Skolastik, Seleksi Yang Memantik – bandungmu.com

banner 468x60

Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

BANDUNGMU.COM — Dinamika pendidikan terus bergulir seperti air mengalir tanpa henti, mulai silih ganti kurikulum setiap ganti menteri, sistem rekruitmen peserta didik dan mahasiswa, juga belum lama dinamika rancangan undang-undang sistem pendidikan nasional.

Sejak dikagetkan kasus korupsi seleksi masuk perguruan tinggi negeri memicu Mendikbudristek beserta jajaran memutar kembali, meninjau ulang, selekesi masuk perguruan tinggi negeri.

Akhirmya pemerintah sedikit terbuka hati nuraninya bahwa ada sedikit persolan yang terindikasi kurang tepat sistem seleksi masuk perguruan tinggi negeri selama ini yang padahal sudah berjalan cukup lama.

Tradisi ujian masuk perguruan tinggi negeri melalui ujian tulis mata pelajaran matematika, fisika, kimia, biologi, bahasa Indonesia, dan bahasa Inggris.

Karena pengembangan kurikulum berganti, kadang-kadang membuat guru mata pelajaran disibukkan ganti administrasi pembelajaran sehingga cenderung terabaikan target capaian proses transfer knowledge dan attitude pada siswa.

Selain persoalan segudang administrasi guru yang relatif menyita waktu demi laporan akademik untuk persyaratan pencairan sertifikasi guru, hal tersebut juga menyita waktu eksplorasi untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi pembelajaran terjadi stagnasi.

Sehingga membuat siswa menjadi jemu atau membosankan dan berujung para siswa kebanyakan merasa tidak puas dan mencari tambahan belajar di luar melalui lembaga bimbingan belajar.

Bahkan bagi siswa dan orang tua ketika melihat seleksi masuk perguruan tinggi negeri fokus pada ujian tulis mata pelajaran, mereka berusaha mencari tempat lembaga bimbingan belajar.

Lembaga bimbingan belajar yang mampu memberikan pemantapan cara dan strategi penyelesaian mengerjakan prediksi soal yang akan muncul dalam ujian tulis masuk perguruan tinggi negeri. Tidak peduli berapa pun harganya karena yang penting ada garansi mereka beli.

Yang jadi masalah, tidak semua orang tua siswa mampu mencari solusi untuk anaknya bimbingan belajar di luar sekolah.

Akhirnya fakta dan realita ada dominasi masuk perguruan tinggi negeri selain siswa genius pembelajar, kesempatan lebih banyak peluang terhadap siswa yang memiliki kemampuan material untuk mengikuti bimbingan belajar.

Selain pengalaman pribadi yang tidak pernah mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri, kala itu namanya UMPTN, hatiku cukup bersedih karena harus berbayar.

Untuk membalas peristiwa itu, berusaha tidak terjadi pada anakku. Walaupun untuk mengikuti bimbingan belajar anakku belum bisa ditunaikan karena cukup memberatkan biayanya.

Malahan anak kedua sempat meminta berkali-kali untuk dapat mengikuti bimbingan belajar, lagi-lagi karena biaya mahal akhirnya tidak jadi.

Padahal, sependek yang diketahui seleksi dengan ujian tulis selama ini terjadi relatif tidak menjamin ketercapain belajar yang sesungguhnya, kecuali lebih banyak selesai studi dikarenkan lulus ujian ke ujian melalui serangkaian ujian yang di dominasi ujian tulis.

Sementara untuk mengukur ketercapaian sikap dan prilaku relatif mengalami kesulitan. Apa lagi menjadikan lulusan perguruan tinggi mampu membantu secara kolosal dan agresif melakukan perubahan di masyarakat yang masih banyak yang jauh tertinggal dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Hampir rata-rata para sarjana atau pascasarjana sibuk dengan pekerjaanya untuk mengumpulkan pundi-pundi untuk saku pribadi dan itu realita yang sudah terbentuk cukup lama.

Peka dan peduli pada sesama hanya sesaat, selebihnya berkompetisi untuk menjadi orang paling bergengsi secara materi.

Alhamdulillah, sejak diputuskan pemerintah untuk seleksi masuk perguruan tinggi negeri kali ini sedikit memberi harapan kepada yang tidak bisa mengikuti bimbingan belajar yang mahal.

Dengan cara seleksi melalui skolastik, untuk mengukur kemampuan dasar siswa masuk perguruan tinggi negeri maupun swasta cukup memberi keadilan.

Karena dalam skolastik yang diukur lebih cenderung kemampuan logic thinking (cara berpikir masuk akal) dan pemetaan kemampuan minat dan bakat relatif nampak.

Mulailah saat ini, bagi para guru mengajarkan mata pelajaran melatih siswa memiliki kemampuan cara berfikir logis, baik bagi siswa IPA, IPS, bahasa, maupun keagamaan.

Namun sangat diperlukan selanjutnya dalam proses pembelajaran di lingkungan perguruan tinggi mengedepankan pembelajaran yang banyak memberi tantangan penyelesaian masalah yang banyak muncul dalam kehidupan, baik yang ada relevansinya dengan keilmuan yang digeluti maupun yang bersifat universal.

Anakku, jangan menyesali yang sudah terjadi. Siapkan dirimu memahami kehidupan di depan mata yang akan datang. Pilih studimu atas dasar minat dan bakat dirimu tanpa harus memperkosa hak jiwa ragamu.***




sumber berita ini dari bandungmu.com

Author