Kuatkan Karakter Anti-Bullying, Siswa Spemutu Dibekali ‘Crab Mentality, Cyber Bullying, Hate Speech’, dan Penanganannya

banner 468x60

GIRIMU.COM — SMP Muhammadiyah 1 Gresik (Spemutu) menggelar kegiatan Penguatan Karakter Anti-Bullying yang dilaksanakan di Masjid Taqwa Perguruan Muhammadiyah Cabang Gresik, Senin (15/12/2025). Kegiatan ini menjadi bagian dari komitmen sekolah dalam membentuk karakter siswa agar mampu hidup rukun, saling menghargai, serta bijak dalam menyikapi perkembangan dunia digital.

Kegiatan diawali dengan sambutan Kepala Spemutu, Sulistyaningsih, yang mengajak seluruh siswa mengikuti kegiatan dengan penuh kesungguhan. Ia menekankan pentingnya mendengarkan materi dan menyerap ilmu secara optimal dari pemateri.

“Dengarkan dengan baik, pahami, dan terapkan ilmu yang disampaikan agar kalian mampu bersikap lebih bijak dalam kehidupan sehari-hari,” pesannya.

Materi disampaikan oleh Wiwit Rahmya Rosintan, guru Bimbingan Konseling SMA Muhammadiyah 1 Gresik, yang menjelaskan berbagai bentuk bullying, mulai dari bullying verbal, cyber bullying, hingga hate speech. Ia menyampaikan, kekerasan verbal sering berawal dari kurangnya empati dan kesadaran diri dalam berkomunikasi.

“Satu kata yang kita anggap biasa bisa menjadi luka yang sangat dalam bagi orang lain, terutama jika disampaikan di ruang digital,” ujarnya.

Selain itu, Wiwit mengangkat konsep crab mentality, yakni sikap menjatuhkan orang lain karena tidak mampu menerima keberhasilan atau kelebihan temannya. Menurutnya, sikap ini kerap menjadi pemicu munculnya ejekan, hinaan, hingga perundungan yang berulang.

Crab mentality membuat seseorang merasa tidak nyaman melihat temannya berkembang, lalu berusaha menariknya turun dengan kata-kata atau perlakuan yang menyakitkan,” jelasnya.

Lebih lanjut, Wiwit memaparkan dampak serius bullying terhadap kesehatan mental korban. Tekanan yang dialami terus-menerus dapat memicu kecemasan, rendah diri, depresi, hingga keinginan menyakiti diri sendiri, bahkan bunuh diri. Ia menegaskan, bahwa luka akibat bullying tidak selalu terlihat secara fisik, tetapi membekas dalam jiwa korban.

“Banyak korban memilih diam karena merasa tidak didengar, padahal dampaknya bisa sangat berbahaya,” ungkapnya.

Terkait penanganan bullying, Wiwit menekankan pentingnya kesadaran pribadi sebagai langkah awal. Setiap individu perlu menyadari, bahwa sikap dan tutur kata memiliki dampak besar bagi orang lain. Selain itu, korban membutuhkan dukungan psikologis agar tidak merasa sendirian dan mampu memulihkan kondisi mentalnya.

“Tidak apa-apa meminta bantuan. Itu bukan tanda kelemahan, melainkan keberanian,” tegasnya.

Ia juga menekankan pentingnya membangun empati, pendidikan dan kesadaran, serta menciptakan lingkungan yang positif di sekolah. Menurutnya, lingkungan yang saling mendukung, menghargai perbedaan, dan menjunjung nilai akhlak akan mencegah tumbuhnya bullying dan crab mentality.

“Jika lingkungan kita positif, maka perilaku negatif akan sulit tumbuh,” tuturnya.

Kepala Urusan Kurikulum SMP Muhammadiyah 1 Gresik, Tri Wahyuningsih, menyampaikan, kegiatan ini selaras dengan penguatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kurikulum sekolah. Ia menegaskan, sekolah tidak hanya mendidik secara akademik, tetapi juga membentuk kepribadian dan kepedulian sosial siswa.

“Kami ingin sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman, dan menumbuhkan empati bagi semua siswa,” ujarnya.

Melalui kegiatan Penguatan Karakter Anti-Bullying ini, Spemutu berharap siswa mampu menolak segala bentuk bullying, menghindari crab mentality, serta bersama-sama menciptakan lingkungan sekolah dan ruang digital yang aman, rukun, dan bermartabat. (*)

Kontributor: Beny Syah

Author