GIRIMU.COM — Enam puluh tahun perjalanan SMA Muhammadiyah 1 Gresik (Smamsatu) dirayakan dengan cara sederhana, namun penuh makna: kenduri tumpeng. Lantai 7 yang merupakan lapangan indoor kebanggaan sekolah favorit di Gresik ini berubah menjadi ruang syukuTumpengr.
Puluhan tumpeng terbungkus rapi berjejer di depan panggung, masing-masing membawa pesan kebersamaan dari tiap kelas. Di balik plastik bening, nasi kuning dengan lauk pauk tradisional seolah menegaskan: tradisi adalah penopang identitas.
Di atas panggung, Ustad Nauval memandu semua warga Smamsatu untuk melantunkan Asmaul Husna dengan nada yang menyentuh. Suasana menjadi gemuruh yang menakjubkan seusai melantunkan Asmaul Husna bersama, dilanjutkan berdoa bersama. Mural warna-warni di dinding menambah nuansa hidup, seakan menggambarkan perjalanan panjang sekolah yang akrab dengan perubahan zaman.
Tema perayaan, “Kenduri Syukur, Kebersamaan yang Menguatkan”, bukan sekadar slogan. Ia menegaskan, bahwa usia enam dekade bukan akhir, melainkan awal bagi Smamsatu untuk terus bertumbuh bersama siswa, guru, dan alumni, serta semua pihak yang terkait dengan Smamsatu Gresik.
Selain kenduri, rangkaian acara milad juga diisi dengan pemberian penghargaan kepada para pendidik dan tenaga kependidikan yang telah mengabdi lebih dari 30 tahun. Tepuk tangan bergema ketika nama-nama guru senior dipanggil ke atas panggung. Mereka menerima plakat dan kenang-kenangan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi panjang membimbing generasi demi generasi.
“Tanpa keteladanan dan pengabdian Bapak-Ibu guru, Smamsatu tidak akan berdiri setegak ini di usia 60 tahun,” ujar Kepala Smamsatu, Nurul Ilmiah, dalam sambutannya.
Momen penghargaan itu menjadi penegasan bahwa kebersamaan bukan hanya milik siswa yang membawa tumpeng, tetapi juga milik para guru dan staf yang telah memberi napas pada perjalanan sekolah ini.
Di penghujung acara, doa syukur kembali dilangitkan. Tumpeng-tumpeng yang semula berjajar kemudian disantap bersama, menandai kebersamaan yang terus dirawat. Perayaan sederhana ini justru memancarkan makna mendalam: syukur yang menguatkan, tradisi yang menyatukan, dan pengabdian yang meneguhkan langkah ke depan. (*)
Kontributor: M. Islahuddin
