Busyro Muqoddas Isi Pengajian dan Resmikan Masjid Al Mizan SMAMIO: Bisa Jadi Anggota Biasa, Tapi Kerjanya Luar Biasa

banner 468x60

GIRIMU.COM — Pengajian Umum dan Peresmian Masjid serta Asrama Al Mizan SMA Muhammadiyah 10 (SMAMIO) GKB Gresik, sekaligus peresmian Masjid At-Tanwir PRM GKB 4 dan Semarak Milad Ke-113 Muhammadiyah, berlangsung meriah pada Sabtu (6/12/2025). Kegiatan yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik ini mengangkat tema “Memajukan Kesejahteraan Bangsa melalui Pendidikan dan Masjid.”

Acara INI menghadirkan pemateri utama Dr Busyro Muqoddas, SH, MH, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, yang juga mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) dan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Tokoh nasional ini dikenal luas karena kiprahnya dalam gerakan antikorupsi dan kritik sosial berbasis dakwah.

Dalam pengajiannya, Busyro menuturkan kisah historis tentang awal perjumpaan Muhammadiyah dengan masyarakat Sumatera Barat. Ia mengutip tulisan Syukri AR dalam majalah Suara Muhammadiyah, mengenai Kiai Abdul Karim Amrullah, ayah Buya Hamka, yang mengutus cucunya ke kampung Kauman Yogyakarta. Tujuannya, meneliti gerakan baru bernama Muhammadiyah.

Cucu tersebut bertemu langsung dengan KH Ahmad Dahlan, merasakan gagasan-gagasannya, lalu menyampaikan pengalaman itu kepada sang kakek. Hasilnya, Muhammadiyah didirikan di Bukittinggi dan berkembang pesat, menjadi kekuatan sosial baru berbasis pendidikan dan pencerahan.

Busyro menegaskan, bahwa masa depan bangsa tidak mungkin dipisahkan dari pendidikan dan masjid.

“Jadi kalimat memajukan itu tidak mungkin kalau tidak lewat pendidikan dan masjid,” ujarnya.

Ia mengutip literatur neurosains, bahwa perubahan perilaku dan kesejahteraan sosial berakar pada sistem pendidikan yang berkelanjutan serta ruang spiritual yang membina kesadaran. Lebih jauh, Busyro menyinggung ajaran KH Ahmad Dahlan yang terinspirasi Surat Al-Mu’minun. Dalam surat itu, Allah memuji orang beriman karena menepati amanah dan janji, serta menjaga sholatnya.

“Orang yang amanah dan menepati janji, dan orang-orang yang memelihara sholatnya,” jelas Busyro, menyitir ayat tersebut.

Menurutnya, ayat ini menjelaskan hubungan antara spiritualitas dan tanggung jawab publik. Orang beriman, tegasnya, harus memegang janji, memikul amanah, serta menjaga ibadah sebagai sumber energinya.

Busyro menegaskan, bahwa sholat yang diajarkan KH Ahmad Dahlan sesuai dengan tuntunan Rasulullah, sebagaimana dipahami umat Islam seluruh dunia.

“Sholat diawali takbiratul ihram, bahwa Allah Yang Maha Besar, yang Maha Segalanya, termasuk yang mengizinkan pembangunan Masjid Al-Mizan ini,” tutur Busyro.

Ia menambahkan, sholat ditutup dengan salam —doa keselamatan— yang mengajarkan umat untuk tidak merusak bumi dan kedamaian sosial.

Busyro menyebut, kesadaran sosial tersebut pernah ditegaskan dalam Keputusan Tanwir Muhammadiyah di Aceh, yang menegaskan pentingnya tauhid sosial, iman yang mewujud dalam pendidikan, pemberdayaan, dan keadilan.

Konsep ini, menurutnya, menjadi nafas gerakan Muhammadiyah sejak awal: membangun manusia berpendidikan, beretika, dan berintegritas, bukan hanya beribadah secara ritual.

Peresmian Masjid dan Asrama Al Mizan SMAMIO dianggap bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi bagian dari strategi panjang Muhammadiyah dalam membangun ekosistem kaderisasi, pendidikan karakter, dan gerakan sosial.

Masjid ini diharapkan menjadi pusat ibadah, literasi, diskusi, dan pemberdayaan, bukan hanya tempat sholat.

Busyro menekankan spirit kepemimpinan dalam Muhammadiyah bukan soal jabatan, tetapi kontribusi.

“Bisa jadi tidak jadi pimpinan, jadi anggota biasa, tapi kerjanya luar biasa,” katanya, disambut tepuk tangan jamaah. (*)

Kontributor: Yanita Intan Sariani

Author