Safari Subuh di Masjid Al Islam Kepatihan, Wakil Ketua PDM Dinawi: Kikis Mitos Sial pada Bulan Selo, karena Semua Bulan itu Baik

GIRIMU.COM – Umat Islam, khususnya warga persyarikatan Muhammadiyah, harus berani mengikis mitos bulan sial (apes) yang selama ini dilekatkan oleh sebagian masyarakat pada bulan Selo, bulan ke-11 dalam kalender Jawa atau bulan Dzulqa’dah dalam kalender Hijriyah, sehingga tidak berani menyelenggarakan hajatan, terutama prosesi pernikahan. Sebaliknya, perlu dibangun stigma, bahwa semua hari atau bulan di sepanjang tahun itu baik-baik saja dan tak perlu takut jika mau menyelenggarakan kegiatan, selama dalam kebaikan.

“Sebagian masyarakat takut duwe gawe (punya hajat) pada bulan Selo, karena takut kena musibah. Punya gawe pada bulan Selo dihidnari karena –katanya- bersamaan dengan Nyai Roro Kidul mantu. Itu cuma mitos yang harus dilawan. Semua hari itu baik, semua bulan itu baik,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik, Drs A.F. Dinawi, saat menyampaikan kajian Safari Subuh di Masjid Al Islam Desa Kepatihan, Kecamatan Menganti, Gresik, Ahad (29/6/2025).

Hal itu disampaikan terkait dengan peringatan Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1447 H. DIkatakan, momentum Tahun Baru Hijriyah 1447 H hendaknya dijadikan sebagai sarana evaluasi (muhasabah) atas semua yang telah dilakukan dan sebagai bahan perbaikan untuk masa-masa mendatang. Karena itu, mitos atau stigma negatif tentang kesialan bulan Selo (dalam perspektif Jawa), sehingga takut menyelenggaran prosesi atau resepsi pernikahan, harus dikikis dan dibuang jauh-jauh.

Safari Subuh yang diinisasi Majelis Tabgligh PDM Gresik itu, selain diikuti puluhan jamaah Masjid Al Islam Kepatihan juga dihadiri oleh sejumlah Unit Pembantu Pimpinan (UPP) PDM Gresik, di antaranya Lembaga Pegembangan Cabang dan Ranting (LPCR), Majelis Ekonomi, Majelis Pustaka, Informasi, dan Digitalisasi (MPID), juga Lazismu, sejumlah pengurus Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan Takmir Masjid Al Islam Kepatihan, serta Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Menganti.

Dinawi mengatakan, hingga kini terminologi budaya Jawa yang menguatkann, bahwa bulan Selo idenntik dengan ancaman musibah, kecelakaaan atau kesialan jika melangsungkan pernnikahan atau hajatan lainnya, masih cukup kuat di sebagian kehidupan masyarakat. Warga dan kader Muhammadiyah yang identik dengan gerakan tajdid dan pencerahan itu hendaknya tidak larut dalam budaya yang dinilai salah kaprah itu. Sebaliknya, warga dan kader Muhammadiyah harus mampu memperbaiki pola pikir, sikap dan tindakan positif yang jauh dari mitos atau klenik yang berpotensi menggerus akidah Islam.

“Kalau orang Jawa takut punya gawe pada bulan Selo, karena bersamaan dengan Nyai Roro Kidul mantu. Sementara di kalangan Islam, dikaitkan dengan tenggelamnya Raja Fir’aun dan bala tentaranya di Laut Merah. Sekali lagi, jauhi mitos itu dan kita sambut Tahun Baru Islam ini dengan akidah yang benar dan amaliyah yang baik,” tandas Dinawi.

Ia pun lanta menyampaikan beberapa tips untuk menyambut Tahun Baru Hijriyah dengan muhasabah (evalusasi) diri. Sebab, lanjutnya, bertambahnya usia setiap tahunnya, hakikatnya adalah makin berkurangnya usia dan mendekatkan diri pada kematian, karena jatah hidup semakin pendek.

Mengutip pesan Syayidina Ali Radiyallahu ‘anhu, dalam memanfaatkan sisa umur, hendaknya diisi dengan amal shalih yang terus meningkat.

“Kata Sahabat Ali, bahwa orang yang amalnya hari ini sama dengan kemarin, termasuk orang yang rugi. Jika amal hari ini lebih jelek, itu celaka. Maka, yang baik adalah orang yang amalnya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Semoga kita semua ditakdirkan akhir hidup kita husnul khatimah,” ujar Dinari yang serentak diamini para jamaah yang memenuhi Masjid Al Islam Kepatihan. (red)

 

Author