Aisyiyah Pengawal Muhammadiyah dan Tiang Negara

Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung

BANDUNGMU.COM — Sejak Muhammadiyah didirikan KH Ahmad Dahlan, gerak dakwah yang dipelolorinya tidak lepas dari sosok hebat di belakangnya, yakni sesorang perempuan yang baik, kuat, dan tangguh yang bernama Hajjah Walidah Dahlan.

Kala menghadapi berbagai tantangan dan hambatan berdakwah, baik menghadapi keluarga dan masyarakat pada umumnya, sang istri tetap bersama memberikan motivasi pada suami dalam menjalankan perintah agama samawi.

Hajjah Walidah Dahlan di balik sosok yang membangun peradaban bangsa melalui Muhammadiyah dengan sekolah TK ABA sebagai penggerak awal lahirnya pendidikan anak usia dini atau prasekolah. Bukti nyata ini sebuah catatan besar akan kiprah seorang perempuan hebat di masanya.

Ia kuat, tangguh, dan gigih berdakwah bersama sang pencerah. Dengan segala kekuatan yang dimiliki ibunda Hajjah Walidah Dahlan menginisiasi lahirnya gerakan perempuan dengan nama Aisyiyah.

Sebenarnya tidak terlalu jauh dari lahirnya Muhamamdiyah. Inisiasinya terpaut 2 tahun dari Muhammadiyah yang diawali Sapa Tresna momentum perkumpulan wanita terdidik di sekitar Kauman.

Namun, resminya pada Mei 1917 Aisyiyah didirikan pada momentum refleksi Isra MiKraj Nabi Muhammad SAW. Hajjah Walidah Dahlan seorang inisiator, sangat jeli dan peka akan dunia perempuan. Kehebatannya tidak kalah hebat, bahkan menurut sepengetahuan yang didapat lebih hebat dari RA Kartini.

Pas dan tepat, Hajjah Walidah Dahlan bukan hanya pengawal gerak langkah dakwah amar makruf nahi munkar sang pencerah bangsa KH Ahmad Dahlan. Melalui Aisyiyah, ia bahu-membahu membangun bangsa bersama Muhammadiyah.

Aisyiyah lebih satu abad mengawal Muhammadiyah membangun bangsa sehingga tidak perlu diragukan lagi. Kiprah nyata terlihat dengan kasatmata.

Ribuan TK ABA menyebar dan menebar kebaikan untuk bangsa dan negara. Alumninya tidak sedikit menjadi tokoh bangsa di Indonesia.

Wajar dan pantas organisasi Aisyiyah mendapat penghargaan sebagai pelopor gerakan perempuan Indonesia bahkan dunia internasional. Karena yakin di dunia ini belum ada kiprahnya sebuah organisasi perempuan melampaui Aisyiyah.

Aisyiyah sebagai ortom Muhammadiyah berdiri di garis paling depan membantu Muhammadiyah berdakwah amar makruf nahi munkar. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya di beberapa wilayah tertentu gerakan Aisyiyah lebih gesit dari organisasi induknya Muhammadiyah.

Tidak bisa dianggap biasa-biasa saja karena organisasi perempuan, justru keteguhan, konsistensi, dan ketangguhan KH Ahmad Dahlan selalu ada sosok Hajjah Walidah.

Pun begitu Muhammadiyah istikamah berdakwah membangun bangsa dan negara tidak luput dari kelincahan dan kegesitan para perempuan hebat yang berada di Aisyiyah. Mereka selalu mendorong dan memotivasi Muhammadiyah. Apa pun gerakan Aisyiyah, hakikatnya merupakan bagian dari gerakan Muhammadiyah.

Perlu dicatat oleh siapa pun para penggerak dakwah di Muhammadiyah maupun di ortom Aisyiyah. Gerak langkah bersama untuk tidak saling mendahului karena merasa “paling”. Namun, harus saling mengisi dan menginisiasi membangun bersama untuk mencapai tujuan dan cita-cita Muhammadiyah.

Andaipun ada yang tidak sepakat karena berbeda pandangan itu bukan penghalang, melainkan menambah khazanah berdakwah. Aisyiyah lahir dan berdiri didukung penuh oleh KH Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah.

Kunci keberhasilan berdakwah di Muhammadiyah harus berjamaah, termasuk seluruh ortom yang lahir dan berada hingga saat ini. Kebaikan dan kebenaran dengan kekuatan berjamaah akan mengalahkan kemunkaran.

Aisyiyah pengawal Muhammadiyah sudah fitrah organisasi persyarikatan. Gerak langkah dakwah bersama untuk mencapai tujuan Muhammadiyah sejak dulu kala.

Medan dakwah berbeda bukan berati beda tujuan dan cita-cita, melainkan menyebar dan menebar masuk pada lorong-lorong yang belum dilewati Muhamamdiyah.

Itulah senyatanya Aisyiyah yang selalu mengisi medan dakwah lebih pantas dan pas untuk dilewati oleh Aisyiyah membangun bangsa.

Sangat tegas dan jelas ada sebuah ungkapan, “Wanita adalah tiangnya negara. Apabila wanitanya baik maka baiklah negara dan apabila wanitanya buruk maka buruklah negara.”

Semoga Aisyiyah kokoh berdiri menjadi tiangnya Muhammadiyah, bangsa, dan negara. Wallahu’alam.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author