Tongkat Estafet Kepemimpinan Pelajar Muhammadiyah: Dari IPM untuk Peradaban

banner 468x60

GIRIMU.COM– Langit pagi di halaman SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu) nampak jernih. Sementara kibaran Sang Saka Merah Putih bersanding gagah dengan panji kuning bertuliskan Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Di bawahnya, deretan seragam almamater kuning berbaris rapi, menyaksikan momen sakral pergantian tongkat estafet kepemimpinan dari satu generasi pelajar ke generasi berikutnya.

Selasa, 21 Oktober 2025, menjadi penanda babak baru bagi PR IPM Smamsatu Gresik. Muhammad Zamir Labib Maulidy, siswa kelas XI Saintek 1, resmi menakhodai kepengurusan periode 2025/2026, menggantikan Syifa Nur Faizzaturrohma dari kelas XII Saintek 4. Pergantian ini bukan sekadar seremoni formal di atas podium, melainkan refleksi tentang bagaimana kepemimpinan tumbuh di rahim pendidikan yang menanam nilai.

Dalam tradisi Muhammadiyah, pelajar bukan hanya penerus, tetapi juga pelaku sejarah. Maka, ketika bendera kuning itu berpindah tangan, ia bukan sekadar simbol organisasi melainkan amanah perjuangan. Di pundak Zamir, terpikul tanggung jawab melanjutkan gerakan intelektual pelajar yang berpijak pada nilai Islam, berpikir merdeka, dan beraksi sosial.

Kepala Smamsatu Gresik Nurul Ilmiah, Pembina IPM Wiwid Dwi Wahyu, dan seluruh pendidik,  serta tendik hadir menyaksikan langsung penandatanganan serah terima jabatan tersebut, didampingi ketua PD IPM Gresik dan PC IPM Gresik. Di antara wajah-wajah muda itu, tergambar keyakinan, bahwa perubahan tidak pernah lahir dari ruang kosong, melainkan dari kader yang ditempa dalam disiplin dan kesadaran kolektif.

Upacara pagi itu seolah menjadi miniatur perjalanan bangsa. Bahwa kepemimpinan sejati adalah estafet nilai, bukan sekadar jabatan. Bahwa setiap santri /pelajar Muhammadiyah mesti belajar menjadi manusia yang berpikir rasional sekaligus berjiwa sosial. Dalam dunia pendidikan yang kian pragmatis, IPM hadir sebagai oase meneguhkan kembali ruh gerakan pelajar sebagai pelaku perubahan, bukan sekadar penonton zaman.

Dalam wajah-wajah muda yang berbaris itu, ada harapan baru. Bahwa generasi pelajar hari ini tak hanya sibuk mengejar angka dan sertifikat, tapi juga belajar menata diri dan masyarakat. Zamir dan jajarannya memikul tugas melanjutkan gerak dakwah pelajar dengan cara yang lebih segar dan kontekstual: menjadikan IPM sebagai ruang dialog, kreativitas, kepedulian sosial dan ekologi di tengah arus digital yang serba cepat (disrupsi).

Dari halaman sekolah itulah, semangat kepemimpinan Islam berkemajuan terus ditanamkan. Sebab di balik setiap bendera yang dikibarkan, ada janji yang diucapkan dalam diam: untuk terus berjuang, berpikir, dan berbuat demi kemaslahatan umat, sebagaimana dalam lirik lagu “Janji Kader” yang sering dikumandangkan para kader IPM.

Hari itu, Smamsatu tak hanya melantik seorang ketua baru. Ia sedang meneguhkan kembali makna pendidikan: bahwa sekolah bukan pabrik nilai yang tertulis di raport, tapi ladang untuk menumbuhkan peradabandan eksistensi manusia. (*)

Penulis: M. Islahuddin

Author