GIRIMU.COM — Sebanyak 79 siswa SD Alam Muhammadiyah Kedanyang (SD Almadany) Kebomas, Gresik mengikuti pelatihan dan praktik menanam dengan metode semi hidroponik, Selasa (4/11/2025). Untuk maksud ini, sekolah alam di Komplek Perumahan Griya Karya Giri Asri (GKGA) Kedanyang menghadirkan Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Bidang Lingkungan Hidup, Hilmi Aziz, MPdI sebagai instruktur.
Pada saat Abah Hilmi, sapaan akrabnya, menyampaikan penjelasan tentang teknik menanam dengan metode semi hidroponik, para siswa nampak dengan khidmat mengikuti. Selain penasaran –karena dianggap barang baru– model bercocok tanam yang diperkenalkan Abah Hilmi, memantik kesadaran mereka untuk menghijaukan lingkungan sekolah dengan aneka tanaman. Karena itu, mereka begitu antuias mengikuti ahap demi tahap, mulai sesi penjelasan hingga praktik.
Bercocok tanam merupakan bagian dari penerapan program Cilukba (cintai lingkungan bersama Almadany) yang diterapkan di sekolah ini. Selain itu, juga merupakan salah satu program morning activity (pembiasaan pagi) SD Almadany yang kali ini bertema menanam semi hiroponik. Mengawali program ini, Abah Hilmi mengajak siswa kelas II untuk ice breaking dengan menyanyi lagu ‘Di sini senang di sana senang’. Secara serempak, para siswa pun menyanyikan lagu itu dengan suasana ceria dan bahagia.
Abah Hilmi menjelaskan, cara menanam semi hidroponik adalah menanam dengan menggunakan media tanah, yang akar tanamannya terhubung ke reservoir air melalui sumbu. Sambil memperlihatkan pot dari galon bekas yang dipotong menjadi dua, Abah Hilmi pun mulai menunjukkan bagaimana cara kerjanya. Potongan galon bagian bawah diisi dengan air, sedangkan potongan lainnya diisi tanah yang sudah dipasang sumbu dari sebuah potongan kain panjang.
Abah Hilmi menjelaskan, pemanfaatan galon bekas sebagai pot tanaman ini akan mengurangi limbah plastik. Dengan demikian, menpraktikkan cara tanam semi hidroponik dengan bahan potongan galon bekas, akan mengurangi sampah plastik.
Lalu siswa ditunjukkan bagaimana cara kerja air bisa naik pot melaui sumbu yang menghubungkan dua potongan pot tersebut. Potongan dua galon lalu dihubungkan dengan sebuah sumbu yang terbuat dari potongan kain yang digunting memanjang.
“Jadi, anak-anak, air yang ada di potongan galon yang di bawah, akan naik memenuhi kebutuhan air tanaman di atasnya melalui sumbu kain ini. Dengan proses kapilaritas, maka air akan naik ke atas dengan perantara sumbu kain ini,” jelasnya.
Lalu para siswa diajak menanam bibit tanaman terong yang sudah disediakan untuk dipindah ke pot semi hidrponik yang sudah disiapkan. Area tanam semi hidroponik ini terletak dekat rumah kompos, sebelah gazebo Flamboyan yang beraada di ujung halaman gedung baru. Dengan penuh semangat, para siswa secara bergantian memindahkan bibit tanaman terong ke dalam pot semi hidroponik. Walaupun di tengah terik matahari, tetapi hal itu tak menyurutkan semangat para siswa. Keseruan penuh ceria pun mewarnai proses praktik menanam dengan metode semi hidroponik ini.
Seperti yang disampaikan oleh Robby Irhami, siswa kelas II Ibnu Sina, model penanaman semi hidroponik merupakan kali pertama yang ia kenal selama ini. Karena itu, ia bertekat untuk menerapkannya di rumah bersama bundanya. Menurut Robby, menanam dengan pola semi hiroponik akan memudahkannya, karena tanaman tetap aman sumber airnya. Hal itu karena sudah dipasang sumbu yang akan memastikan terjaganya pasokan air bagi tanaman.
“Seru banget, ini pengalaman pernah dan akan saya coba praktikkan di rumah,” ungkapnya penuh ceria. (*)
Kontributor: Eli Syarifah
