Adaptasi Dengan Perubahan Kebutuhan Umat, Mimbar Dakwah Online Muhammadiyah Perlu Diperluas

BANDUNGMU.COM, Jakarta — Peneliti Senior Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan bahwa profil baru umat Islam saat ini berubah.

Oleh karena itu, Burhanuddin meminta Muhammadiyah untuk menyiapkan mimbar dakwah guna menyesuaikan kebutuhan mereka.

Demografi penduduk Indonesia saat ini diisi oleh mayoritas anak muda dengan rata-rata usia 17 sampai 21 tahun. Peta demografi tersebut harus direspons secara kreatif dan inovatif oleh Muhammadiyah.

“Warga Indonesia semakin lama semakin meremaja. Hampir 50 persen umat di Indonesia berasal dari segmentasi anak muda, di bawah usia 40-an tahun,” kata Burhanuddin dalam Pengajian Ramadan 1445 H di UMJ pada Senin (18/03/2024).

Selain peta demografi yang berubah, perubahan juga terjadi pada tempat tinggal. Awalnya warga Indonesia banyak menetap di desa-desa, kini berbondong-bondong bergeser dan tinggal di kota.

“Data BPS menyebut hampir 60 persen orang Indonesia tinggal di kota. Dalam waktu tidak lama lagi orang Indonesia meninggalkan desa dan dari sisi usia mereka makin muda,” imbuhnya seperti dikutip dari laman resmi Muhammadiyah.

Warga negara yang semakin meremaja ini juga berbeda hal mencari informasi dan panduan hidup. Termasuk pedoman-pedoman ilmu keagamaan tidak lagi mereka cari secara konvensional, tetapi di dunia maya atau online.

Muhammadiyah sudah tidak menyiapkan satu pola dakwah yang awalnya berbasis mimbar, kemudian digeser secara online. Masyarakat yang mayoritas muda dan tinggal di kota tidak punya cukup waktu menyimak khotbah offline.

Anak muda yang terakses dengan internet sudah mencapai 80 persen. Akses internet yang mereka lakukan sudah berjam-jam. Oleh karena itu, Burhanuddin berharap Muhammadiyah memperluas mimbar-mimbar online-nya.

Selain berbeda cara mendapatkan informasi, generasi muda juga memiliki perbedaan terhadap isu-isu yang mereka dengarkan.

Menurut Burhanuddin, generasi muda seperti itu tidak lagi tertarik pada isu-isu struktural, tetapi lebih pada isu lingkungan dan korupsi.

Berangkat dari ketertarikan isu tersebut, Burhanuddin menyarankan supaya Muhammadiyah membuka mimbar dakwah dengan konten seperti tentang climate change, teologi lingkungan, fikih air, dan gerakan anti korupsi.

Temuan yang menurutnya juga mengkhawatirkan adalah semakin menyedikitnya minat mereka untuk bergabung dengan organisasi keagamaan mapan.

“Kita tidak bisa melawan itu. Namun, kita bisa mempersiapkan pola dakwah untuk merespons perubahan tersebut sehingga anak-anak muda itu bisa disantuni oleh Muhammadiyah,” tandasnya.***

___

Sumber: muhammadiyah.or.id

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author