Oleh: Yudi Nurul Ihsan, Ketua MPM Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat
BANDUNGMU.COM, Bandung — Dunia terus bergerak dengan perubahan yang super cepat. Era ketika teknologi memegang kendali atas setiap perubahan yang terjadi, atau biasa disebut Era Revolusi Industri (RI) 4.0, atau biasa juga disebut era disrupsi, atau saat ini sering disebut sebagai era VUCA (volatile, uncertain, complex, dan ambiguous).
Konsep RI 4.0 atau disruption ini pertama kali disampaikan oleh Klaus Schwab, seorang ekonom Jerman, yang juga pendiri World Economic Forum. Era ini menurut Klaus Schwab telah mengubah cara hidup, cara bekerja, bahkan cara berhubungan antar manusia. Era ini telah mampu mengubah kebiasaan manusia bahkan peradaban dunia dalam waktu yang sangat singkat.
Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) tentu harus merespons tantangan era VUCA ini. Beberapa kali dalam berbagai kesempatan, Menteri Pendidikan selalu menantang insan pergruan tinggi untuk melakukan perubahan yang mendasar dalam menyiapakan SDM masa depan bangsa.
Jika lambat merespons, bukan tidak mungkin perguruan tinggi akan bernasib sama seperti taksi offline yang gulung tikar dengan hadirnya taksi online atau pertokoan yang tutup akibat hadirnya belanja online.
Sejauh ini masih ada gap di PTM antara kelompok konservatif dengan kelompok visioner. Kelompok konservatif cenderung masih merasa nyaman dengan pola yang ada, terutama jika perguruan tinggi tersebut memiliki aset yang besar.
Padahal sejatinya aset yang besar tidak menjamin keberlanjutan sebuah institusi. Tidak sedikit perusahan yang memiliki aset besar hancur berkeping-keping dikalahkan oleh perusahan yang tidak memiliki aset fisik tetapi hanya memiliki data base saja.
Pada era VUCA ini aset fisik menjadi tidak begitu penting. Namun, aset berupa big data menjadi yang sangat penting. Dalam bidang pendidikan, ruangguru.com yang tidak memiliki kelas dan bangku belajar mampu memiliki murid lebih dari 10 juta orang.
Sekali lagi perlu kita tekankan, PTM jangan sampai terlena dengan kebesaran nama dan aset yang dimiliki. Metode pendidikan sekarang dan besok sudah dapat dipastikan berbeda dengan metode pendidikan kemarin dan lima bahkan sepuluh tahun yang lalu.
Dengan demikian PTM perlu segera merespons era disruption ini dengan melakukan beberapa tindakan.
Revolusi kurikulum
Perubahan kurikulum bukan sekedar menempatkan mata kuliah pada tiap semseter atau menyusun capaian pembelajaran sesuai dengan KKNI, juga bukan sekedar menentukan besaran SKS per mata kuliah.
Lebih dari itu, perubahan kurikulum harus dilakukan dengan cepat dan mendasar yang berujung pada kesiapan mahasiswa untuk mandiri dan merdeka dalam melakukan setiap proses pembelajaran.
Dosen bukan lagi sebagai pemberi informasi pengetahuan dalam proses transfer knowledge karena sejatinya ilmu pengetahuan saat ini sangat mudah ditemukan. Dosen harus bertransformasi menjadi fasilitator, inspirator, bahkan motivator sehingga mahasiswa selalu bersemangat untuk mencari sumber ilmu pengetahuan secara mandiri.
Revolusi kurikulum bertujuan untuk menempatkan para mahasiswa dan dosen secara bersama-sama memiliki karakter akademik yang kuat serta mampu berkompetisi secara global, mampu mengakses dan memahami data, sehingga memiliki kemampuan meramal masa depan, serta memahami kebutuhan global. Pemanfaatan teknologi IoT mutlak dilakukan.
Mengubah mindset dari nyaman (statis) menjadi dinamis (growth mindset)
Pemetaan SDM di lingkungan PTM berdasarkan kebutuhan IPTEK di era VUCA menajdi sebuah keniscayaan. Pada 2020 ada 4.593 perguruan tinggi di Indonesia dengan 312.890 dosen, 8,48 juta mahasiswa, yang terdaftar di 29.413 program studi.
Dukungan untuk menciptakan growth mindset bagi sejumlah dosen dan mahasiswa tersebut termasuk yang berada di lingkungan PTM dapat dilakukan dengan peningkatan kapasitas digitalisasi, IoT, blockchain, robotic, big data, cloud computing, dan metaverse.
Berkolaborasi dengan dunia luar, baik di dalam maupun luar negeri
Teknologi telah mengubah tatanan kehidupan semakin nyata. Konektivitas antar-wilayah dan negara menjadi semakin sederhana. Namun, persoalan kehidupan semakin kompleks.
Untuk menciptakan PTM sebagai problem solver maka memperkuat kemitraan dengan semua pihak menjadi wajib. Sejatinya saat ini tidak ada satu persoalan yang dapat diseleaikan secara sepihak, tetapi membutuhkan kolaborasi untuk penyelesaian problem tersebut.
Mengubah fungsi PTM dari tempat bekerja menjadi pabrik inovasi
PTM perlu didorong menjadi perguruan tinggi berkelas dunia dalam menghasilkan SDM unggul, invensi dan inovasi, serta pengabdian kepada masyarakat yang menyejahterakan rakyat serta turut membangun dunia yang lebih sejahtera, adil, damai, dan berkelanjutan.***