Inilah Sejarah Singkat Cianjur – bandungmu.com

BANDUNGMU.COM, Cianjur — Cianjur saat ini sedang berduka karena beberapa kecamatannya dilanda gempa bumi yang menyebabkan ratusan nyawa melayang. Banyak rumah penduduk yang rusak dan roboh sehingga mereka mengunsi di tenda-tenda darurat.

Seperti apa sasakala atau asal-usul Cianjur? Mengutip wikipedia, Cianjur merupakan sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Barat. Ibu kotanya berada di kecamatan Cianjur.

Kabupaten Cianjur berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta di sebelah Utara, kemudian Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Garut di sebelah Timur, dan Samudra Hindia di sebelah Selatan, serta Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor di sebelah Barat.

Geografis

Sebagian besar Cianjur adalah pegunungan, kecuali di sebagian pantai selatan berupa dataran rendah yang sempit. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat.

Keadaan itu ditunjang dengan banyaknya sungai besar dan kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya pengairan tanaman pertanian. Sungai terpanjang di Cianjur adalah Sungai Cibuni yang bermuara di Samudra Hindia.

Dari luas wilayah Kabupaten Cianjur 350.148 hektar, pemanfaatannya meliputi 83.034 Ha (23,71 persen) berupa hutan produktif dan konservasi.

Kemudian 58,101 Ha (16,59 persen) berupa tanah pertanian lahan basah, 97.227 Ha (27,76 persen) berupa lahan pertanian kering dan tegalan, 57.735 Ha (16,49 perseb) berupa tanah perkebunan, dan 3.500 Ha (0,10 persen) berupa tanah dan penggembalaan/pekarangan.

Lalu 1.239 Ha (0,035 perseb) berupa tambak/kolam, 25.261 Ha (7,20 perseb) berupa pemukiman/pekarangan dan 22.483 Ha (6.42 persen) berupa penggunaan lain-lain.

Sejarah

Raden Djajasasana putra Aria Wangsa Goparana dari Talaga keturunan Sunan Talaga, dengan membawa 100 cacah (rakyat) ditugaskan untuk membuka wilayah baru yang bernama Cikundul.

Raden Djajasasana kemudian berhasil menahan serangan Banten dalam mempertahankan wilayahnya sehingga dia dianugerahi gelar panglima (Wira Tanu). Oleh karena itu, dia akhirnya dikenal dengan gelar Raden Aria Wira Tanu.

Aria Wangsa Goparana kemudian mendirikan Nagari Sagara Herang dan menyebarkan Islam ke daerah sekitarnya. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanya merupakan subnagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana.

Beberapa tahun sebelum tahun 1680 sub nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer).

Suku bangsa

Kabupaten Cianjur, menurut Sensus Penduduk 2000, berpenduduk 1.931.480 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 982.164 jiwa dan perempuan 949.676 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,23 persen.

Kecamatan yang jumlah penduduknya terbesar adalah Kecamatan Pacet sebanyak 170.224 jiwa dan Kecamatan Cianjur sebanyak 140.374 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya di atas 100.000 jiwa adalah Kecamatan Cibeber (105.0204 jiwa), Kecamatan Warungkondang (101.580 jiwa), dan Kecamatan Karangtengah (123.158 jiwa).

Kecamatan yang jumlah penduduknya terkecil adalah Kecamatan Cikadu sebanyak 36.212 jiwa. Kecamatan lainnya yang jumlah penduduknya antara 40.000–50.000 jiwa adalah Kecamatan Sindangbarang, Takokak, dan Sukanagara.

Kemudian, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur tahun 2022, jumlah penduduk kabupaten Cianjur pada 2021 sebanyak 2.506.682 jiwa dengan kepadatan 694 jiwa/km2.

Penduduk asli kabupaten Cianjur adalah orang Sunda dan menjadi mayoritas di kabupaten ini. Suku lain yang ada di Cianjur di antaranya orang Jawa dan sebagian lagi orang Betawi, Cirebon, serta suku pendatang lainnya seperti Batak, Tionghoa, Minangkabau, Banten, dan lainnya.

Agama

Penduduk Kabupaten Cianjur mayoritas memeluk agama Islam yang mencapai 99,36 persen, sedangkan penduduk beragama lainnya mencapai 0,64 persen.

Jumlah penduduk Kabupaten Cianjur berdasarkan agama yang dianut tahun 2021, yakni beragama Islam sebanyak 2.372.459 jiwa (99,36 persen). Kemudian, penduduk beragama Kristen sebanyak 13.160 jiwa (0,55 persen), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur, kemudian Ciranjang dan Karangtengah.

Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 1.958 jiwa (0,08 persen), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur. Selebihnya pemeluk agama Hindu, Konghucu, dan kepercayaan sebanyak 164 orang (0,01 persen), umumnya berada di ibu kota kabupaten yakni kecamatan Cianjur.

Wisata

Kabupaten Cianjur memiliki beragam tempat pariwisata. Beberapa tempat wisata yang ada di ialah situs megalitikum Situs Gunung Padang yang berada di kecamatan Campaka. Sebagian wilayah Cianjur berbatasan dengan laut, wisata lain yang ada di Cianjur yakni wisata pantai.

Berikut beberapa wisata yang ada di Kabupaten Cianjur.

Gunung Gede
Gunung Pangrango
Istana Presiden Cipanas
Telaga Biru
Curug CIbeureum
Curug Ciismun
Alun-alun Suryakencana
Tirta Jangari
Waduk Cirata
Pantai Jayanti
Pantai Apra
Curug Citambur
Taman Bunga Nusantara
Kota Bunga
Kebun Raya Cibodas
Situs Megalitikum Gunung Kasur
Danau Leuwi Soro
Kebun Teh Panyairan
Kebun Teh Gedeh

Kuliner

Bubur ayam menjadi salah satu ikon kuliner Cianjur. Hal ini diperkuat dengan adanya Tugu Bubur Ayam di Cianjur. Bubur ayam telah dijual di Cianjur sejak 1975. Salah satu yang terkenal ialah bubur ayam Sampurna.

Bubur Cianjur terbuat dari bahan beras Pandan Wangi, beras asli Cianjur. Bagian toping, ditambahkan kerupuk dan pais. Pais merupakan olahan dari usus ayam, kunyit, bawang putih, bawang merah, bawang daun, dan juga garam, ditumis dengan menggunakan minyak. Pais ini kemudian menjadikannya sebagai bubur ayam khas Cianjur.

Ayam pelung

Ayam pelung merupakan ayam peliharaan asal Cianjur, sejenis ayam asli Indonesia dengan tiga sifat genetik. Ciri ayam Pelung, memiliki suara berkokok yang panjang mengalun, kemudian pertumbuhannya cepat, dan memiliki postur badan yang besar.

Bobot ayam pelung jantan dewasa bisa mencapai 5-6 kg dengan tinggi antara 40 sampai 50 cm. Nama ayam pelung berasal dari bahasa Sunda, yakni mawelung atau melung, yang artinya melengkung.

Itu karena dalam berkokok menghasilkan bunyi melengkung juga karena ayam pelung memiliki leher yang panjang dalam mengahiri suara atau kokokannya dengan posisi melengkung.***

___

Sumber: diolah dari wikipedia

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author