Milad Aisyiyah 105 Penanda Kebangkitan Kaum Perempuan Jatim

Gerak, Kabar0 Dilihat

Resepsi Milad ‘Aisyiyah  ke 105, Pimpinan Wilayah Aisyiyah Jawa Timur menjadi penanda kebangkitan kaum perempuan Jawa timur.

Berbagai acara diadakan untuk meramaikan milad tersebut, mulai dari sarasehan politik untuk perempuan, penyerahan bantuan untuk klinik Aisyiyah Ambulu & Brondong, penyerahan bantuan untuk guru TK Aisyiyah se-Jawa Timur, hingga bazaar UMKM binaan Aisyiyah.

Menurut Nur Ainy, ketua acara Milad yang juga pengurus Aisyiyah Jawa Timur, Milad tahun ini adalah milad pertama yang diadakan secara luring.

Sebelum pandemi, Milad selalu diadakan luring. Dua tahun pandemi, Aisyiyah hanya mengadakan kegiatan daring.

“ketika situasi membaik, Aisyiyah ingin membuat perhelatan sekaligus memberi motivasi kepada para anggota Aisyiyah agar bangkit dan bersemangat menyambut era baru di abad kedua usia organisasi perempuan tertua di Indonesia ini.” Ujar Nur Ainy, Sabtu (20/8/2022).

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, turut hadir dan memberikan sambutan pada acara yang dihadiri oleh 300 orang secara luring dan ribuan anggota Aisyiyah di seluruh Kabupaten/ Kota Jawa Timur melalui streaming youtube.

Hadir di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jawa Timur sebagai undangan adalah para utusan konsulat jenderal di Surabaya, Direktur Rumah Sakit dan Klinik Aisyiyah se-Jawa Timur, Perwakilan Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA), dan para tokoh masyarakat.

Acara Sarasehan Politik, yang menjadi puncak acara, menghadirkan Siti Zuhro, peneliti senior di Badan Riset & Inovovasi Nasional (BRIN).

Profesor bidang ilmu politik itu mengajak seluruh perempuan ‘Aisyiyah bisa menjadi aktor politik yang cerdas untuk menjaga iklim demokrasi yang sehat.

Pada kegiatan ini juga dilakukan peresmian pusat pelatihan milik Aisyiyah Jawa Timur oleh Pimpinan Pusat Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini. Aisyiyah Training Center (ATC) adalah gedung pelatihan yang dibangun secara swadaya dari donasi anggota-anggota Aisyiyah, yang nantinya diharapkan dapat dimanfaatkan untuk menunjang program-program pemberdayaan perempuan, baik oleh Aisyiyah maupun lembaga lain.

“Aisyiyah didirikan oleh Ibu Walida Dahlan pada 1917 dengan semangat memajukan perempuan Indonesia. Maka, di usianya yang lebih dari satu abad ini Aisyiyah tidak boleh meninggalkan semangat berkemajuan yang dibawa oleh para pendiri organisasi.” Chandra Dalilah, Ketua Aisyiyah Jawa Timur.

Aisyiyah harus proaktif terhadap problem masyarakat dan memberikan solusi nyata bagi bangsa dan Negara Indonesia.

Chandra juga menambahkan, dalam rangka memberi motivasi agar Aisyiyah di tingkat daerah hingga ranting terus berinovasi dalam program pemberdayaan mereka, maka pada resepsi ini juga diberikan apresiasi kepada Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) dengan program terbaik. (Tiko)

Author