GIRIMU.COM — Suasana pagi di halaman SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu Gresik) terasa berbeda. Deretan siswa berseragam unik memenuhi area sekolah dengan berbagai gaya busana dari pakaian pejuang tradisional hingga gaya Eropa klasik.
Mereka nampak percaya diri berlenggak-lenggok di atas catwalk sederhana di tengah sorak kagum teman-teman seangkatan. Semua itu merupakan rangkaian dari kegiatan Refleksi Hari Pahlawan 2025 dan Bulan bahasa 2025 yang digelar Smamsatu Gresik dengan tema “Menggugah Jiwa Kepahlawanan melalui Panggung Bahasa dan Budaya.”
Alih-alih hanya mengenang peristiwa heroik 10 November dengan upacara seremonial, sekolah Muhammadiyah unggulan di Gresik ini memilih cara kreatif menghidupkan semangat kepahlawanan melalui fashion show, puisi, story telling, dan debat pelajar. Dua kegiatan ini dirancang untuk memadukan nilai sejarah, karakter, dan ekspresi siswa dalam satu wadah pembelajaran yang menyenangkan.
Kreativitas Bertemu Nasionalisme di Atas Catwalk
Diiringi lantunan lagu perjuangan yang dibalut modern, peserta fashion show tampil memukau. Seorang siswi tampil anggun mengenakan vest hitam dan topi bermotif renda ala tahun 1940-an. Sementara rekannya tampil gagah dengan rompi krem dan topi jerami, meniru gaya pejuang dan tokoh intelektual zaman kolonial. Sorotan kamera dan tepuk tangan riuh dari para penonton menambah semarak suasana.
“Awalnya saya grogi banget, tapi setelah berjalan di depan teman-teman, saya merasa bangga bisa menampilkan sesuatu yang berbeda untuk memperingati Hari Pahlawan,” ungkap Diyah Ayu, salah satu peserta fashion show.
Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar ajang tampil bergaya, melainkan juga bentuk apresiasi terhadap semangat para pejuang yang berani tampil dan berjuang di zamannya.
“Kami belajar, bahwa menjadi pahlawan itu bukan soal perang, tapi soal berani berbuat baik, berani berpendapat, dan berani berkarya,” ujarnya.
Juri sekaligus Koordinator Ketertiban dan Kesiswaan Smamsatu Gresik, Ustadz Eko Nasaruddin Lafif, SPd, menjelaskan, bahwa kegiatan refleksi ini sengaja dikemas berbeda setiap tahun agar lebih bermakna bagi siswa.
“Anak-anak sekarang hidup di era digital. Kalau kita ingin nilai-nilai kepahlawanan tetap relevan, harus dikemas dengan cara yang sesuai dengan dunia mereka penuh kreativitas tapi tetap beradab,” ujarnya.
Debat Pelajar
Selain fashion show, suasana refleksi Hari Pahlawan juga dipanaskan oleh lomba debat antar siswa. Dua tim beradu argumen dengan tema “Apakah Semangat Kepahlawanan Masih Relevan di Era Digital?”. Masing-masing tim menampilkan argumen tajam namun santun, sesuai dengan karakter pelajar Muhammadiyah yang menjujung tinggi nilai ilmu dan akhlak.
“Menurut kami, justru di era digital ini semangat kepahlawanan semakin dibutuhkan,” ujar Sultan, perwakilan salah satu tim debat. “Sekarang pahlawan bukan hanya yang berjuang di medan perang, tapi juga mereka yang melawan hoaks, menyebarkan kebaikan, dan menjaga integritas di dunia maya.”
Sementara tim lawan menilai, bahwa semangat juang generasi muda saat ini perlu diarahkan agar tidak berhenti pada slogan.
“Kita sering bicara soal perjuangan, tapi lupa, bahwa disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras itu juga bentuk perjuangan,” ujar Alya, peserta lain.
Debat berjalan dinamis. Moderator menegaskan pentingnya menghargai pendapat lawan dan menggunakan data yang akurat. Bagi guru pembimbing, ini bukan sekadar lomba, melainkan latihan nyata berpikir kritis, berargumen logis, dan bersikap santun dalam perbedaan.
Wakil Kepala SMA Muhammadiyah 1 Gresik Bidang Kurikulum, Efa Kustiana, MPd, dalam menyampaikan, kegiatan refleksi Hari Pahlawan ini merupakan bagian dari pendidikan karakter Islami yang menjadi ciri khas Smamsatu.
“Kami ingin siswa tidak hanya mengenang pahlawan sebagai bagian dari sejarah, tetapi menjadikannya inspirasi untuk berjuang di zamannya sendiri dengan ilmu, iman, dan akhlak mulia,” tuturnya.
Ia menambahkan, semangat pahlawan harus diterjemahkan dalam kehidupan nyata: menghormati guru, disiplin belajar, dan berani menegakkan kebenaran di lingkungan sekolah. “Nilai-nilai itu sederhana, tapi jika dijalani dengan konsisten, itulah bentuk perjuangan masa kini,” tambahnya.
Kegiatan refleksi Hari Pahlawan ini ditutup dengan sesi apresiasi dan foto bersama di halaman sekolah. Para pemenang lomba mendapat penghargaan simbolis, namun yang lebih penting, seluruh siswa diajak merenungkan makna di balik peringatan tersebut.
“Dulu pahlawan berjuang dengan bambu runcing, sekarang kita berjuang dengan semangat belajar, akhlak, dan karya,” kata Ustadzah Yulia Dwi Putri, SPd, guru Bahasa Indonesia yang juga pembina acara.
“Fashion dan debat hanyalah media. Tujuan akhirnya adalah menanamkan nilai perjuangan dan tanggung jawab,” tambahnya.
Kegiatan ini menjadi bukti, bahwa Smamsatu Gresik bukan hanya mencetak siswa berprestasi, tetapi juga membangun generasi yang berkarakter dan mencintai bangsanya. Dengan cara yang kreatif dan reflektif, semangat 10 November tetap menyala di hati para pelajar Muhammadiyah bukan sebagai romantisme masa lalu, tetapi sebagai inspirasi untuk terus berjuang di masa depan. (*)
Kontributor: M. Islahuddin
