Mahasiswa Harus Bergerak Menolak Kenaikan Harga BBM

Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Beberapa hari ini sudah banyak informasi rencana pemerintah menaikan BBM khususnya jenis Pertalite.

Fakta dan nyata selama ini pemerintah jauh dari peka terhadap rakyatnya, justru menekan dan terkesan memeras energi rakyat.

Belum pulih menghadapi plandemi covid-19, kondisi rakyat sedang sempoyongan tak ubahnya ikan seloyongan sedang berusaha mempertahankan kondisi untuk tetap hidup yang kemudian air mengering tidak lama ikan pun mati.

Apakah rakyat Indonesia akan seperti nasib ikan tersebut? Bukan mustahil tidak sedikit orang mati dengan cara bunuh diri akibat stres tidak kuat mempertahan hidup kian hari kian berat membebani tidak memiliki kekuatan menanggungnya atau kematian dalam konteks harapan hidup rakyat sudah banyak yang mati.

Bahkan di Kabupaten Bandung ada warga yang bunuh diri melemparkan badannya ke rel kereta api hingga tewas seketika.

Setelah ditelusuri informasi yang beredar orang tersebut depresi berat akibat persoalan ekonomi yang menghimpit dan mendera hingga sulit bergerak dan bernapas tidak bisa berbuat lagi.

Mahasiswa, kalian di mana? Suara lantangmu kami rindu. Kami rindu mendengar orasi demonstrasi kala suara hati keluar tanpa henti bagai air deras menerjang dan meluluhlantahkan kezaliman penguasa tiran yang dikendali oleh oligarki.

Sorak sorai menjadi desiran ombak bergemuruh mengisi ruang hampa yang selama ini tanpa adab dan keadilan bagi rakyat jelata. Bentangan spanduk terurai kata dan kalimat menebar pesona para pembaca seketika.

Bertebaran menyebar tuntutan mahasiswa mewakili kaum papa dhuafa kekuasaan. Mengetuk nurani anak bangsa yang lain untuk bersama menyuarakan kata hingga menembus pintu dan jendela istana negara.

Berharap penguasa sadar dan segera memutus rencana yang akan menelan korban rasa bahkan bisa jadi menghilangkan jiwa dan raga.

Bukan hanya ditunda karena penolakan kaum papa dan duafa, melainkan menekan harga BBM melalui kebijakan yang memangkas belanja komisaris, direksi, dan para manajer oprasional.

Lantanglah bersuara

Sudah pasti terjadi apabila rencana naik harga BBM tetap dijalankan akan mengundang malapetaka bagi bangsa dan negara.

Syair sang penyanyi balada legendaris berujar puluhan tahun lalu “BBM naik tinggi susu tak terbeli”. Oligarki rampok subsidi, rakyat kami menunggu mati.

Mahasiswa sebagai wakil kami, keraskanlah suara aksimu memanggil teman-teman kelasmu di balik layar kuliah online untuk bersama melangkah tegak lurus.

Mahasiswa keraskanlah suara aksimu agar menggema hingga menggetarkan kursi dan meja kekuasaan. Mahasiwa keraskanlah suara aksimu tanda mengundang rekan sejagat raya tanah air Indonesia untuk menekan tangan penguasa segera membuka mata apa yang diminta anak bangsa.

Jeritan rakyat sudah menjadi rintihan setiap pagi dan sore hari yang nyaris tidak terdengar telinga sendiri. Mereka para badut politik menjadi bandit oligarki hingga rela mati menjadi penghianat negeri.

Semakin hari semakin jadi, kebijakan ekonomi bukan memberi solusi, malah semakin tidak dimengerti. Menteri Keuangan Sri Mulyani bisanya hanya mengerut dahi seolah-olah mencari solusi. Padahal tidak terasa uang negara raib dalam lemari.

Menurut info katanya untuk subsidi itu dan ini, yang ada dibawa maling dan perampok ke luar negeri. Entah apa yang terjadi hari ini dan esok hari para generasi. Ruang ekspresi hanya dalam mimpi.

Hari ini teaterikal anak negeri bukan pertunjukan seni, melainkan rintihan asli akibat rasa sakit yang tidak menepi hingga hilang rasa dalam raga setiap langkah kaki.

Bangsa dan rakyat kali ini semua menyadari bahwa negara dalam kondisi depresi sehingga kebijakan demi kebijakan selalu memihak pada oligarki.

Sebelum ucapan resmi harga BBM yang biasa di sampaikan pada tengah malam, kiranya semua wajib bersuara dengan berbagai cara, untuk mengingatkan pengelola negara tidak menyiram air raksa pada rakyat yang sudah luka menganga cukup lama.

Kami heran kenapa para intelektual muda dan mahasiswa diam seribu bahasa, daya kritis pada nalarnya semakin hari semakin tidak berdaya dan hilang gaya. Suara keadilan adalah suara Tuhan yang Maha Esa.***




sumber berita ini dari bandungmu.com

Author