurang baik. Bahkan, tidak jarang ketika ada seseorang yang bacaannya bagus, muncul celetukan, “Benarkah dia orang Muhammadiyah?” Hal ini disampaikan Ustadz Adhan dengan gaya santai, namun penuh makna.

“Ini menjadi PR kita bersama. Kita harus serius belajar membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Tidak peduli berapa usia kita, belajar membaca Al-Quran tidak mengenal kata terlambat,” tegasnya. Ia juga mengingatkan hadis Nabi Muhammad SAW, bahwa orang yang mahir membaca Al-Quran akan bersama para malaikat yang mulia (safaratil bararah).

Hal kedua adalah hifdzan, yaitu menghafal Al-Quran. Menurut Ustadz Adhan, selain membaca, umat Islam hendaknya terus berusaha menambah hafalan Al-Quran sepanjang hayat.

“Sampai kapan? Sampai akhir hayat kita,” ujarnya.

Dengan gaya bercanda, ia mengatakan, bahwa jika kelak ditanya malaikat mengapa hafalannya sedikit, setidaknya bisa menjawab, bahwa keinginan untuk menghafal lebih banyak ada, namun ajal keburu datang. Gurauan tersebut disambut senyum dan tawa jamaah, namun sarat dengan pesan agar istiqamah dalam kebaikan.

Ketiga adalah fahman, yakni memahami isi dan kandungan Al-Quran. Setelah membaca dan menghafal, umat Islam dituntut untuk memahami makna ayat-ayat Al-Quran dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Ustadz Adhan menekankan pentingnya penguasaan bahasa Arab sebagai kunci utama memahami Al-Quran.

“Mustahil kita bisa memahami Al-Quran secara mendalam tanpa menguasai bahasa Arab,” jelasnya.

Ia mencontohkan, kekayaan kosakata bahasa Arab yang jauh lebih luas dibandingkan bahasa Indonesia, seperti istilah ‘orang tua’ yang dalam bahasa Arab memiliki beberapa sebutan, di antaranya al walidain dan al abawain, keduanya memiliki makna sama, yaitu kedua orang tua, namun pengunaanya harus tepat karena dalam bahasa Arab, keduanya memiliki kandungan makna yang berbeda. Kata ‘abawain‘ memiliki makna ayah dan ibu, namun dominan ke ayah, karena kalimat tersebut diambil dari kata ‘al abwah’ (ayah). Sedangkan kata ‘walidain‘ juga bermakna ayah dan ibu, namun lebih dominan ke ibu, karena kata ini diambil dari kata ‘al wiladah‘ (kelahiran) yang tentunya ini adalah ibu,

Adapun hal keempat sekaligus yang paling puncak adalah amalan, yaitu mengamalkan Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ustadz Adhan, Al-Quran tidak cukup hanya dibaca, dihafal, dan dipahami, namun harus tecermin dalam perilaku, sikap, dan perbuatan.

“Inilah tujuan utama diturunkannya Al-Quran, yaitu untuk diamalkan,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengulas doa yang sering dibaca umat Islam: Rabbana atina fid-dunya hasanah. Doa tersebut, menurutnya, menjadi pembeda antara orang beriman dengan orang kafir.

“Orang kafir hanya meminta dunia, tetapi orang beriman meminta dunia yang hasanah, dunia yang membawa kebaikan,” jelasnya.

Kekayaan, jabatan, dan segala amanah dunia harus menjadi sarana menghadirkan manfaat bagi sesama. Menutup tausiyahnya, Ustadz Adhan mengingatkan pentingnya semangat beramal, khususnya bagi kaum mukmin yang telah memasuki usia 40 tahun ke atas. Ia mengutip Surah Al-Ahqaf ayat 15 yang menggambarkan doa seorang hamba ketika mencapai usia dewasa dan 40 tahun, agar mampu mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepadanya dan kedua orang tuanya. Pesan tersebut menjadi pengingat bagi jamaah untuk terus meningkatkan kualitas iman, amal, dan pengabdian kepada Allah SWT.

Pengajian Ahad Pagi PCM Wringinanom ini diharapkan mampu menumbuhkan kembali semangat Ar-Ruju’ ilal Qur’an dalam kehidupan jamaah, serta memperkuat komitmen untuk menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dalam setiap aspek kehidupan. (*)

Kontributor: Rahmat Syayid Syuhur

Author