Idealitas Musywil Muhammadiyah – bandungmu.com

Oleh: Ace Somantri, Dosen UM Bandung

BANDUNGMU.COM — Cooling down seluruh aktivis Muhammadiyah pasca muktamar di Solo, Jawa tengah, walaupun hanya waktu sesaat.

Paling pertama PW Muhammadiyah Jawa Timur menggelar musyawarah wilayah satu bulan setelah perhelatan muktamar. Akhir Desember 2022 di Ponorogo mereka akan bermusyawarah.

Wilayah lainnya pun bergerak melangkah dalam menata masa depan persyarikatan agar lebih berkemajuan dan bermartabat. Termasuk PW Muhammadiyah Jawa Barat yang akan menggelar permusyawaratan tingkat wilayah pada Februari 2023 di kampus Muhammadiyah Cirebon.

Muhammadiyah Jawa Barat khususnya Kota dan Kabupaten Bandung menjadi tuan rumah perhelatan muktamar Nasyiatul Aisyiyah pada 02-04 Desember 2022. Konsentrasi aktivis Muhammadiyah Bandung mensukseskan muktamar Nasyiatul Aisyiyah menyambut para peserta di berbagai wilayah se-Indonesia.

Akseleratif dan produktif

Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat berharap digelar penuh khidmat dan bermartabat sehingga hasil musyawarah benar-benar menghasilkan keputusan arif, bijak dan konstitusional serta memuaskan semua pihak.

Nilai martabat dalam gelaran musyawarah untuk mufakat itu terbebas dari praktik disorientasi pengembangan organisasi persyarikatan yang sebenarnya.

Pasalnya, tantangan hari ini dan esok sangat berat. Eksistensi organisasi bukan hanya berjalan seperti apa adanya, melainkan harus ada agresivitas gerakan yang lebih akseleratif dan produktif.

Panjang jalan dan cerita. Kisah demi kisah nyata komunitas manusia dari abad ke abad selalu ada peninggalan budaya dan peradaban sebagai bukti manusia berbudaya dan beradab, baik dalam bentuk artefak ataupun benda sejenisnya sebagai bukti karya budaya.

Namun, sebaiknya ada catatan penting bahwa karya budaya bukan satu-satunya dalam benda semata. Justru ada hal yang lebih bernilai dan bermakna yakni sebuah ideologi atau platform hidup.

Sifat dasar manusia yakni menyelamatkan generasi berikutnya dari kejahatan dan kezaliman sistem sosial yang tidak berideologi. Pada sisi lain bahwa ideologi sesat dan menyesatkan akan merusak dan membunuh habitat dan ekosistem makhluk hidup di mana pun berada.

Apa pun alasanya, ideologi adalah sebagai pengantar dan pendamping hidup seseorang maupun kelompok orang dalam komunitas. Oleh karena itu, menjadi penting karya budaya dalam bentuk ajaran ideologi yang diyakini.

Pasalnya hal itu akan terus hidup dan bermakna selama manusia berada di dunia ada pada ruang dan waktu. Termasuk ada dalam lingkup institusi organisasi.

Soal regenerasi

Berorganisasi hak adami seorang manusia di dunia karena dia merupakan makhluk sosial. Namun, ketika sistem hidup sosial manusia tanpa aturan dan norma, maka akan terjadi kehidupan hukum rimba.

Ajaran ideologi bagian utama hak-hak adami untuk menjaga terpeliharanya habitat dan ekosistem manusia yang beradab. Dari sekian rutinitas komunitas organisasi ada yang namanya regenerasi yang merupakan sunatullah atau hukum alam.

Hanya saja bagi manusia jelas berbeda dengan hewan dalam soal regenerasi. Manusia makhluk berakal yang sudah pasti cara regenerasinya lebih dinamis.

Dalam institusi, ketika di dalamnya ada manusia yang berakal sehat dan waras, maka akal dan hatinya akan menuntun pada yang semestinya. Namun, ketika dalam realitasnya tidak terjadi regenerasi, maka dapat diindikasikan ada disorientasi dan kewarasan akalnya terganggu.

Musyawarah bagian dari usaha meregenerasi. Namun, faktanya hal itu hanya sering berhenti pada seremonial semata untuk memperlihatkan kemasan bahwa ada proses regenerasi. Padahal, jelas saja masih jauh panggang dari api. Idealitas masih belum tampak.

Justru momen tersebut menjadi ruang untuk memperpanjang eksistensi diri dengan dalih masih diminati dan dikehendaki. Oleh karena itu, patut diduga ada sesuatu di baliknya atau bahkan terganggu sistem sosial organisasinya.

Dinamisasi organisasi

Sebaiknya, dinamisasi kepemimpinan organisasi sedetail mungkin apabila ada celah-celah aturan dan mekanisme yang diindikasikan memberikan ruang keabadian, itu harus diperketat. Meski tentu saja sekalipun begitu, tetap saja ada yang mencari celah lain.

Bagi siapa pun yang ingin berkhidmat, misalnya para elite organisasi masyarakat Islam, walaupun tidak ada batasan usia dan waktu, kiranya kesadaran diri untuk berbagi kesempatan kepada yang lain itu lebih baik. Itu menunjukkan jiwa aktivis sejati.

Musywil Muhammadiyah di berbagai wilayah, termasuk di Jawa Barat, berharap menjadi wahana regenerasi yang semestinya. Berkhidmat tingkat wilayah untuk pimpinan selanjutnya sebaiknya memberikan kesempatan kepada yang lain dengan seluas-luasnya. Wallahu a’lam.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author