1/
Ketakutan terbesarku adalah ketika aku tak lagi mampu memeluk angin dan angan. Ada harapan dan kegilaan yang menggeliat di dalam pikiran.
Melihatnya dewasa, membacakan cerita-cerita tentang kisah perjalanan Layla dan Qais atau Romeo Juliet.
Banyak hal yang ingin kulakukan, meski air mata terkadang mengajakku bersembunyi di ruang bernama sunyi. Sendiri.
Aku memang banyak menyembunyikan angan yang kusulam perlahan-lahan, hari demi hari, terkadang dengan senyuman sewaktu dengan serunyam.
Semuanya kuperam sendiri, karena sejatinya lelaki harus memiliki punggung yang kuat, doa yang lekat, dan harapan-harapan yang bisa saja sewaktu-waktu mengajaknya tersesat.
Begitulah lelaki.
2/
“Adakah ketakutan terbesar lain yang kau sembunyikan?”
Banyak sekali ketakutan-ketakutan yang kusembunyikan.
Di saku celana, di loker tempatku bekerja, jok sepeda yang gelap, di bawah bantal yang pernah kau cap pengap.
Namun, jika kau memaksaku menjawabnya tentu aku takut kehilangan keningmu yang hening.
Tempat berbaring dari lelah dunia. Tempat mengecup dari masa yang redup. Tempat bercerita dari segala yang resah. Tempat meminta dari yang gelisah dan alpa.
Ketakutanku tidak berhenti di situ saja. Karena aku selalu takut kehilangan peta tubuh yang utuh.
Di mana seorang anak kecil berlari-lari meninggalkan muasalnya akan mencari di mana peta tubuh sebagai penunjuk arah pulang.
Di mana aku yang menari-nari hingga letih dan peluh menjadi satu, akan menjadikan peta tubuh untuk berlabuh.
Gresik, 2024
Beny Firmansyah
Tempat, tanggal lahir : Gresik, 18 November 1994
Guru SMP Muhammadiyah 1 Gresik