Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Ibn Masarrah, Filsuf Muslim Pertama di Spanyol

    Nov 14 202231 Dilihat

    Ibn Masarrah merupakan filsuf muslim Spanyol pertama yang membangun pondasi filosofis di Spanyol, tepatnya di Kordoba. Namun jejak pemikirannya saat ini, terutama di Indonesia, seakan-akan lenyap.

    Setahu penulis, hanya ada dua buku di Indonesia yang secara intens membahas Ibn Masarrah, pertama, ditulis oleh Miguel Asin Palacios, kemudian di alih bahasakan oleh Nanang Tahqiq ke dalam bahasa Indonesia, judulnya Ibn Masarrah: Filsuf Muslim Spanyol Pertama. Kedua, buku Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam oleh Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman.

    Namun, penulis yakin masih ada buku selain kedua buku tadi yang membahas Ibn Masarrah, hanya saja sampai saat ini belum menemukannya. Berawal dari itu, penulis ingin memberikan insight untuk lebih mengenal filsuf muslim pertama di Spanyol.

    Mengenal Ibn Masarrah

    Sekilas biografi Ibn Masarrah, ia dilahirkan di Kordoba pada 269 H/883 M. Nama lengkapnya ialah Muhammad ibn Abd’ Allah ibn Masarrah. Di Andalusia, ia hidup sampai usia 20-an tahun sebelum ia akan pergi ke timur.

    Karena adanya kecaman akibat subversi agama, ia meninggalkan Andalusia. Ia pergi ke timur terutama Basrah bersama kakanya yang bernama Ibrahim. Kala itu, Basrah menjadi pusat pembelajaran terbaik di dunia muslim dan juga menjadi tempat bagi ayahnya bernama Abdullah belajar dengan para teolog Muktazilah.

    Bukan hanya Basrah yang ia kunjungi, Mekah pun menjadi tempat yang ia tuju. Mengapa Mekah? Dengan adanya fitnah kepadanya, ia pun memutuskan pergi ke Mekah dengan alasan ingin melaksanakan haji.

    Di Mekah, ia bertemu sufi terkemuka seperti al-Junaid, Nahrajuri, dan Abu Said ibn Muhammad ibn Ziyad ibn al-Arabi. Di sana, ia mengamati ruangan kecil milik Mariyah dan mengukur tiap sudutnya untuk dijadikan model tempat uzlah-nya nanti.

    ***

    Setelah dari Timur, ia kembali ke Andalusia pada masa pemerintahan ‘Abd al-Rahman III al-Nasir (912-962). Selama di Andalusia, Ibn Masarrah memimpin uzlah di perbukitan sekitar Kordoba bersama para muridnya. Karena itu, ia diberi julukan ‘al-Jabali’.

    Di akhir hidupnya, tekanan mental yang kental akibat tuduhan yang merendahkan membuatnya ingin menyegerakan kematiannya. Pada hari Rabu, 20 Oktober 319 H/931 M setelah salat Asar ia menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 53 tahun di tempat uzlah-nya, di Siera, dekat Kordoba. Namanya diabadikan bersama insan ilmu yang wafat di tahun yang sama, tahun itu disebut oleh masyarakat Kordoba sebagai tahun orang-orang terkemuka.

    Karya Ibn Masarrah sempat dibakar sehingga sulit untuk menemukan karyanya kembali, bahkan tulisannya dianggap hilang sampai tahun 1972. Oleh Muhammad Kamal Ibrahim Jafar ditemukan dua karyanya dalam manuskrip nomor 3168 dari Chester Beatty yang kemudian diterbitkan dan di analisis oleh Jafar dan kemudian yang lainnya. Karyanya berjudul Kitab al-Tabsirah yang berisi kunci sistem esoteriknya berupa kontemplasi sebagai latihan mental untuk naik pada tingkat keberadaan yang paling tinggi.

    Sementara, karyanya yang lain yaitu Kitab al-Huruf yang menyajikan rahasia huruf alfabet sebagai manifestasi Ilahi untuk menciptakan alam semesta. Seperti huruf alif yang tegak, huruf ‘ya’ berbentuk seperti sedang sujud dan huruf ‘wau’ seperti rukuk.

    Manusia digambarkan melalui ketiga huruf tadi, huruf alif itu sebagai jiwa rasional yang harus tetap tegak dan lurus. Sementara huruf ‘wau’ sebagai jiwa binatang yang harus ditundukkan dan terakhir huruf ‘ya’ sebagai jiwa vegetatif yang dekat dengan bumi.

    Corak Pemikiran Ibn Masarrah

    Menariknya, Ibn Masarrah memiliki orientasi pemikiran yang beragam. Sejarawan muslim abad tengah menyebutnya memiliki berkecenderungan batini atau mistikus, teolog Muktazilah, pengikut Empedokles, filsuf Neo-Platonis, dan juga misionaris Fatimiyah.

    Disebut mistikus karena ia meniru tarekat Dzu Al-Nun Al-Mishri dan al-Nahrajuri dengan motif mengasah kesadaran diri. Miguel Asin Palacios menyebut pemikiran Ibn Masarrah sebagai perkawinan ajaran Pseudo-Empedoklean dan Muktazilah. Ia jelaskan dalam bukunya berbahasa Spanyol.

    Kecendrungan Muktazilah pada Ibn Masarrah diturunkan oleh Ayahnya yang merupakan seorang Zahid dan mempelajari doktrin Muktazilah di Basrah selama 30 tahun. Sementara pengaruh Neo-Platonis terlihat pada hierarki emanasi Ibn Masarrah yang terdapat hubungan antara Materi Pertama, Intelek, Jiwa, Alam dan Materi Kedua.

    Referensi:

    Dahlan, Abdul Aziz. Pemikiran Falsafi dalam Islam. Jakarta: Djambatan. 2003.

    El-Rouayheb dan Sabine Schmidtke. The Oxford Handbook of Islamic Philosophy. New York: Oxford University. 2017.

    Nasr, Seyyed Hossein dan Oliver Leaman. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam. Bandung: Mizan. 2003.

    Palacios, Miguel Asin. Ibn Masarrah: Filsuf Muslim Spanyol Pertama. Dialihbahasakan oleh Nanang Tahqiq. Ciputat: Hipius. 2017.

    Stroumsa, Sarah dan Sara Sviri. The Beginning of Mystical Philosophy in al-Andalus: Ibn Masarra and his Epistle on Contemplation. Artikel. 2019.

    Stroumsa, Sarah. Ibn Masarra and The Beginnings of Mystical Thought in al-Andalus. Makalah.

    Editor: Yahya FR

    Print Friendly, PDF & Email

    sumber ini berita dari ibtimes.id

    Author

    Share to

    Related News

    Kampus UMG

    Urun Rembug Pilrek UMG Periode 2025-2029

    by Jan 31 2025

    Secara resmi panitia pemilihan rektor (Pilrek) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG)  telah mensosi...

    Me-Muhammadiyahkan AUM secara Kaffah

    by Dec 30 2024

    Oleh: M. Islahuddin* Diakui atau tidak, bagi yang saat ini bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),...

    Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren N...

    by Nov 22 2024

    Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan b...

    Indonesia Berkemakmuran, Kemakmuran untu...

    by Nov 19 2024

    Menyongsong Milad ke-112 tahun ini, Muhammadiyah mengambil tajuk “Menghadirkan Kemakmuran untuk Se...

    Inilah 9 Rekomendasi Simposium Beda Seta...

    by Nov 16 2024

    IBTimes.ID – Simposium Best atau Beda Setara telah selesai digelar. Acara ini berlangsung selama d...

    Keberagaman Bukan Hanya Soal Kerukunan, ...

    by Nov 13 2024

    IBTimes.ID, Yogyakarta – Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan GUSDURian, Jay Akhmad,...

    No comments yet.

    Sorry, the comment form is disabled for this page/article.
    back to top