Berawal dari Ketidaksengajaan, Spemupat Kembangkan Pronokraf Keripik Bayam

Berita Sekolah11 Dilihat
banner 468x60

GIRIMU.COM — Berawal dari ketidaksengajaan alias kebetulan, SMP Muhammadiyah 4 Kebomas (Spemupat) Gresik kini memiliki produk ekonomi kreatif (pronokraf) yang bisa dikembangan untuk memperkuat mata pelajaran (mapel) unggulan baru, yakni kewirausahaan. Pronokraf yang dimaksud adalah keripik bayam.

Hal itu terungkap saat sekolah di komplek Perguruan Giri, Kebomas ini menerima vititasi (kunjungan) Tim Juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS), Rabu (23/7/2025).

Untuk kepentingan LLSMS, siswa Spemupat menampilkan pronokraf dengan membuat keripik bayam yang hasilnya ternyata tak kalah dengan produksi yang banyak beredar di pasaran. Usut punya usut, ternyata produk kriuk itu bahan baku utamanya, yakni sayur (daun) bayam, dipanen darinkebun sekolah.

Uniknya, keripik bayam yang diproduksi berawal dari ketidaksengajaan ibu-ibu wali murid (Ikwam) hendak memanen pisang di kebun itu, yang juga hendak dibikin keripik pisang. Ketika melintas di kebun itu, pandangan emak-emak rimbun tanaman gulma, yakni bayam. Niat untuk membuat keripik pisang lalu berkembang untuk membuat keripik bayam. Pertimbangannya, di kebun sekolah itu banyak tumbuh tanaman bayam yang semula dipandang sebelah mata, karena dianggap sebagai gulma yang dinilai mengganggu pertumbuhan tumbuhan lain.

Bayam yang tumbuh subur di kebun sekolah itu pun memantik kreativitas ibu-ibu Ikwam untuk “menyulapnya” menjadi produk makanan olahan sehat bergizi, nikmat, dan kriuk lezatnya. Tak menunggu lama –sejak temuan pertama pada Minggu, 20 Juli 2025, ide membuat keripik bayam pun lalu dikonkretkan dan dilatihkan kepada para siswa.

Bu Yuyun, wali siswa dari Nanda Nikita, yang memang memiliki keahlian dalam produksi keripik meyakinkan, bahwa keripik bayak bisa diproduksi dalam skala lebih besar. Selain untuk kepentingan pembelajaran kewirausahaan kepada para siswa, pronokraf keripik bayam memiliki nilai bisnis yang layak dikembangkan.

“Ini ada potensi bisnisnya, selain untuk pembelajaran anak-anak, karena di sini banyak tumbuhan bayam sebagai bahan baku utama untuk memproduksi keripik bayam,” ujar Bu Yuyun memberikan semangat.

Selanjutnya, disepakati anak-anak akan diberi pelajaran tentang pembuatan keripik bayam. Saat palajaran membuat keripik bayam dipraktikkan, antusias siswa luar biasa. Mereka dengan semangat membuat, hingga mengemas dalam kemasan yang menarik.

Saat berpraktik di depan dewan juri LLSMS, ternyata ada masukan dan banyak hal yang harus dibenahi dalam memproses olahan bayam. Memmbuat keripik bayam untuk skala produksi harusnya memenuhi kreteria yang disyaratkan untuk dapat didaftarkan BP POM.

Sebagai salah satu penilai dalam LLSMS, Dr Ernawati, yang juga penggiat bermacam produk inovatif, ia memberikan penjelasan, terdapat  22 syarat yang harus dipenuhi pada standar memproduksi makanan layak jual. Standar sederhana yang masih perlu dibenahi, misalnya, penggunaan sarung tangan, masker , dan penutup rambut saat memproduksi makanan olahan.

Sementara M. Nurfatoni, juri lainnya mengapresiasi kreativitas para siswa Spemupat yang telah membuat keripik bayamn dan dihidangkan saat tim juri melakukan visitasi di sekolah ini.

“Hasil dan rasanya tak kalah dengan yang dijual di pasar, hanya saja masih perlu sharing dan belajar lagi untuk skala produksi yang lebih besar. Ini langkah awal yang bagus,” ungkapnya.

Makhbub Zunaidi, Kepala Sekolah Spemupat pun menyampaikan ucapan terima kasih atas  masukan tim atau dewan juri LLSMS yang sekaligus memberikan dukungan untuk pengembangan kewirausahaan di Spemupat.

“Terima kasih, matur nuwun untuk semua masukannya. Kami akan terus belajar untuk mengembangkan kemampuan guna meningkatkan kewirausahaan di sekolah ini,” pungkasnya. (*)

Kontributor: Nung Muawana/Pristy Novida)

Author