BANDUNGMU.COM, Bandung – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Dadang Kahmad MSi menjelaskan bahwa pada zaman Rasulullah SAW para sahabat hidup sederhana bahkan ketika menjadi khalifah atau gubernur.
Dalam QS Al- Araf ayat 31 Allah SWT berfirman wa kuluu wasyrobuu walaa tusrifu innahu laa yuhibbul musrifin yang artinya makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
“Mereka memfokuskan diri pada kinerja atau amanah yang Allah Swt berikan. Seperti Umar Bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib, walaupun kaya raya tetap berpenampilan sederhana,” tutur Dadang.
Dahulu, beberapa tokoh di Indonesia seperti Agus Salim, Sutan Syahrir, dan Sutami pun hidupnya sangat sederhana. Mereka tokoh besar, tetapi hidupnya bersahaja.
“Ketika seseorang menjabat itu hendaknya bisa menahan diri dan tidak memupuk kekayaan. Seandainya kekayaan yang mereka peroleh itu dengan jalan yang tidak benar maka akan membahayakan diri, kesehatan, maupun kehormatannya,” ucap Dadang dalam program “Catatan Akhir Pekan” Televisi Muhammadiyah, Selasa 15 Maret 2023.
Oleh karena itu, Dadang menekankan bahwa sangat penting saat ini memiliki kesadaran untuk bisa menahan diri agar tidak memamerkan hidup yang berlebih-lebihan, terutama di media sosial.
Media sosial
Pada era digital ini dunia sangat terbuka. Menurut Dadang, melalui media sosial (medsos) siapa pun bisa menelusuri atau mengunggah sebebas-bebasnya mengenai suatu informasi.
Karena adanya kebebasan ekspresi inilah, kata Dadang, akhirnya banyak masyarakat yang memamerkan kemewahannya melalui medsos termasuk beberapa tokoh penting dan pejabat di Indonesia saat ini.
Dadang menuturkan bahwa mereka tergiur oleh kekayaan duniawi, terbawa arus tantangan kehidupan, dan konsumerisme atau agama menyebutnya laibu wa lahwu (permainan dan senda gurau belaka).
Eks Ketua PWM Jawa Barat ini menilai seharusnya para pejabat khususnya mengetahui bagaimana menjadi pemimpin yang mengemban amanah dengan baik, bukan hanya memamerkan harta di media sosial.
“Sekarang hifdzul (menjaga) amanah itu tidak lagi menjadi bagian dari kehidupan mereka, padahal amanah itu sesuatu yang sangat harus diperhatikan,” ujar Dadang.
Di samping menjaga amanah dengan baik, Dadang berpesan bahwa sebagai manusia, sejatinya kita bisa mengendalikan nafsu dalam diri agar tidak berlebih-lebihan.
“Walaupun harta kita dari jalan yang halal, tetap harus mengondisikan atau mengendalikan nafsu kita, tidak semua yang kita inginkan harus terwujud, tidak semua apa yang kita punya perlu terlihat orang lain,” tutur Dadang.
Dadang menjelaskan bahwa manusia juga harus memiliki sikap empati, mampu menahan diri untuk tidak mengumbar ekspresi-ekspresi, kemauan-kemauan, mengumbar syahwat, sehingga melahirkan ketidakenakan pada pihak lain.***(MPAF)