Girimu.com — Pola S3 marketing membuat produk Devita Rizka Zahira pada Almadany Business Challenge (ABC) laris manis. Hal itu terjadi pada kegiatan ABC SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik yang berlangsung pada Jumat (22/11/2024).
Jumat pagi itu, Devita, panggilan Devita Rizka Zahira, menenteng tas makanan yang berisi minuman kekinian, yakni es Micin (Milo Cincau). Berbeda dengan kawan-kawannya yang mendapat giliran berjualan, ia nampak meletakkan tas makanan itu, namun tidak menatanya di atas meja yang sudah disediakan.
“Dev, ayo minumannya ditata, biar cepat habis. ‘Kan sebentar lagi adik kelas sudah berdatangan untuk beli,” ajak Margareth Wafirah Handini.
Devita hanya tersenyum sambil mengeluarkan kertas berisi daftar nama pembeli dan volume pembeliannya.
“Nih lihat, es Micinku sudah sold out. Semuanya sudah dipesan dan siap berpindah tangan,” jawabnya bangga.
“Lho koq bisa?” tanya Delisha Qistina Putri yang penasaran dengan pembicaraan dua kawannnya itu.
Devita kemudian menjelaskan, bahwa minuman Micinnya habis sehari sebelum acara. Hal itu karena dia mempromosikan jualannya itu melalui aplikasi WhattAps di grup yang ia miliki ataupun grup mamanya.
Dari list nama pembelinya, selain siswa juga ada nama beberapa guru yang juga ikut memesan.
Sebagai tambahan informasi, S3 marketing dipakai warganet untuk menilai aktivitas pemasaran pengusaha ataupun merek yang cenderung out of the box. Aktivitas pemasaran ini ramai digunakan seiring berkembangnya platform medsos, seperti Facebook, Instagram, YouTube hingga TikTok.
Selain itu, aktivitas jejaring di internet yang makin mudah melalui smartphone membuat masyarakat berperan besar dalam memviralkan sebuah produk ataupun merek. Oleh karena itu, teknik S3 marketing bertujuan membangun perbincangan hingga kasak-kusuk di medsos yang mendorong warganet ramai-ramai memviralkannya.
Belajar Jadi Pengusaha
Wakil Kepala SD Almadany bidang Kesiswaan, Maulidyah Firdausi, menyampaikan, kegiatan ABC menjadi kawah candradimuka calon-calon pengusaha. Melalui kegiatan ABC ini, murid SD Almadany dilatih untuk menjadi pengusaha yang tahan banting dan siap menghadapi tantangan.
Tahun ajaran 2024/2025 ini, sambungnya, ia mengubah prosedur pelaksanaan ABC. Jika tahun ajaran lalu yang berjualan adalah 2 kelompok di tiap kelas, tahun ajaran saat ini yang berjualan per kelompok per kelas.
Setiap anggota kelompok berbeda jenis produk yang dijualnya, dan masing-masing dari mereka diajarkan untuk bisa melakukan promosi ataupun teknik penjualan secara sekreatif. Maka tak heran, pada saat acara berlangsung, terlihat ada yang berteriak memasarkan dan memancing perhatian calon pembeli. Di sisi lain ada yang meletakkan produk jualannya di nampan dan berkeliling ke setiap calon pembeli yang dijumpainya.
Di akhir acara, setiap penjual akan menghitung dan melaporkan hasil penjualannya melalui announcer yang memandu acara ABC ini. Tidak semua merasakan keuntungan atau laba. Ada pula yang rugi. Seperti yang dirasakan Ayu Wandira Arya Putri, ia mengetahui merugi setelah menghitung pengeluaran dan pemasukan yang diterima.
“Aku rugi, Tadz,” ungkapnya kepada salah satu gurunya, tak bersemangat.
Saat ditanya bagaimana hal itu bisa terjadi, ia menjawab bahwa ia salah perhitungan antara modal atau biaya produksi dengan harga jualannya.
“Jualanku cepat laku, eh ternyata (harganya) terlalu murah, akibatnya rugi deh,” ujar siswa yang berjualan Spaghetti Carbonara dengan harga hanya Rp 2.000 per cup kecilnya. (*)
Kontributor: Mahfudz Efendi