Perjalanan Saya Bersama Republika Berakhir Hari Ini

Oleh: Muhammad Adriansyah, Editor Koran Republika (2008-2022)

BANDUNGMU.COM, Bandung — Empat belas tahun lalu, sekitar setahun setelah lulus kuliah di prodi Sastra Indonesia Subprogram Editing, Universitas Padjadjaran, Bandung, saya mendapat kabar dari Apa (Bapak alm) bahwa Republika membuka lowongan kerja untuk posisi editor bahasa.

Waktu itu, pada awal 2008, saya masih “magang” sebagai proofreader di Penerbit Mizan, Bandung.

Tanpa berpikir panjang, saya pun segera menyiapkan surat lamaran beserta portofolio yang dibutuhkan untuk disertakan dan dikirimkan via pos dan juga email.

Koran langganan Apa sejak lama

Beruntung, setiap hari, saya yang masih usia SD/SMP waktu itu, senang sekali bila koran Republika sudah tergeletak begitu saja di meja ruang tamu.

Saya selalu penasaran dan menjadi pembaca pertama di rumah, bersama Aa (Kakak), bahkan sebelum Apa membacanya sambil ditemani secangkir kopi/qahwa (bahas Arab)—Apa menyebutnya begitu untuk meminta Ibu (semoga Allah juga selalu menempatkan beliau di sisi terbaik-Nya) membuatkannya—sebelum berangkat kerja. Si bapak pengantar/loper koran sudah datang ke rumah pagi hari tak lama selepas Subuh.

Karena kebiasaan Apa itulah, saya pun jadi tertarik untuk mengikuti dan selalu membaca Republika setiap hari. Terutama, rubrik favorit saya adalah soal olahraga, lebih khusus lagi soal sepakbola.

Berbeda dengan Apa, “Dialog Jumat” menjadi rubrik favoritnya. Itulah mengapa mungkin bagi Apa yang juga seorang mubaligh, guru, ayah dan lebih dari itu bagi saya, selalu menyampaikan tausiyah yang berisi persoalan umat yang kekinian, yang tidak monoton, yang relevan dengan perkembangan zaman dan juga permasalahan umat masa kini. Sekali lagi, semoga Allah merahmati dan menempatkan beliau di tempat terbaik di sisi-Nya.

Sebagai surat kabar nasional yang menempatkan diri sebagai media massa yang menyuarakan Islam dan kaum Muslim, Republika juga dapat menyentuh berbagai kalangan dan usia pembaca dengan tingkat loyalitas yang tinggi.

Dan, sebagai keluarga pelanggan tetap, tentu saya beruntung bisa bergabung pada periode kedua dari koran Republika.

Periode di mana Republika sering mendapatkan beragam penghargaan nasional dan internasional. Itu hanya sekelumit kisah keluarga saya dengan Republika yang sangat melekat hingga kini.

Hijrah ke ibu kota

Empat belas tahun lalu, saat saya yang masih pemuda tanggung ini, berangkat ke ibu kota Jakarta untuk mengikuti rangkaian tes masuk untuk mengisi posisi editor bahasa di Republika.

Hingga akhirnya, berkat iringan doa Ibu/Mamah, dan lewat perantara Apa, saya pun dapat bergabung dengan keluarga besar Republika.

Saya pun menjadi bagian dari Keluarga Besar Republika pada Maret 2008. Bangga dan bersyukur bisa bergabung dengan salah satu surat kabar nasional terkemuka.

Tentu, Apa, Ibu/Mamah pun ikut senang dengan kabar itu. Dan, memang semua itu berkat doa dan dukungan mereka yang tak pernah putus serta mereka yang selalu saya mohonkan doa.

Empat belas tahun berlalu, empat belas tahun yang penuh dengan ragam cerita. Saya sangat bersyukur dan beruntung dapat bergabung dengan keluarga besar Republika.

Bergabung dan belajar dari orang-orang hebat yang ada di dalamnya. Empat belas tahun berlalu, hampir separuh dari perjalanan koran Republika, dan juga hampir separuh perjalanan hidup saya hingga saat ini, saya baktikan di sini, di Warung Buncit Raya No. 37, Jakarta.

Republika beralih ke digital

Kini, dengan kondisi perubahan zaman yang serbadigital dan arus informasi yang serbacepat, Republika pun ikut ‘berlari’ dan mengikuti alur perubahan itu.

Republika koran pun akan terbit terakhir pada Sabtu, 31 Desember 2022. Seiring dengan itu, perjalanan saya bersama Republika pun ikut berakhir.

Seperti yang ditegaskan oleh Direktur PT Republika Media Mandiri, Bapak Arys Hilman, ini bukan perpisahan, melainkan rencana perjalanan seraya bermigrasi sepenuhnya ke dunia digital.

Di antaranya Republika.co.id, republika.id, retizen, dan akun-akun resmi di media sosial—dalam sajian multiplatform yang mencakup kekuatan teks, grafis, audio, foto, dan video.

Republika rumah kedua

Bagi saya, Republika adalah sekolah, kampus, tempat saya menerima banyak hal baru, terutama seputar bahasa dan jurnalistik.

Pun Republika adalah “rumah kedua”, di mana saya dipertemukan dengan orang-orang hebat, orang-orang yang banyak membantu saya, dan tentunya saya merasa seperti berada di rumah sendiri.

Di sini, saya sering bermimpi. Di sini, pernah bersama menikmati hal-hal kecil yang menyenangkan.

Di sini, pernah menggantungkan ribuan asa dan harap. Di sini pula, salah satu impian itu terwujud. Dan, di sini pula, rindu itu akan selalu tertaut ….😰

Mendapatkan rekan-rekan terbaik adalah rezeki yang tak terkira.

Terima kasih Republika. Ini adalah saat terakhir saya bersama Republika. Saya ini bukan siapa-siapa. Saya adalah pelanggan setia Republika.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author