Posisi Ormas Islam Dalam Pemilu 2024

Oleh: Ace Somantri

BANDUNGMU.COM — Perdebatan sengit di media massa dan media sosial semakin meramaikan layar smartphone kita.

Wajah-wajah calon pemimpin negara sudah tersebar di mana-mana, dengan baliho, spanduk, dan iklan di berbagai sudut kota dan desa.

Para kader partai telah mulai bergerak dan memanaskan mesin politik mereka jauh-jauh hari sebelum pemilu.

Kejutan datang ketika pasangan pertama, Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar, dengan percaya diri mendeklarasikan diri secara resmi di Kota Surabaya.

Mereka yakin bahwa mereka adalah pilihan terbaik untuk merebut kursi presiden pada tahun 2024 dan berhasil mendapatkan dukungan dari sejumlah pemilih.

Tanpa ragu, tokoh kunci pasangan ini, Surya Paloh, secara terbuka mendukung mereka, meskipun ada yang merasa dikhianati. Inilah realitas politik yang selalu berubah tanpa bisa diprediksi.

Hingga saat ini, pasangan calon presiden lainnya masih menimbang berbagai alasan politik sebelum mendeklarasikan diri.

Dinamika politik nasional sering kali menarik perhatian banyak pihak. Terutama mereka yang memiliki kepentingan untuk kelangsungan hidup mereka, keluarga, dan bisnis mereka.

Ini adalah hal yang wajar karena setiap individu memiliki hak untuk memperjuangkan kepentingannya demi kehidupan yang lebih baik sebagai wujud dari sifat kemanusiaan dan sosial.

Namun, mengapa perdebatan ini selalu menjadi sorotan utama? Padahal, perubahan tetap akan terjadi dan melewati berbagai proses tanpa perlu perdebatan yang panjang.

Ternyata, di balik tindakan ini terdapat kepentingan yang lebih besar daripada sekadar kelangsungan hidup pribadi.

Meskipun terlihat sederhana, dukungan dan persaingan ini sebenarnya berkaitan dengan hasrat akan kekuasaan yang tanpa batas.

Kepemimpinan dianggap sebagai satu-satunya cara untuk mencapai tujuan tersebut dan inilah yang telah diajarkan oleh sejarah kepada generasi manusia.

Tidak peduli di mana, mayoritas pemimpin bangsa dan negara, termasuk mereka dari berbagai latar belakang agama, tetap memiliki hasrat akan kekuasaan.

Terutama di negara-negara yang memiliki tingkat kecerdasan di atas rata-rata, cenderung ingin mendominasi dan menguasai negara lain yang memiliki kemampuan dan kompetensi yang lebih rendah.

Ini bukan hanya opini, melainkan fakta yang dapat dilihat dalam sejarah berbagai bangsa di seluruh dunia.

Keserakahan ini bukanlah hasil dari sistem negara, melainkan berasal dari individu yang memiliki sifat-sifat buruk.

Ajaran agama, seperti yang diberikan oleh Ilahi Rabbi, seharusnya mendorong individu untuk saling membantu demi kepentingan bersama guna menciptakan kehidupan yang damai dan bahagia.

Semua sumber daya yang diberikan kepada manusia sudah tersedia tanpa harus bersaing. Energi dalam berbagai bentuknya adalah gratis. Begitu juga dengan sumber daya yang tersedia tanpa batas dan tanpa biaya.

Mengapa kemudian manusia harus bersaing dan bahkan saling menghancurkan, padahal semua yang mereka butuhkan sudah ada?

Fakta dalam era digital ini adalah dinamika kepemimpinan nasional menjadi kunci bagi masa depan bangsa dan negara.

Pasangan calon pemimpin yang akan datang tidak hanya diharapkan untuk melanjutkan apa yang sudah ada.

Namun, juga melakukan perubahan mendasar untuk memajukan bangsa dan negara melampaui negara-negara yang lebih maju.

Salah satu calon yang telah diusulkan adalah Ganjar Pranowo yang sudah diajukan oleh partai yang memenangkan pemilu 2019.

Meskipun belum memilih pasangan, hal ini tidak berarti bahwa tidak ada calon yang cocok. Namun, mereka ingin memastikan bahwa pasangan mereka benar-benar mampu untuk memajukan negara.

Memilih pendamping bukanlah tugas yang mudah. Mereka harus memastikan bahwa pasangan mereka dapat bekerja sama dengan baik untuk mencapai tujuan bersama.

Demikian pula Prabowo Subianto belum memilih pasangannya karena mencari pendamping yang tepat tidaklah mudah.

Ke depan pemimpin bangsa akan memiliki peran besar dalam mengubah pola pikir masyarakat agar lebih maju.

Pemimpin harus memiliki kemampuan luar biasa untuk mengubah cara berpikir rakyatnya dan memajukan negara.

Pemimpin yang memiliki kemampuan ini harus fokus pada pelayanan dan kemajuan negara. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Kita semua harus bersatu untuk mendorong pemimpin-pemimpin kita agar memiliki tekad dan motivasi untuk melayani negara dan memajukannya.

Jangan anggap sepele

Organisasi masyarakat memiliki peran penting dalam mengawal nilai-nilai kemasyarakatan yang adil dan beradab.

Organisasi masyarakat Islam, seperti Muhammadiyah, NU, Al-Irsyad, Persis, PUI, DDII, dan lainnya, telah berperan sebagai pendorong kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

Mereka juga terus berjuang untuk membangun bangsa ini menjadi negara yang berdaulat di berbagai bidang tanpa harus bergantung pada negara-negara besar.

Organisasi masyarakat Islam tumbuh subur karena mereka peduli, saling membantu, dan bekerja sama tanpa memandang suku, ras, agama, atau batas negara.

Bangsa ini tidak dibangun untuk kepentingan pribadi atau keserakahan. Semua calon pemimpin harus ingat bahwa mereka tidak boleh menggadaikan negara demi ambisi pribadi.

Kita harus tetap optimis dan bersemangat untuk melayani negara, alam semesta, dan semua isinya.

Mari kita ajak dan berkolaborasi dengan organisasi masyarakat Islam dan entitas sosial lainnya untuk bersama-sama membangun negeri yang lebih baik. Wallahu’alam.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author