Rumah Pak AR Ada di Surga

BANDUNGMU.COM, Bandung – KH Abdur Rozaq Fachruddin atau akrab disapa Pak AR adalah tokoh Muhammadiyah, ulama, cendekiawan, dan sosok alim yang sangat disegani. Integritas dan ketawaduannya tidak perlu diragukan lagi.

Bagaimana Pak AR di mata keluarganya? “Bapak tidak pernah marah. Kepada kami, juga kepada orang lain. Kalaupun menasihati kami, dilakukannya secara halus kadang diselingi dengan humor,” ujar Siti Zahanah, anak ketiga Pak AR, sebagaimana dituturkannya dalam buku ”Pak AR: Profil Kiai Merakyat.”

Meski sebagai teladan dan sangat dihormati di keluarga, bukan berarti urusan keluarga menjadi prioritas. Baginya, keluarga adalah nomor dua, sedangkan Muhammadiyah dan umat adalah urusan pertama dalam hidupnya. Namun, dukungan keluarga sangat penting bagi Pak AR untuk menjalankan aktivitas dan amanat organisasi.

Mengutip buku “Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dahlan hingga Syafii Maarif” karya Hery Sucipto dan Nadjmuddin Ramly, setiap akan meninggalkan rumah lebih dari sehari semalam, Pak AR mempunyai kebiasaan berpesan kepada sang istri, Siti Qomariyah, dan anak-anaknya.

”Aku arep lungo nang kene semene dino. Kowe kabeh tak pasrahke Gusti Allah (Aku akan pergi ke kota ini sekian hari. Kamu sekalian saya titipkan kepada Allah),” tutur Qomariyah, menirukan pesan Pak AR.

Tokoh ini memang berharap istrinya benar-benar berperan sebagai ibu rumah tangga secara penuh. Menjadi istri sekaligus ibu rumah tangga istimewa yang mampu membimbing dan memberikan motiası kepada anak-anak. Pak AR sadar betul tugasnya yang berat sebagai Ketua Muhammadiyah membuatnya tak cukup waktu untuk keluarga.

Oleh karena itulah, sang istri yang mengambil alih tugas-tugas keseharian di rumah ketika Pak AR tugas keluar. Toh demikian sudah menjadi rahasia umum jika keluarga Pak AR yang tergolong keluarga besar (smbilan orang) ini tidak mempunyai rumah pribadi. Padahal, sebagai orang penting, bila ia mau, bisa saja hal itu terpenuhi dalam hitungan hari.

Tidak demikian dengan Pak AR. Rumah cukup besar yang ditempatinya sejak 1971 adalah milik persyarikatan Muhammadiyah. Sebelumnya Pak AR sekeluarga menghuni rumah sewa sederhana di Kauman nomor 260 Yogyakarta.

Namun, bukan berarti Pak AR tidak ingin memiliki rumah pribadi. Hal itu pun sudah ia usahakan saat menjabat sebagai kepala Kantor Agama Jawa Tengah di Semarang pada 1959-1964 dengan cara membeli rumah secara angsuran yang diusahakan pihak swasta.

Karena memang sifatnya yang tidak pernah berburuk sangka, angsuran rumah yang tanpa disertai surat jaminan itu pun tak berumur panjang. Pak AR tertipu oleh bang yang membawa lari uangnya.

”Wis ora usah dirembug maneh. Sesuk bakal diijoli omah sing luwih apik neng suwargo (Sudah, tidak usah dibicarakan lagi. Nanti akan mendapat ganti rumah yang lebih baik di surga),” tutur Qomariyah, ketika menanyakan kelanjutan dan status rumah yang diangsur itu.***



sumber berita ini dari bandungmu.com

Author