GIRIMU.COM — Jalan makadam membentang menuju area sekolah yang terletak di antara perumahan padat: Griya Kencana. Tak ada jalan lain, dan hanya ada satu jalan lurus. Di bagian belakang berbatasan dengan area perkebunan warga yang ditanami jagung, ketela pohon, terong, papaya, pisang, dan tanaman sayuran lainnya.
Hanya ada empat buah mainan dengan cat warna warni di area samping masjid. Kempatnya adalah, jungkat jungkit, ayunan, papan titian, dan prosotan sebagai penanda, bahwa ada sekolah untuk siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Namun, di lokasi itu tidak ditemui pasti wujud bangunan sekolah seperti layaknya sebagai tempat belajar. Hanya ada bangunan masjid dengan satu ruang utama di bagian dalam yang disekat dengan tirai bongkar pasang untuk shaf jamaah perempuan dan bagian serambi beserta teras.
Memanfaatkan serambi masjid yang kini menjadi ruang kelas, siswa Kelompok Bermain (KB), Taman Kanak-kanak (TK) A, dan TK B belajar bersama dengan didampingi dua orang guru. Dilengkapi dengan satu buah kipas angin dan satu unit AC dengan kapasitas 1.5 PK, tercipta ruangan kecil yang cukup nyaman untuk belajar.
Sekolah bernama KB–TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 49 Griya Kencana itu diresmikan pada 23 Juni 2024, yang dihadiri langsung oleh Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik, Innik Hikmatin, SPd.
“Saya senang dengan hadirnya sekolah KB–TK Aisyiyah di sini dengan nomor urut 49. Semoga siswanya tambah banyak dan sekolahnya tambah maju. Gurunya diberi kesabaran, karena ini masih proses babat alas (mengawali, Red.),” ungkapnya.
Tak sendiri, innik didampingi oleh dua pengurus dari PDA Gresik yang membawakan oleh–oleh berupa APE (Alat Permainan Edukatif). Sekali lagi, Innik menyampaikan selamat atas pendirian KB–TK ABA 49 Griya Kencana.
“Semoga ini bisa menjadi penerus untuk jalan kita berdakwah melalui Muhammadiyah dan Aisyiyah,” pungkasnya.
Tak ada jalan pintas untuk mewujudkan mimpi indah yang berawal dari hanya sebuah angan-angan. Keterpaksaan dan kewajiban untuk menyelamatkan akidah yang kokoh menjadi kunci utama awal sekolah berdiri. Jalan panjang harus ditempuh oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mojosarirejo, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang pada akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mendirikan sekolah jenjang KB–TK Aiyiyah Bustanul Athfal.
Masjid yang diresmikan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik dengan nama Al Iman Qonaah awalnya memiliki jamaah cukup banyak. Namun, semakin hari semakin menurun jumlah jamaahnya, khususnya sholat di masjid ini. Hingga pada akhirnya, PRM Mojosarirejo mencium rumor tak sedap terkait keberadaan sekelompok orang yang berniat mengambil alih masjid.
Kabar berhembus kencang di kalangan warga sekitar masjid dan menyebar ke seluruh perumahan Griya Kencana hingga meluas ke area sekitanya. Tidak hanya berkurang jamaahnya, muncul stigma negatif tentang faham Muhammadiyah. Masyarakat mulai menganggap, bahwa Muhammadiyah itu aneh. Tak ikut sholawatan, tak ada istighosah, melarang ritual 7 harian, 40 harian dan 100 harian, dan seterusnya sebagai penghormatan kepaa orang atau anggota keluarga yang meninggal.
Konflik yang terjadi pada tahun 2019 awal hingga akhir 2020 membuat PRM dan PRA Mojosarirejo putar otak untuk menyelamatkan aset Muhammadiyah yang berupa masjid. Diskusi dan beberapa kali menggelar agenda rapat untuk menyatukan visi dan misi secara internal dilakukan tanpa mengenal lelah. Tak hanya sampai di situ, konsolidasi dilakukan dengan PCM Driyorejo sampai pada tingkat PDM Gresik.
Sekelompok orang dengan faham yang dinilai jusru bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenar-benarnya masih terus berusaha untuk merebut Masjid dari PRM Mojosarirejo.
“Mereka berupaya memecah belah jamaah hingga akhirnya jamaah enggan sholat di masjid atau tidak hadir dalam kajian–kajian yang diadakan rutin di masjid,” kenang Rustamaji, salah satu anggota PRM Mojosarirejo.
PRM/PRA pun tidak tinggal diam melihat hal ini. Serangkaian diskusi untuk melakukan pendekatan persuasif dengan kelompok yang dinilai ekstrem tersebut pernah dilakukan. Sempat terjadi adu mulut di area masjid dan akhirnya bisa dilerai hingga tidak sampai menimbulkan pertikaian yang lebih serius.
“Wis …wis. Ojo diterusne (Sudah … sudah. Jangan dilanjutkan,” ucap Mbah Gatot, penjual kopi di warung yang bersebelahan dengan masjid yang ikut melerai pertikaian tersebut.
Konflik tidak hanya sampai di sini. Beberapa pengurus dari PRM juga ada yang terindikasi terpengaruh oleh faham mereka yang berseberanagan dengan Muhammadiyah. Kabar ini sampai juga ke telinga PCM Driyorejo. Menindaklanjuti hal tersebut, PCM Driyorejo berusaha mengurai benang kusut adanya perbedaan tersebut dengan mengundang pengurus PRM untuk menceritakan kronologi yang sebenarnya.
Panjang lebar diceritakan, hingga waktu berlalu begitu cepat. Masing–masing anggota PRM saling memberikan argumennya. Akhirnya, tahun 2019 PCM Driyorejo, lewat ketuanya, Drs Alim Nur Shodiq, MPdI, memberikan kebijakan agar Masjid Al Iman Qonaah semakin kuat secara hukum dan menegaskan, bahwa masjid tersebut adalah milik Muhammadiyah. Maka, langkah legal pun dilakukan untuk statusnya kepemikikan dengan mengurus sertifikat masjid atas nama Muhammadiyah.
Terus mendesak dan tak kenal lelah, akhirnya perjuangan berbuah manis dan kini dirasakan oleh PRM/PRA Mojosarirejo beserta warga Muhammadiyah di desa itu. Sekelompok orang yang semula ngebet (bernafsu) ingin mengambil alih, akhirnya bersedia meninggalkan masjid yang selama ini menjadi basecamp.
Rapatkan Barisan
Setelah itu, upaya merapatkan barisan secara internal untuk berkomitmen merawat aset Muhammadiyah terus dilakukan. Maka, dicapailah kata sepakat, bahwa untuk menandai Masjid Al Iman Qonaah itu milik Muhammadiyah dan siapa pun warga Muslim diperbolehkan melakukan ibadah sholat di sana, maka tercetslah ide untuk mendirikan sekolah.
Ada empat orang PRM Mojosarirejo beserta perwakilan dari Takmir Masjid Al Iman Qonaah beraudiensi ke PCM Driyorejo untuk menyampaikan keinginan mereka. Bertempat di meeting room SD Muhamadiyah 1 Driyorejo (SD Mudri), rombongan diterima oleh Ketua PCM Driyorejo, Drs Abdul Wahab, MM, Ketua Majelis Dikdasmen PCM Driyorejo, Sutikno, beserta anggota PCM Driyorejo lainnya.
Disampaikan, bahwa PRM Mojosarirejo berkeingian untuk memiliki lembaga penididkan, namun masih minim dukungan. Pengurus ranting masih belum maksimal berupaya, sehingga PRM menyampaikan kepada PCM Driyorejo agar dibantu berdirinya lembaga pendidikan jenjang PAUD dengan alamat di Masjid Al Iman Qonaah dengan nama Aisyiyah.
Kepala SD Mudri, Teguh Abdillah, SPd, MPd, yang turut hadir membersamai saat rapat pimpinan, menyambut baik rencana PRM Mojosarirejo untuk mendirikan lembaga PAUD di Mojosarirejo.
“Alhamdulillah, semoga membuka jalan dakwah Islam di sana dan SD Mudri akan mendapatkan sumber amunisi baru untuk support siswa di tahun mendatang, terutama untuk SPMB (Sistem Penerimaan Siswa Baru),” ujarnya.
PCM Driyorejo yang waktu itu sedang berkonsetrasi untuk membangun gedung SD Mudri, karena permintaan masarakat yang terus naik, sehingga kebutuhan ruang kelas dan fasilitas sekolah mau tidak mau akhirnya harus ditambah. Tak berhenti disitu, PCM Driyorejo juga masih memiliki tugas yang tak kalah menguras energi, karena di tahun hampir bersamaan, yakni pada 2024, SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo mulai beroperasi di tahun pertamanya.
Kepala SD Mudri mendapat amanah dari PCM Driyorejo untuk menyiapkan ubo rampe (semua keperluan/perlengkapan yang dibutuhkan, Red.) untuk proses pendirian PAUD di wilayah Ranting Muhammadiyah Mojosarirejo. SD Mudri mendukung penuh terkait berdirinya PAUD, berupa KB dan TK. Tak hanya dukungan secara finansial, tenaga dari para guru dan segenap tenaga pendidik SD Mudri serta konsep acara untuk agenda peresmian pun sudah disiapkan secara matang.
SD Mudri juga mengizinkan tatkala salah satu gurunya menerima amanah dari PCM Driyorejo dibawah pengawasan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah untuk mengelola Lembaga PAUD yang diberi nama KB–TK Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) 49 Griya Kencana.
Sempat terjadi gesekan secara internal saat Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Driyorejo merasa tidak dilibatkan sedari awal terkait pendirian Lembaga PAUD ini. Hal itu karena jenjang Pendidikan KB–TK ABA merupakan lembaga di bawah naungan Aisyiyah. Namun, hal tersebut tidak menjadi polemik berkepanjangan setelah beberapa kali menggelar rapat dan duduk bersama untuk menyamakan konsep berorganisasi.
“Kami selaku PCM tidak mengambil alih wewenang PCA dalam proses pendirian sekolah KB–TK ABA 49. Namun, kami harus menghargai PRM Mojosarirejo yang datang terlebih dahulu kepada PCM Driyorejo untuk menyampaikan niat baiknya untuk bisa memiliki Lembaga pendidikan PAUD di Mojosarirejo,” papar Sutikno, selaku Ketua Majelis Dikdasmen PCM Driyorejo.
Dijelaskan, untuk proses pendirian biarlah menjadi tugas PCM yang mandegani (memimpin) terlebih dahulu. Pada akhirnya, nantinya lembaga PAUD itu akan tetap dikembalikan pengelolaannya kepada PCA Driyorejo.
Kurangnya pemahaman terkait prosedur yang harus dijalani dari PRM Mojosarirejo inilah yang pada akhirnya menjadi percikan kecil di internal tubuh PCM Driyorejo. Drs Abdul Wahab, MM, Ketua PCM Driyorejo periode 2022–2027, menjelaskan, alangka baiknya jika sejak awal, PRM dan PRA Mojosarirejo bersilaturahmi ke PCM dan PCA Driyorejo pada secara bersamaan, sehingga semua pihak bisa memahami apa yang diinginkan di tingkat ranting. Dengan kebijakan yang diambil oleh PCM inilah, akhirnya proses pendirian Lembaga PAUD bisa terlaksana.
Gayung pun bersambut, Ketua PCA Driyorejo, Yayuk Amiatun, mengusulkan agar KB–TK ABA 49 Griya Kencana menginduk kepada KB–TK ABA 38 Kota Baru Driyorejo (KBD) yang telah menjadi pioner di wilayah Driyorejo.
“Kami siap membantu untuk training guru, administrasi, dan tata kelola kelasnya, sehingga nantinya bisa diaplikasikan sesuai dengan kondisi sekolah baru,” papar Ni’matul Fitriyah, Sag, Kepala TK ABA 38 Kota Baru Driyorejo.
Berlokasi di Perum Griya Kencana Blok 1P/19 Mojosarirejo, Driyorejo Gresik, sekolah KB–TK ABA 49 berdiri. Berada dalam satu komplek dengan Masjid Al Iman Qonaah, sekolah yang awalnya hanya memperoleh cuma tujuh siswa dengan formasi dua siswa berada di kelas KB, dua siswa mengisi kelas TK A, dan tiga siswa ada di kelas B. Terdapat dua guru yang hadir untuk mengajar dan mengawali tahun ajaran baru 2024/2025 dan seorang Pelaksana Tugas (PlT) dari PCM Driyorejo selaku penanggung jawab sekolah.
Dengan Dokumen Pendirian Nomor: 05/PRA-KEP/A/V/2024 yang diterbitkan oleh PRA Aisyiyah Mojosarirejo, sekolah KB–TK ABA 49 telah menjadi bukti eksistensi tegaknya akidah melalui bendera Muhammadiyah.
Maryam Atikah Zahira, Aisyah Putri Almaira adalah dua siswa yang duduk di kelas Kelompok Bermain (KB). Di kelas TK A dihuni oleh Mikhayla Shaqueena Azzaky dan Jonathan Adriyel Putra Valentino.
Rencana awal yang hanya menerima siswa di jenjang KB dan TK A saja ternyata mendapat respon di luar dugaan dari warga. Ada 3 siswa mutasi masuk yang mendaftar di kelas TK B. Mereka adalah Azqiara Putri Fendra, Muhammad Daffa Abdillah, dan Aileen Chalinda Alfirdaus. Dengan berbagai alasan kepindahan dari sekolah sebelumnya, ketiga siswa tersebut akhirnya diterima bersekolah di TK ABA 49 Griya Kencana dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada TK ABA 38 KBD.
“Alhamdulillah akhirnya di sini ada TK ABA yang baru. Kami paham kualitas pendidikan di TK ABA, sehingga kami memutuskan untuk memindahkan anak–anak kami. Harapan kami selaku orang tua, kami ingin anak–anak mendapatkan pembelajaran yang lebih baik lagi dan lebih Islami,” ucap RA Siti Mutik Nur Fadhilah, ibunda dari Muhammad Daffa Abdillah.
Munculnya tujuh bintang baru tersebut menjadi episode awal dalam perjalanan KB–TK ABA 49 sebagai lembaga pendidikan yang hadir untuk memberikan pelayanan pendidikan terbaik bagi anak usia dini (PAUD). Terbilang nekad dengan berani menerima siswa mutasi di kelas TK B, hal ini justru menjadi tantangan tersendiri bagi tim pengajar.
Tahun ajaran 2025/2026, KB–TK ABA 49 Griya Kencana semakin menunjukkan konsistensinya sebagai lembaga baru yang mampu berkompeisi di kancah pendidikan PAUD. Dengan kekuatan total 32 siswa di tahun kedua, KB–TK ABA 49 Griya Kencana tidak bisa dianggap remeh dan memerlukan penanganan yang lebih serius teruatama di bagian sarana prasarana.
“Semoga KB-TK ABA 49 Griya Kencana bisa segera membeli tanah untuk bisa menghadirkan bangunan sendiri yang kokoh berwujud bangunan sekolah dan tidak lagi menggunakan serambi masjid sebagai ruang kelas. Dengan memberikan ruang kelas yang representatif, maka kelak diharapkan dapat mencetak generasi Qurani yang hebat dan menjadi anak bangsa yang berguna baik dunia maupun akhirat,” pesan Teguh Abdillah.
Dengan keterbatasan sarana prasarana yang masih menggunakan serambi masjid untuk ruang kelas, tidak mengurangi semangat guru untuk bisa mempromosikan sekolah agar lebih dikenal masyarakat terutama di kawasan perumahan Griya Kencana. Memanfaatkan teknologi melalui media sosial, promosi dilakukan dengan membuat video yang dikirin melalui status whatsApp dan Instagram.
Untuk memperkuat publikasi dan komunikasi public, kegiatan siswa didokumnetasikan dan disebarluaskan melalui naskah berita dan ditayangkan di portal berita remi milik Muhammadiyah, seperti pwmu.co dan girimu.com.
Animo masyarakat yang terus meningkat untuk mendaftarkan anaknya sekolah di KB–TK ABA 49 Griya Kencana, disambut baik oleh pihak sekolah dan PRA Mojosarirejo. Pelayanan secara offline dan online berjalan beriringan. Membuka 1 kelas KB dan 1 kelas TK A untuk target awal dari program SPMB (Sistem Penerimaan Murid Baru) dilakukan dengan menggandeng wali murid untuk promosi.
Promosi ke Posyandu terdekat di sekitar lokasi sekolah mendapat sambutan baik. Perlahan namun pasti, program pendaftaran inden yang diluncurkan bulan Agustus 2025 sudah memenuhi 25% kuota.
“Saya yakin dan optimis untuk jumlah siswanya akan terus berkembang seiring dengan mengusung nama besar Aisyiyah sebagai induknya,” kata Teguh Abdillah.
Dukungan dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) Driyorejo lainnya, yaitu KB-TK ABA 45 Bambe dan SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo menjadi semangat baru untuk kelangsungan KB- TK ABA 49 Griya Kencana.
“Semoga KB–TK ABA 49 Griya Kencana bisa membimbing anak–anak untuk menjadi siswa yang berprestasi dan cinta dengan Islam,” ucap Kusbandi, MPd selaku PRM Mojosarirejo.
Harapan yang sama disematkan oleh Majelis Dikdasmen PCM Driyorejo untuk KB–TK ABA 49 dapat lebih berkembang lagi ke depannya. “Jika tidak berada di komplek Masjid Al Iman Qonaahm, maka bisa mencari daerah terdekat dengan masjid untuk mendirikan lembaga SD ke depannya,” tambahnya. (*)
Penulis: Elisyah Susanty







