Breaking News
Categories
  • #muktamar muhammadiyah aisyiyah 48
  • Acara
  • Berita Organisasi
  • Berita Sekolah
  • Cerpen
  • Featured
  • Gerak
  • Kabar
  • Kegiatan Mahasiswa
  • Kegiatan Sekolah
  • Keislaman
  • Muhammadiyah News Network
  • Muhammadiyah or id
  • Palestina
  • Pendidikan dan Pelatihan
  • Politik
  • PWMU CO
  • Resensi buku
  • Srawung Sastra
  • Tarjih
  • TVMU
  • Uncategorized
  • Video
  • wawasan
  • Benarkah Islam Mundur Karena Pemikiran Al-Ghazali? Begini Penjelasannya

    Aug 31 202225 Dilihat

    BANDUNGMU.COM — Benarkah Islam itu mundur karena pemikiran dari Al-Ghazali? Begini penjelasannya.

    Sejarawan Philip K Hitti menggolongkan Al-Ghazali sebagai salah seorang yang paling menentukan jalannya sejarah Islam.

    Bahkan dalam bidang pemikiran dan peletakkan dasar ajaran-ajaran Islam, Hujjatul Islam mendapat tempat pada urutan kedua setelah Rasulullah SAW.

    Pengaruhnya yang begitu luas hingga tidak sedikit peneliti yang menilai bahwa runtuhnya tradisi rasional di dunia Islam lantaran kritikan keras Al-Ghazali terhadap filsafat.

    Anggapan ini muncul lantaran pria yang lahir di Thus, Khurasan, pada 1058, ini menulis kitab polemis dengan judul yang tidak tanggung-tanggung: “Tahafut Al-Falasifah” atau “Kerancuan Para Filsuf”.

    Karya kontroversial ini terdiri atas 20 bab yang isinya mengkritik pemikiran Ibnu Sina dan Al-Farabi. Kritikannya terhadap para filsuf ini dinilai sebagai titik awal kemunduran tradisi ilmiah dan pemikiran rasional di dunia Islam.

    Tidak lama setelah terbitnya buku ini, konon pada waktu itu para ulama kemudian berlomba-lomba mengeluarkan fatwa haram mempelajari filsafat.

    Beberapa tahun setelah Al-Ghazali wafat, filsuf asal Andalusia Ibnu Rusyd dengan gemas membantah balik kritikan Al-Ghazali melalui karyanya yang tidak kalah kontroversial: “Tahafut al Tahafut” atau “Kerancuan atas Kerancuan”.

    Kitab yang bergaya polemis ini menyerang Al-Ghazali dan juga Ibnu Sina karena keduanya dinilai telah salah dalam memahami pemikiran Aristoteles.

    Oleh karena itu, bagi orang Eropa kitab “Tahafut al Tahafut” ini adalah panduan praktis dalam memahami doktrin Aristoteles, khususnya soal-soal metafisika.

    Saat ini, kontribusi dunia muslim kontemporer untuk sains berada dalam kondisi yang suram. Sebaliknya, orang-orang Barat menjadi mercusuar inovasi dan teknologi.

    Banyak pihak yang menuding bahwa dunia Islam mundur karena mengikuti pola pikir Al-Ghazali. Sementara dunia Barat maju karena mengikuti pemikiran Ibnu Rusyd. Pertanyaannya, benarkah demikian?

    Masih bias

    Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat Muhamad Rofiq Muzakkir menjelaskan anggapan bahwa Islam mundur karena Al-Ghazali dan Barat maju karena Ibnu Rusyd merupakan pernyataan yang bias.

    Adagium yang simplistis dan terburu-buru tersebut lahir dari orang-orang Barat sebagai basis legitimasi untuk menunjukkan superioritas mereka di hadapan dunia Timur khususnya Islam.

    “Kenapa Ibnu Rusyd ditempatkan lebih tinggi dari Al-Ghazali karena ada Barat-sentris. Ibnu Rusyd itu tinggal di Barat, mensyarah kitab Aristoteles, mempengaruhi tokoh-tokoh Barat, cara berpikirnya menggunakan filsafat. Sementara (Al-Ghazali) lebih banyak pada kalam atau teologi dan tasawuf. Hemat saya ini pernyataan yang terburu-buru,” tegas Rofiq.

    Menurut Rofiq, banyak bukti yang menunjukkan bahwa sains dan filsafat tidak mati setelah Al-Ghazali wafat. Justru lebih meriah.

    Buktinya sains dalam Islam, khususnya Astronomi, tidak terpengaruh dengan beredarnya kitab “Tahafut al Tahafut”.

    Malah banyak pemikir Barat yang terpengaruh oleh Hujjatul Islam seperti Thomas Aquinas, David Hume, dan lain-lain.

    Bahkan, ujar Rofiq, William Montgomery Watt mengaku jadi lebih religius setelah membaca renungan-renungan filosofis Al-Ghazali dalam beberapa kitabnya.

    “Jadi, pernyataan yang menghubungkan Al-Ghazali dan kemunduran sains di dunia Islam itu pernyataan yang bias. Malah Al-Ghazali dinilai sangat berpengaruh bagi pemikir Barat yang memiliki latar belakang agama seperti Thomas Aquinas,” ucap alumnus Arizona State University ini.***

    ____

    Sumber: muhammadiyah.or.id

    Editor: FA




    sumber berita ini dari bandungmu.com

    Author

    Share to

    Related News

    MIAS bungah

    Siswa MIAS Bungah Jadi “Guru Kecil...

    by Feb 03 2025

    Suasana ceria menyelimuti halaman TK di sekitar MI ASSA’ADAH MIAS Bungah saat para siswa madrasah ...

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Gelar Pawa...

    by Feb 02 2025

    SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) memperingati Isra’ Mi’raj 1446 H/2025 M dengan menggela...

    Kajian Ahad Pagi

    Ustadz Abdul Basith: “Kesalehan Bukan ...

    by Feb 02 2025

    Girimu.com – Kesalehan harus didasari dengan keimanan dan keikhlasan, bukan dijadikan alasan untuk...

    SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo

    Peringatan Isra Miraj di Spemia: Bangun ...

    by Feb 02 2025

    SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo (Spemia) memperingati Isra Miraj 1446 H pada Jumat (31/01/25). Acara i...

    MIAS Bungah

    Siswa MI ASSA’ADAH MIAS Bungah Antusia...

    by Feb 01 2025

    Girimu.com – Siswa MI ASSA’ADAH MIAS Bungah kembali menunjukkan semangat mereka dalam kegiatan P...

    Boneka tole

    Kak Tatik Respati dan Boneka Tole Hibur ...

    by Feb 01 2025

    Kak Tatik Respati, dengan boneka Tole sebagai teman bercerita, memukau santri TPQ At Taqwa Pulopanci...

    No comments yet.

    Please write your comment.

    Your email will not be published. Fields marked with an asterisk (*) must be filled.

    *

    *

    back to top