GIRIMU.COM — Di tengah guyuran hujan lebat pada Jumat (14/11/2025) malam, semangat spiritualitas tak sedikit pun surut di SD Al Islam Cerme, Gresik. Seluruh siswa kelas 6 bersama dewan guru berkumpul untuk mengikuti Malam Bina Iman dan Takwa (Mabit) yang bertajuk inspiratif: “Noto Ati: Mulia Akhlaknya, Kokoh Tauhidnya”, sebuah program religi yang didedikasikan untuk menata hati, memperkokoh keimanan, dan mempersiapkan bekal terbaik menuju masa depan.
Meski hujan turun sejak petang, tak ada wajah yang kelihatan lesu. Pukul 18.00 WIB, seluruh keluarga besar SD Al Islam Cerme telah hadir, siap menyambut malam penuh berkah.
Kepala SD Al Islam, Cicik Indrawati, SAg, secara resmi membuka acara dengan pesan yang menancap di hati. Ia menegaskan, bahwa Mabit ini bukan sekadar rutinitas, melainkan momentum untuk membentuk karakter.
“Ilmu yang didapat malam ini marilah kita amalkan dan laksanakan dengan baik. Pembiasaan baik yang sudah dilakukan, silakan terus dilakukan meskipun nanti sudah keluar dari SD Al Islam,” pesannya.
Ia mengingatkan kembali esensi hidup, bahwa tujuan utama manusia adalah beribadah, yang harus dilaksanakan dengan segenap jiwa.
Setelah salat Isya berjamaah yang diimami oleh Ustadz Khatibul Umam, suasana spiritual kian mendalam. Dipandu oleh Wakil Kepala Sekolah, Siti Fatimah, sesi dilanjutkan dengan tadarus dan muraja’ah (mengulang hafalan) Al Qurab Juz ke-30. Di bawah bimbingan Ustadz Khatibul Umam, lantunan surat An-Naba’ mengalun tartil dari bibir para siswa. Sesi ini menciptakan suasana haru dan syahdu, seolah membawa ketenangan yang menembus batas ruang, mengingatkan, bahwa Al Quran adalah pelita dan pedoman sejati dalam mengarungi kehidupan.
Memaknai Hidup dan Mengejar Bintang
Puncak dari rangkaian spiritual pada Mabit adalah tausyiyah yang disampaikan oleh Ustadz Fathanur Rosyid, SPd, dengan tema memotivasi, “Mengejar Bintang Masa Depan”. Ustadz Fathanur Rosyid memulai dengan sebuah kunci utama: iman dan takwa bersemayam di hati dan hati harus senantiasa dijaga.
“Hidup itu hanya satu kali, maka harus dimaknai. Jangan sampai hidup seperti biasa saja. Itu merupakan tanda bersyukur,” ujarnya penuh semangat.
Menggunakan analogi menarik dari film kartun tentang usaha keras meraih puncak salju tanpa alat, ia menanamkan prinsip, bahwa keberhasilan bukan terjadi secara kebetulan. Kesuksesan, baik di dunia maupun akhirat, membutuhkan rencana matang, ketekunan, dan semangat pantang menyerah. Sesi ini juga diselingi yel-yel dan permainan tabola bale yang tak hanya menghibur, tetapi juga melatih fokus dan konsentrasi siswa.
Malam semakin larut, dan saatnya tiba pada sesi paling menyentuh: renungan dan muhasabah diri. Dengan iringan musik yang syahdu dan suasana hening, para siswa diajak menyelami nikmat Allah yang tak terhingga, serta merenungi peran dan pengorbanan orang tua. Ustadz Fathanur Rosyid menyampaikan pesan agung tentang berbakti. Mengutip surat Luqman ayat 14, dan membawakan kisah di zaman Rasulullah tentang akibat menyakiti hati ibu.
Inilah momen yang tak terlupakan. Air mata mulai menetes, mengalir deras membasahi pipi para siswa. Mereka diingatkan, bahwa menjadi anak salih/salihah adalah satu-satunya investasi abadi yang mampu menolong dan meloloskan orang tua dari api neraka. Tangisan haru ini menjadi penegasan, bahwa Mabit berhasil menembus relung hati terdalam, membulatkan tekad untuk menjadi pribadi dengan akhlak mulia.
Setelah luapan emosi dan perenungan mendalam, suasana kembali dicairkan dengan keceriaan. Seluruh peserta dengan lincah mengikuti Senam Chicken sebelum ditutup dengan sesi game edukatif yang seru. Sesi game ini, dipandu oleh Nur Hidayati, guru Wali Kelas 6B. Permainan tebak kata berkelompok yang disiarkan di TV sekolah ini berhasil mengakhiri Mabit dengan tawa riang, kebersamaan, dan semangat baru.
Malam Bina Iman dan Takwa Noto Ati bukan sekadar acara menginap. Ia adalah janji hati. Diharapkan, ilmu, spiritualitas, dan semangat pantang menyerah yang didapatkan pada malam itu menjadi bekal kokoh bagi siswa kelas 6 SD Al Islam Cerme untuk meraih masa depan gemilang dengan akhlak mulia dan tauhid yang tak tergoyahkan. (*)
Kontributor: Mardiyana Zulifah







