الحمد لله ربّ العالمين الذى هدانا للايمان والإسلام. وخَصَّنَا بِشَرِيعةِ مُحمدٍ خَيرِ الأنام. اشهد أن لا اله إلا الله المُنْعِمُ المنَّانْ. وأشهدُ أنَّ محمدا عبدُه ورسولُه المبعوث بخير الأدْيان. أللهمّ صلِّ وسلم وبارِك على محمدٍ وعلى آله وأصحابه السَّادَاتِ الأعيانِ. أمَّا بعد. فيا عبادَ الله اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وأنتم مسلمون. وافْعلوا الخيرات واجتنبوا عن المعاصى والطغيان لعلكم تفلحون
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
Sejak tadi malam hingga pagi hari ini gema takbir, tahmid, dan tahlil berkumandang, sahut sahutan dari Timur hingga Barat. Beberapa negara (Indonesia, Turki, Saudi Arabia, Mesir, Australia, Amerika Serikat, Irlandia, Brunei Darussalam) sejak awal telah mengumumkan akan melaksanakan shalat Idul Fitri Senin, 2 Mei 2022 dan disusul beberapa negara lainnya.
Terlepas dari itu semua, kita patut bersyukur karena setelah dua kali lebaran kita berhari raya dalam kondisi yang serba terbatas, pagi ini kita semua berkumpul di tempat yang bersejarah ini, melaksanakan shalat Idul Fitri 1 Syawal 1443 H dengan hati yang khusyu, suasana yang haru, sederhana, dan penuh kekeluargaan. Kita semua hadir di tempat ini memiliki satu tujuan, mengagungkan asma Allah, meneguhkan keyakinan bahwa kita hanyalah hamba-Nya, dan hanya kepada-Nya hidup dan perangkat-perangkatnya kita persembahkan. Sekurang-kurangnya itulah makna dari, Allāhu Akbar Allāhu Akbar, Lā Ilāha Illallāh, Allāhu Akbar Walilllāhil Hamd.
Setiap anak, tentu suatu saat akan menjadi orang tua, begitu seterusnya. Itulah yang disebut dengan siklus kehidupan. Dalam pada itu, di banyak ayat al-Quran mengingatkan kepada semua anak agar berbakti pada orang tuanya. Dan saat berusia 40 tahun, sang anak harus kembali meneguhkan rasa syukurnya kepada Allah atas 5 kebaikan yang telah Allah anugerahkan.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahqaf ayat 15.
حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“…. sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.”.
Ayat tersebut di atas, mengandung lima kebaikan yang diperoleh mereka yang telah mencapai usia empat puluh tahun.
Pertama, keluarga yang mapan. Jika seseorang menikah di usia 25 tahun, berarti saat usianya 40 tahun, rumah tangganya telah berjalan selama 15 tahun. Pernikahan yang telah berusia 15 tahun sejatinya telah melalui dua fase finansial. Fase pertama adalah tahun ke-1 hingga tahun ke-10. Rentan waktu itu disebut masa perjuangan. Tinggal di kontrakan, kesana kemari mengajukan lamaran pekerjaan, isteri kesulitan mengatur uang dapur yang memang jauh dari cukup, mengharap bantuan orang tua meski ada rasa malu, itulah masa² perjuangan yang dialami hampir semua keluarga. Mereka yang pernikahannya pada usia 1-5 tahun, bahkan 1-9 tahun, bersabarlah saat menemukan kesulitan. Pada saatnya nanti akan ada jalan keluar.
Fase kedua adalah tahun 11-15. Rentan waktu itu disebut masa menuju kemapanan finansial. Pada fase kedua ini umumnya, sebuah keluarga telah keluar dari masa sulit. Pekerjaan sudah ada, bahkan karir mulai menanjak naik, telah ada gambaran tempat dimana akan mendirikan rumah, telah berpikir untuk mengganti kendaraan, dan seterusnya. Seiring dengan itu, penerimaan sosial semakin besar, dipercaya menjadi ini dan itu. Pada saat yang sama, anak-anak telah tumbuh melewati masa pembentukan karakter. Semua itu merupakan nikmat yang harus disyukuri. Karena itulah seorang muslim secara sadar memanjatkan doa, rabbī auzi’ni an asykura ‘ala ni’matakallati ‘an’amta ‘alayya, ya Rabb anugerahkan kepadaku kemampuan mensyukuri nikmat yang telah engkau berikan kepadaku.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
Kedua, saudara-saudara yang juga telah mapan. Saat seseorang berusia 40 tahun, berarti usia kedua orang tuanya kisaran 65 tahun. Anak yang telah berusia 40 tahun tersebut berdoa “an asykura ‘alā ni’matakallatī ‘an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya”. Kata wālidayya memang artinya orang tua. Tetapi, apa yang membuat bahagia orang tua dengan usia 65 tahun? Kebahagiaan paling besar bagi mereka ketika melihat anak-anaknyanya telah hidup mandiri. Katakanlah saat anak pertama berusia 40 tahun, anak kedua 37 tahun, dan anak ketiga 34 tahun. Pada masa itu baik anak pertama, kedua, maupun ketiga setidaknya telah melewati atau hampir melewati masa pernikahan fase pertama (tahun-tahun perjuangan). Orang tua sangat bahagia karena putra-puteranya telah berumah tangga, memiliki pekerjaan penopang hidup, cucu-cucu yang ngangeni, itu semua adalah kebahagiaan tiada tara. Apalagi kalau anak-anak yang telah mapan tadi, memiliki perhatian besar pada kedua ayah-ibunya, bertambah lengkaplah kebahagiaan mereka berdua.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
Ketiga, peran sosial yang bermanfaat (wa an a’mala shālihan tardhāhu). Amal yang diridhai Allah adalah amal yang berorientasi pada membantu sesama yang dilandasi dorongan iman. Pada usia 40 tahun, umumnya seseorang telah memiliki tabungan amal jariyah. Baik berupa yayasan sosial yang ia dirikan, syiar Islam yang ia gerakkan, menjadi pengurus dan penggerak ormas Islam, donatur kegiatan dakwah, mengelola gerakan amal, mengurus Masjid, anak yatim, menyantuni dhu’afa, ikut mendirikan sekolah, mendidik generasi, dan seterusnya. Ketika seseorang banyak memberikan manfaat, saat itulah tumbuh kelapangan jiwa. Ada kepuasan tersendiri bagi mereka yang hidupnya bermanfaat bagi sesama. Semakin bermanfaat jiwa semakin subur, semakin subur jiwa semakin lapanglah ia dalam menjalani kehidupan.
Keempat, keturunan yang kokoh (wa aslih lī fī dzurriyatī). Apabila seseorang menikah di usia 25 tahun dan langsung dikaruniai keturunan saat itu juga berarti saat usianya 40 tahun, anaknya yang pertama berusia 14 tahun, anak kedua 11 tahun, anak ketiga 8 tahun. Baik anak pertama, kedua, maupun ketiga semuanya sedang menjalani masa-masa pembentukan karakter. Masa ini merupakan fase kehidupan yang sangat penting. Pada masa itu anak-anak menjadi manusia pembelajar, pengingat, dan peniru. Di masa itu al-Quran mengingatkan agar para orang tua memprioritaskan kepentingan anak.
Al-Quran menggunakan kata shaluha sebagai isyarat agar orang tua memperhatikan pendidikan karakter anak yang meliputi keimanan, sikap menyayangi, menjaga nama baik orang tuanya, berbuat baik, taat, menepati janji, dan berbakti pada orang tua.
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله الله أكبر ولله الحمد
Kelima, pencapaian spritual. Melalui “innī tubtu ilaika”, kita melihat ke belakang, berbagai capaian-capaian hidup telah kita raih; keluarga yang mulai mapan, orang tua yang masih hidup dan sehat, sehingga dapat menyaksikan keberhasilan putra-putranya, penerimaan sosial yang semakin besar, serta anak-anak yang menentramkan. Dalam pada itu, kita menyadari bahwa masih banyak kealpaan, kita belum maksimal menjadi sosok suami maupun isteri. Perlakuan, sikap, dan perhatian kita pada orang tua belumlah sebanding dengan jasa dan pengorbanan mereka. Kita juga belum maksimal dalam mendidik anak-anak yang Allah titipkan. Atas kekurangan-kekurangan itu, kita bersimpuh di hadapan-Nya, memohon ampunan. Itulah taubat, simbol kedekatan hamba dengan Allah.
Melalui “wa innī minal muslimīn”, kita melihat ke depan, di sana ada harapan-harapan baru, ada kesempatan memperbaiki kesalahan-kesalahan di masa lalu, ada peluang untuk hidup menjadi lebih baik. Tetapi, tentu kita menyadari seberapa dan sebanyak apapun harapan kita untuk masa depan, tetap saja ujungnya adalah kematian. Maka di usia 40 tahun kita kembali meneguhkan tekad bahwa sisa usia akan kita gunakan untuk berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan tunduk di bawah perintah-Nya.
Nikmat yang kelima ini membedakan antara seorang mukmin dan bukan mukmin. Setiap orang (tanpa menjadi mukmin sekalipun) dapat meraih kebaikan pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Sedang nikmat yang kelima hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Mudah-mudahan kita semua dapat mempertahankan nikmat iman dan Islam, menyadari betapa berharganya menjadi seorang mukmin, kemudian istiqamah memegang teguh keduanya.
Pada akhirnya, kita semua hanya perantau, hari-hari dimana kita hidup berjumpa sedih dan tawa, hanyalah sebuah perjalanan (mudik) menuju kampung keabadian. Di sana ada hari raya abadi yang selalu menunggu kepulangan kita, yaitu saat dimana kita datang menemui Rabb Yang Maha Rahman dan Rahim, itulah hari raya yang sesungguhnya. Semoga amaliah kita sepanjang bulan Ramadhan tahun ini menjadi bekal abadi menuju hari raya abadi. Selamat Hari raya Idul Fitri 1443 H. Taqabballallāhu Minnā wa Minkum. Āmīn yā Rabbal ‘Ālamīn
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً. اللهم صلّ على محمد وعلى آل محمد؛ كما صليت على إبراهيم و آلِ إبراهيم، وبارك على محمد وآل محمد كما باركت على إبراهيم و آل إبراهيم، إنك حميد مجيد. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اللهم اهدنا لأحْسَنِ الأخْلاَقِ واهْدِنا سُبُلَ السَّلامِ، وأصْلِحْ قَادَتَنا وعُلَمَاءَنَا وشَبَابَنا ونِسَاءَنا. اللهم ارفع عنا الوباء عن بَلَدِنا هذا وعنْ سَائر العالم. واجْعله لنَا بَلَدًا آمِنًا وَرْزُقْنَا مِنْ تَحْتِه رِزْقًا. اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين في كل مكانٍ ولَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَخَافُكَ وَلاَ يَرْحَمُنَا. اللهم أصلح وُلاةَ أمورِ المسلمين، واجْعَلْهم فِيمَنْ خَافَكَ واتَّقَاكَ واتَّبعَ رِضَاك، رَبَّنا تَقَبَّلْ مِنَّا إنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إنَّكَ أنْتَ تَوَّابُ الرَّحِيْمُ. رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمرْسَلِيْنَ. والحمد لله رب العالمين
Klik tautan di bawah ini untuk mengunduh versi pdf.
Khutbah Idul Fitri (Asrul Jamaludin, M.Hum. Kauman Yogyakarta, 02 Mei 2022)