Ikan Mujair dan Sungai Serang

BANDUNGMU.COM — Bagi Anda yang menjadi penggemar ikan, pasti tahu dan mungkin pernah memakan ikan ini. Ikan ini sangat familiar di kalangan masyarakat karena banyak juga yang mengonsumsinya.

Inilah ikan mujair. Mengutip laman bebas wikipedia, mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan sejenis ikan yang biasa dikonsumsi.

Penyebaran alami ikan ini adalah perairan Afrika dan di Indonesia pertama kali ditemukan oleh Pakde Mujair di muara Sungai Serang pantai selatan Blitar, Jawa Timur, pada 1939.

Meski masih menjadi misteri, bagaimana ikan itu bisa sampai ke muara terpencil di selatan Blitar, tak urung ikan tersebut dinamai “mujair” untuk mengenang sang penemu. Ikan ini berkerabat dekat dengan ikan nila (Oreochromis niloticus) yang berasal dari Afrika bagian utara dan Levant.

Ciri-ciri

Ikan berukuran sedang, panjang total maksimum yang dapat dicapai ikan mujair adalah sekitar 40 cm. Bentuk badannya pipih dengan warna hitam, keabu-abuan, kecokelatan atau kuning.

Sirip punggungnya (dorsal) memiliki 15-17 duri (tajam) dan 10-13 jari-jari (duri berujung lunak) dan sirip dubur (anal) dengan 3 duri dan 9-12 jari-jari.

Penyebaran dan habitat

Mujair merupakan ikan asli perairan air tawar dan air payau di wilayah tenggara Afrika, mulai dari Mozambik, Malawi, Zambia, Zimbabwe, hingga Sungai Bushman di Provinsi Eastern Cape di Afrika Selatan.

Ikan ini merupakan ikan yang mudah beradaptasi dalam berbagai kondisi lingkungan. Mujair dapat hidup di semua jenis ekosistem perairan tawar dan daerah pesisir laut.

Di wilayah asalnya, populasi mujair asli terdesak oleh keberadaan ikan nila. Selain berkompetisi dalam memperebutkan makanan dan habitat, kedua spesies sering melakukan perkawinan silang menghasilkan hibrida.

Kasus ini telah terjadi di Sungai Zambesi dan Sungai Limpopo sehingga mujair strain murni dikhawatirkan akan lenyap dari kedua perairan tersebut.

Ikan invasif

Ikan mujair mulai diintroduksi ke berbagai wilayah di dunia sejak awal 1930-an sebagai ikan budi daya dan juga mengendalikan populasi tumbuhan air dan serangga liar.

Namun, kini mujair dikenal sebagai ikan invasif karena merugikan ikan asli dengan bersaing dalam memperebutkan makanan dan tempat bertelur serta memangsa ikan kecil. Bahkan, ikan ini dinobatkan sebagai anggota ke-66 dalam daftar “100 Jenis Asing Invasif Terburuk di Dunia” oleh GISD.

Kebiasaan

Ikan mujair mempunyai toleransi yang besar terhadap kadar garam (salinitas) sehingga dapat hidup di air payau. Jenis ikan ini memiliki kecepatan pertumbuhan yang relatif cepat, tetapi setelah dewasa kecepatannya ini akan menurun.

Mujair juga sangat peridi. Ikan ini mulai berbiak pada umur sekitar 3 bulan dan setelah itu dapat berbiak setiap satu setengah bulan sekali.

Setiap kalinya, puluhan butir telur yang telah dibuahi akan “dierami” dalam mulut induk betina yang memerlukan waktu sekitar seminggu hingga menetas.

Hingga beberapa hari setelahnya pun mulut ini tetap menjadi tempat perlindungan anak-anak ikan yang masih kecil, sampai anak-anak ini disapih induknya.

Dengan demikian dalam waktu beberapa bulan saja, populasi ikan ini dapat meningkat sangat pesat. Mujair mudah beradaptasi dengan aneka lingkungan perairan dan kondisi ketersediaan makanan.

Tidak mengherankan apabila ikan ini dianggap invasif dan menimbulkan berbagai masalah baru di perairan yang didatanginya, seperti halnya di Singapura, dan di California Selatan, Amerika Serikat.

Tidak luput pula adalah berbagai waduk dan danau-danau di Indonesia yang “ditanami” ikan ini, seperti misalnya Danau Lindu di Sulawesi Tengah.***

____

Sumber: diolah dari wikipedia

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author