BANDUNGMU.COM, Bangka — Cogito ergo sum merupakan ungkapan dari bahasa Latin yang diutarakan oleh Rene Descartes, seorang filsuf ternama Perancis yang artinya “Aku berpikir maka aku ada”.
Ungkapan ini dimaksudkan untuk mengungkapkan eksistensi manusia. Namun, menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syamsul Anwar, konsepsi Islam tentang eksistensi tidak seperti itu, tetapi “Aku bekerja, maka aku ada”.
Dalam Islam, bekerja merupakan gambaran dari eksistensi manusia. Hal ini berdasarkan QS At-Taubah ayat 105 yang berbunyi, “Bekerjalah kamu sekalian, maka Allah akan melihat pekerjaanmu”.
Wujud nyata dari bekerja selain mendapat rezeki halal ialah pengakuan dari lingkungan atas prestasi yang telah dilakukan. Oleh karena itu, eksistensi seseorang ditentukan oleh seberapa banyak ia melakukan pekerjaan.
“Setiap orang mesti membuat lapangan kerja agar dengan bekerja mereka dianggap eksis. Mereka yang tidak bekerja akan dianggap seolah-olah tidak ada,” terang Syamsul Anwar dalam khutbah Jumat di Masjid Agung Bangka Selatan, Jumat 27 Januari 2023.
Syamsul menjelaskan bahwa bekerja dalam Islam disebut dengan amal. Sayangnya kosa kata amal dalam masyarakat umum lebih spesifik sebagai kata ganti dari sedekah dan infak.
Padahal dalam bahasa Arab amal itu memiliki cakupan yang sangat luas. Tidak sekadar memberi, amal dapat berarti profesi yang sedang dijalani seperti dokter, driver online, pengacara, karyawan swasta, dosen, guru, dan lain-lain.
Selain profesi, amal juga dapat berarti berbuat baik secara sukarela. Syamsul mencontohkan para pimpinan Muhammadiyah dari ranting hingga pusat.
Mereka tidak mendapatkan imbalan atas apa yang mereka kerjakan, tetapi dapat disebut sebagai amal. Sebab mereka bergerak untuk memajukan persyarikatan sebagai payung besar yang menawarkan kemaslahatan sosial.
Memproduksi karya juga dapat disebut sebagai amal. Memproduksi karya baik di bidang seni maupun yang lainnya merupakan bagian dari amal. Karya merupakan hasil pekerjaan yang akan menjadi penanda eksistensi. Misalnya para arsitektur yang merancang bangunan masjid, para pelukis andal, atau para penulis buku.
Bekerja merupakan penanda eksistensi manusia. Entah itu yang bersifat profesi, kerelawanan, atau membuat karya. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk terus bergerak dan tidak dianjurkan untuk diam stagnan. Namun, kata Syamsul, bekerja tidak sekadar bekerja sebab Allah selalu mengawasi apa yang dikerjakan manusia.
“Allah akan selalu mengawasi apa yang kita kerjakan. Oleh karena itu, dalam bekerja baiknya kita selalu berharap akan lindungan Allah agar tidak masuk dalam perkara-perkara yang dilarang dalam agama,” tandas Syamsul.***