Hari Kesehatan Internasional yang diperingati setiap tanggal 7 April kali ini dirasakan sangat berbeda. Bagaimana tidak ! tepat diperingatannya, kesehatan dunia sedang anjlok pada titik nadir terlemah. Kurang lebih 200 negara di seluruh dunia mengalami krisis kesehatan akut, yang disebabkan pandemi Corona Virus Disease Tahun 2019 (covid-19). Wabah ini menyeruak menyasar lebih 1,3 juta masyarakat dunia sampai bulan April 2020. China sebagai negara awal munculnya Covid-19 melakukan penelusuran, hasilnya pada 17 November 2019 di Hubei penduduk berusia 55 tahun sebagai orang pertama yang mengidap sakit akibat virus ini.
Berbagai kebijakan diterapkan untuk menghentikan laju virus yang masih berkerabat dengan virus SARS ini. Lockdown, untuk kawasanan wilayah tertentu menjadi topik hangat untuk diberbincangkan dan diperbandingan dengan kebijakan-kebijakan lain. Karena disegaja atau pun tidak, kebijakan yang dimabil oleh pemerintah di suatu negara pasti akan memiliki dampak simultan terhadap sektor lain. Termasuk yang paling parah adalah sektor ekonomi, bahkan ada yang mengatakan pasca pandemi covid-19 ini reda akan terjadi inflasi ekonomi besar-besaran.
Khususnya Indonesia, Asian Development Bank (ADP) memperkirakan pertumbuhan perekonomian Indonesia akan mengalami penurunan separuh dari tahun sebelumnya pada angka 2,5% dari tahun sebelumnya 5%. Prediksi ini memberikan dampak signifikan terhadap pemilihan kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Indonesia, dilematis antara mempertahankan pertumbuhan ekonomi ataupun menerima segala resiko ekonomi dengan memilih mengamankan penduduknya dari ancaman covid-19.
Namun, pemerintah dalam menangani kejadian bencana kesehatan luar biasa ini tidaklah sendiri. Banyak lembaga, perorangan, organisasi kecil dan besar saling bahumembahu menjaga dan mendoakan negeri ini supaya kembali normal. Termasuk diantaranya adalah Muhammadiyah, organisasi ini berdiri sejak tahun 1912 di Yogyakarta dan didirikan oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memiliki kecekatan untuk urusan penanganan masalah kemanusiaan, yang mencakup kesehatan, pendidikan, ekonomi dan pelayanan sosial.
Etos kerja dalam urusan kemanusiaan oleh Muhammadiyah ditangani secara khusus oleh lembaga yang berdiri sejak sebelum adanya negara Indonesia. Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) yang memiliki misi, “Pertolongan Moehammadijah b/g. P.K.O. Itoe, boekan sekali-kali sebagai soeatoe djaring kepada manoesia oemoemnja, soepaja dapat menarik hati akan masoek kepada agama Islam atau Perserikatan Moehammadijah, itoe tidak, akan tetapi segala pertolongannja itoe semata-mata karena memenoehi kewadjiban atas agamanja Islam.” Catatan ini bisa dilacak pada Alamanak Muhammadiyah tahun 1929.
Mungkin sekarang ini khalayak mengenal PKO/U hanya dari nama Rumah Sakit Muhammadiyah yang masih menyematkan nama PKU sebagai identitas dan jatidirinya. Namun jika diperhatikan lebih dalam, semangat PKU meresap dan megkristal kedalam semua lini, baik lembaga-majelis, ortom dan amal usaha lain yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Pademi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, membuktikannya. Sebelum pemerintah meminta organisasi non pemerintah (NGO) untuk berpatisipasi membantu penanganan covid-19, Muhammadiyah dengan cekatan membentuktim gugus tugas Muhammadiyah Covid-19 Comand Center (MCCC).
Cakupan kerja MCCC menggurita, selain tindakan prefentif dan kuratif. MCCC menyediakan tenaga dan sarana-prasarana untuk penyelesaian masalah Covid-19. Dalam laporannya, MCCC sudah menyeidakan lebih dari 53 Rumah Sakit nya untuk melayanai pasien covid-19. Rencana kedepan, MCCC juga akan menyediakan Rumah Sakit khusus perawatan pasien Covid-19. Tidak berhenti dalam pada urusan perawatan kesehatan, Muhammadiyah melalui lembaga zakatnya mengelontorkan dana miliaran untuk pemulihan dampak ekonomi dan pembelian Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis.
Jangan anggap Muhammadiyah hanya berhenti disitu. Muhammadiyah mengerakkan kader-kadernya diseluruh pelosok Tanah Air untuk meringankan dan menciptakan rasa aman bagi masyarakat bangsa Indonesia. ‘Aisyiyah yang memiliki basis komunitas dari tingkat pusat hingga ranting turut terlibat dalam memberikan bantuan berupa penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi rumah sakit, Pimpinan Pusat Aisyiyah tengah menyiapkan 2.500 bahan sembako untuk didistribusikan dan juga menginstruksikan tingkatan wilayah untuk turut mendistribusikan bantuan sembako, memanfaatkan gerak komunitas dalam membuat masker dan disinfektan yang kemudian dibagikan kepada masyarakat. Sementara Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) dengan seragam lorengnya, termasuk Pemuda Muhammadiyah nya memanggul tangki yang berisi cairan disinfektan untuk disemprotkan ke rumah-rumah warga. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dengan almamater merah marunnya dengan gagah dan wibawa, turun menggalang dana dan membagi-bagikan masker, handsanitizer untuk masyarakat terdampak.
Ikatan Pelajar Muhamamdiyah (IPM) dengan almamater kuningnya yang humanis, menyediakan diri dan waktu untuk memberikan edukasi kepada masyarakat dan menjaga semangat pelajar Indonesia supaya tetap giat dan rajin belajar di rumah. Nasyiatul Aisyiyah (NA) dengan terampil menjahit kain menjadi masker untuk di berikan kepada masayrakat dengan Cuma-Cuma. Tapak Suci Putera Muhammadiyah (TSPM) dan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) dengan sikap gagah pendekar nan humanis memebantu penjagaan dan pendataan terhadap pemudik yang datang dari luar kota. Muhammadiyah menjelma menjadi antibodi yang menjalar kesetiap sudut dan ruang kemanusiaan yang terancam.
Inilah Muhammadiyah organisasi yang selalu sibuk, bahkan sibuk paling awal dalam urusan keumatan dan kebangsaan. Meminjam istilah Bung Hatta, keberadaan Muhammadiyah sebagai representasi Islam Garam yang kerja tanpa perlu kelihatan, tapi syarat akan rasa dan makna bagi bangsa Indonesia. Tidak perlu menengok yang lain jika hanya ingin dipandang lebih baik, lebih awal, lebih besar, maupun lebih banyak jumlah pengikutnya. Muhammadiyah sungguh tidak perlu demikian, karena Muhammadiyah memiliki caranya untuk berbuat kepada umat. Muhammadiyah, tetaplah di koridormu untuk bekerja pada kemanusiaan universal.
Artikel ini juga diterbitkan di laman Muhammadiyah.or.id