BANDUNGMU.COM, Sleman — Mengingat Kembali sejarah Muhammadiyah, Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman menjelaskan bahwa kelahiran Muhammadiyah diawali dari “gerombolan” pengajian yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan.
Istilah gerombolan tersebut, kata Agus, bukan bermakna negatif karena pada saat itu publik menyebut istilah kelompok dengan gerombolan.
Meskipun saat ini lebih berkonotasi negatif, sejarah mencatat istilah itu yang digunakan untuk mengidentifikasi kelompok pengajian.
“Dahulu Muhammadiyah itu lahir dari jamaah pengajian, oleh karena itu wajar jika warga Muhammadiyah senang mengaji,” tutur Agus dalam acara pengukuhan PDM dan PDA Sleman pada Kamis (01/06/2023).
Agus berharap kebiasaan mengaji yang dimiliki oleh warga Muhammadiyah ini supaya terus dilestarikan.
Tidak harus menggunakan metode yang sama dengan yang dilakukan oleh KH Dahlan dan di masa awal Muhammadiyah karena metode dan media bisa mengikuti perubahan zaman.
Dalam pengajian, imbuh Agus, tidak harus diselenggarakan dalam situasi dan kondisi yang serius.
Pengajian juga bisa melalui media seni dan budaya sesuai dengan kaidah yang telah ditetap oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Oleh karena itu, pengajian di Muhammadiyah tidak dilarang jika diselingi nyanyian.
“Nada atau nyanyian itu pada hakikatnya itu halal, tetapi akan bisa menjadi haram untuk akibat yang lain,” tegas Agus.
Ketua PP Muhammadiyah yang pernah indekos di kediaman Pak AR ini menyampaikan jika nada yang dinyanyikan bisa mengantarkan seseorang untuk semakin dekat dengan Allah SWT dan mengajak kebaikan itu halal.
Namun, sebaliknya, ungkap Agus, nada yang dinyanyikan menjadi haram jika berlawanan dengan itu.
Dia berharap warga Muhammadiyah supaya senantiasa melestarikan tradisi mengaji yang diwariskan secara turun temurun oleh para pendahulu.
Dalam keadaan apa pun, menurut Agus, warga Muhammadiyah tidak boleh melupakan aktivitas mengaji.
Agar aktivitas mengaji warga Muhammadiyah tetap berkobar dan tidak kendur, harus diimbangi dengan metode pengajian yang menarik dan atraktif.
Pengajian Muhammadiyah juga diharapkan bukan hanya digelar dalam forum-forum luring, melainkan daring sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.***