Lasminingrat, Pelopor Kemajuan Wanita Sunda

BANDUNGMU.COM, Bandung — Raden Ayu Lasminingrat lahir pada 29 Maret 1854. Ia adalah seorang pelopor kemajuan wanita Sunda dan pendiri Sakola Kautamaan Istri.

Mengutip Wikipedia, Raden Ayu Lasminingrat adalah putri sulung pasangan Raden Haji Muhamad Musa dengan Raden Ayu Ria, seorang penghulu sekaligus sastrawan sunda.

Ketika zaman kolonialisme pendidikan untuk bumiputera-bumiputeri dengan poltik etis belumlah menjadi hak asasi warga Nusantara, terutama kaum perempuan, dan atas kesadaran pentingnya pendidikan, Raden Haji Muhamad Musa mendirikan sekolah Eropa (Bijzondere Europeesche School) dengan menggaji dua orang guru Eropa.

Di sekolah ini orang Eropa (Belanda) dapat bersekolah bersama-sama dengan anak-anak pribumi juga anak laki-laki bercampur dengan anak-anak perempuan.

Ada pula yang menyebutkan Kontrolir Levisan atau Levyson Norman, seorang sekretaris Jenderal Hindia Belanda kenalan baik sang ayah yang mengasuh Lasminingrat hingga mahir dalam menulis dan berbahasa Belanda.

Kesetaraan derajat

Materi pembelajaran berupa membaca, menulis, bahasa Belanda, dan umumnya mengenai kebudayaan Barat. Dari pengalaman didikan langsung tersebut, Lasminingrat mempunyai angan jauh ke depan serta bercita-cita–sama halnya dengan Dewi Sartika atau Kartini di kemudian hari–untuk memajukan peranan dan kesetaraan derajat perempuan Nusantara.

Alhasil, kemampuan Raden Ayu Lasminingrat dalam berbahasa Belanda sangat fasih, bahkan Karel Frederik Holle, seorang administrator di Perkebunan Teh Waspada, Cikajang, memujinya.

Pujian itu dinyatakan dalam surat Holle kepada PJ Veth, antara lain menyebutkan, “Anak perempuan penghulu yang menikah dengan Bupati Garut, menyadur dengan tepat cerita-cerita dongeng karangan Grimm, cerita-cerita dari negeri dongeng (Oleg Goeverneur), dan cerita-cerita lainnya ke dalam bahasa Sunda.”

Pada 1879, Lasminingrat mendidik anak-anak melalui buku bacaan berbahasa sunda, pendidikan moral, agama, ilmu alam, psikologi, dan sosiologi.

Dia sisipkan dalam cerita yang disadur dari bahasa asing yang disesuaikan dengan kultur Sunda dan bahasa yang mudah dipahami.

Langkah riilnya yakni pada 1907 Lasminingrat mendirikan Sakola Kautamaan Istri di lingkungan Ruang Gamelan, Pendopo Garut, sekitar tahun 1907.

Awalnya dibuka terbatas untuk lingkungan para priyayi atau bangsawan lokal saja dengan materi pelajaran berupa baca, tulis, dan pemberdayaan perempuan. Selain itu, Lasminingrat juga rajin membuat tulisan. Di antara karyanya yang terkenal adalah Warnasari (jilid 1 & 2).

Lasminingrat menikah dengan Raden Adipati Aria Wiratanudatar VII yang merupakan Bupati Garut. Lasminingrat menghentikan aktivitas kepengarangannya. Ia lalu berkonsentrasi di bidang pendidikan bagi kaum perempuan Sunda.

Diakui Belanda

Selanjutnya pada 1911 sekolah tersebut pindah ke Jalan Ranggalawe. Tidak disangka, pada 1911 sekolahnya berkembang. Jumlah muridnya mencapai 200 orang, dan lima kelas dibangun di sebelah pendopo.

Sekolah ini akhirnya mendapatkan pengesahan dari pemerintah Hindia Belanda pada 1913 melalui akta nomor 12 tertanggal 12 Februari 1913.

Pada 1934, cabang-cabang Keutamaan Istri dibangun di kota Wetan Garut, Bayongbong, dan Cikajang. Pada 1912, Lasminingrat mendirikan kembali Sakola Istri untuk kaum perempuan yang letak dan bangunannya sekarang dipakai SMA Negeri 1 Garut sebelah timur alun-alun.

Pihak pemerintah kolonial menganggap jasa dan peranan Lasminingrat besar dalam membangun pendidikan untuk kaum bumiputera-bumiputeri oleh karenanya ia diberi penghargaan dan kompensasi tetap bulanan selama mengajar.

Seiring dengan pergantian nama Kabupaten Limbangan menjadi Kabupaten Garut pada 1913. Dua tahun setelah pergantian nama, RAA Wiratanudatar VIII pensiun, setelah menjadi bupati sejak 1871. Jabatan Bupati Garut kemudian dipangku oleh RAA Suria Kartalegawa yang masih terhitung keponakannya.

Akhirnya Raden Ayu Lasmingrat pindah dari pendopo ke sebuah rumah di Regensweg (sekarang Jalan Siliwangi). Rumah yang besar ini sekarang menjadi Yogya Department Store. Hingga usia 80 tahun ia masih aktif meskipun tidak langsung dalam dunia pendidikan.

Pada masa pendudukan Jepang, Sakola Kautamaan Istri itu diganti namanya menjadi Sekolah Rakyat (SR) dan mulai menerima laki-laki.

Sejak 1950, SR tersebut berubah menjadi SDN Ranggalawe I dan IV yang dikelola Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Daerah Tingkat II Garut. Pada 1990-an hingga kini berubah lagi menjadi SDN Regol VII

Akhir hidup

Lasminingrat wafat pada 10 April 1948 dalam usia 94 tahun. Ia kemudian dikebumikan tepat di belakang Mesjid Agung Garut. Cita-cita dan perjuangannya mewujudkan pendidikan untuk kaum perempuan diteruskan oleh kerabatnya.

Karya tulis

“Tjarita Erman” (1875). Buku “Tjarita Erman” merupakan terjemahan dari Christoph von Schmid. Buku ini dicetak sebanyak 6.015 eksemplar.

Pada 1911 dicetak ulang dalam aksara Jawa dan pada 1922 dalam aksara Latin. Selanjutnya pada 1919 diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh MS Cakrabangsa.

“Warnasari” jilid 1 (1876). Judul “Warnasari atawa Roepa-roepa Dongeng” jilid 1″. Buku ini ditulis dalam aksara Jawa dan merupakan hasil terjemahan dari tulisan Marchen von Grimm dan JAA Goeverneur, yaitu Vertelsels uit het wonderland voor kinderen, klein en groot (1872), dan beberapa cerita Eropa lainnya. Lalu ada “Warnasari” jilid 2 (1887).***

____

Sumber: Wikipedia

Editor: FA



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author