GIRImu.com — SMA Muhammadiyah 1 Gresik menggelar “Ngaji Jurnalistik” bagi tim penulis sekolah, Jumat (28/1/2022). Kegiatan ini dihelat sebagai penguatan kemampuan menulis, khususnya dalam membuat berita aktivitas atau terkait dengan pengelolaan sekolah di Jl Wahidin Sudirohusodo itu.
Digelar secara lesehan di perpustakaan Teras Mentari SMA Muhammadiyah 1 (Samamsatu) Gresik, Ngaji Jurnalistik menghadirkan Pemimpin Redaksi RadarJatim.id Suhartoko sebagai nara sumber. Hadir membuka acara ini, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Akhmad Akmal Rifqi, SPd. Sementara para peserta merupakan tim penulis yang secara khusus diproyeksikan sebagai reporter website sekolah: smam1gresik.sch.id.
“Tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis berita yang kemudian bisa dimuat, minimal di laman sekolah. Syukur kalau bisa didistribusikan ke media profesional. Karena itu, kami hadirkan nara sumber yang expert dan profesional di bidangnya,” ujar Fiqi, sapaan akrab, Akhmad Akmal Rifqi, SPd.
Mengawali penyampaian materi, Suhartoko yang alumni IKIP Surabaya ini menyampaikan paparannya dengan kelakar. Dikatakan, jurnalistik yang digeluti dalam 30 tahun terakhir ini merupakan profesi yang “menyesatkan” dan membuatnya “murtad” dari profesi yang dimaui orang tuanya. Sebab, semestinya pria yang juga anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik ini menjadi guru begitu lulus kuliah.
“Tetapi saya tersesat, dan bahkan murtad dari profesi guru yang seharusnya digadang-gadang emak (ibu, Red) dan bapak saya. Moga-moga tersesat di jalan yang benar,” kelakarnya yang membuat suasana jadi ger-geran.
Mantan wartawan Surabaya Post ini kemudian mencoba membuka mindset peserta Ngaji Jurnalistik yang terdiri atas para guru dan karyawan Smamsatu itu agar mampu menjadi reporter plus. Maksudnya, ia berharap agak reporter Samsatu yang tergabung tim penulis itu tidak sekadar mampu menulis berita yang hanya bersifat informatif, tetapi sekaligus bisa memberikan informasi yang mencerahkan bagi pembacanya.
“Karena itu, dalam pikiran kita masing-masing, harus dikondisikan untuk memiliki bank isu. Caranya, secara terus-menerus meng-up date informasi dari banyak sumber sebagai bahan baku, untuk kemudian bisa dikembangkan sesuai dengan kebutuhan di tempat kita bertugas,” tandasnya.
Tidak banyak teori yang disampaikan. Sebab, menurut Hartoko, sapaan akrabnya, teori bisa diambil atau pelajari dari berbagai sumber yang di era digital ini tidak sulit untuk didapatkan. Sebaliknya, pria berkulit sawo matang ini lebih menonjolkan praktik menulis.
Karena itu, untuk beberapa bulan ke depan, ia akan melakukan pendampingan sebagai upaya memaksimalkan kemampuan menulis, khususnya pada genre berita dan feature. Bahkan ia memberikan tantangan menarik, di akhir program tim bisa menulis buku secara keroyokan. Jika hal ini bisa direalisasikan, obsesi menjadikan tim penulis andal dandibanggakan, tidak sekadar angan-angan.
“Siap ya? Ini tantangan dan harus kita sambut dengan penuh semangat,” katanya memompa semangat peserta.
Sesuai komitmennya untuk bisa mencetak penulis yang bisa diandalkan, sesi terakhir setelah penyampaian materi dan dialog, semua peserta diwajibkan langsung menulis berita. Materinya, seputar pengamatan langsung dan yang diperkuat dengan wawancara peserta selama mengikuti Ngaji Jurnalistik. Untuk kepentingan pendampingan, selanjutnya para peserta tergabung dalam grup WA.
“Silakan manfaatkan secara maksimal grup ini, karena di grup ini kita bisa apa saja. Bisa diskusi, bisa saling memberikan masukan tentang kepenulisan, dan sebagaimnya. (sto)