GIRIMU.COM — Di sebuah balai sederhana, namanya ‘Keling’ di Desa Lumpur, Gresik, enam dekade lalu sejumlah tokoh masyarakat dan nelayan pesisir bermusyawarah. Anak-anak mereka, yang sebagian besar tumbuh dalam keluarga nelayan tradisional, membutuhkan akses pendidikan menengah.
Dari tekad itulah lahir sebuah sekolah yang kemudian bernama SMA Muhammadiyah 1 Gresik. Kini, 60 tahun berselang, sekolah itu merayakan miladnya. Perayaan milad mengangkat tema “Go Achieve Your Dreams” dan “Kenduri Syukur, Kebersamaan yang Menguatkan”. Dua tema ini seolah merajut benang masa lalu dan masa depan: syukur atas perjalanan yang ditempa di pinggir laut, serta dorongan untuk terus melaju meraih mimpi di era disrupsi.
Dari Pesisir ke Panggung Prestasi
Sejarah SMA Muhammadiyah 1 Gresik tidak bisa dipisahkan dari denyut nadi laut Jawa. Letaknya yang dulu persis di tepian pantai menjadikannya saksi bisu anak-anak nelayan menimba ilmu. Mereka berangkat sekolah dengan baju sederhana, sebagian bahkan tanpa alas kaki, namun dengan semangat yang menggelegak.
Kini, sekolah ini bertransformasi menjadi salah satu lembaga pendidikan unggulan di Gresik dan Tingkat Nasional Muhammadiyah. Dari gedung sederhana di pesisir, kini berhijrah di jantung kota Gresik berdiri megah dengan ratusan siswa yang menggapai mimpi dan menemukan keunikannya masing-masing di bidang akademik, olah raga, seni, hingga pengabdian sosial. Pendidikan telah menjadi perahu yang mengantarkan mereka dari tepian laut menuju samudra luas peradaban.
Go Achieve Your Dreams
Tema milad kali ini, “Go Achieve Your Dreams”, bukan tanpa alasan. Di tengah gempuran era digital dan disrupsi, siswa ditantang untuk meretas mimpi lebih jauh. Menurut kepala sekolah SMA Muhammadiyah 1 Gresik, Nurul Ilmiah, mimpi tidak boleh berhenti pada sekadar cita-cita pribadi.
“Mimpi itu harus juga bermanfaat untuk orang lain. Itulah semangat berbagi yang sejak awal melekat pada sekolah ini,” ujarnya.
Semangat itu tecermin dalam berbagai program sosial: beasiswa untuk siswa kurang mampu, bakti sosial di perkampungan nelayan, hingga kolaborasi literasi digital. Dengan demikian, menggapai mimpi bukan hanya tentang kesuksesan individual, melainkan juga tentang merajut makna kolektif.
Filosofi Logo Milad ke-60
Logo milad ke-60 SMA Muhammadiyah 1 Gresik tidak hanya sekadar tanda ulang tahun, melainkan juga simbol perjalanan panjang yang sarat makna:
Angka 60: Bukan hanya hitungan usia, tetapi representasi enam dekade dedikasi. Ia menjadi pengingat akan kedewasaan, kematangan, dan konsistensi sekolah dalam melahirkan generasi berilmu dan beradab.
Tangga: Simbol perjalanan ilmu yang berkesinambungan. Setiap anak tangga melambangkan langkah perjuangan, doa, dan usaha menuju kejayaan. Al-Qur’an menegaskan: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11).
Podium: Melambangkan kemenangan hakiki. Podium bukan sekadar perlombaan duniawi, tetapi juga fastabiqul khairat—berlomba-lomba dalam kebaikan. Inilah kemenangan sejati yang disebut Al-Qur’an: “…Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia memperoleh kemenangan yang besar” (QS. Ali ‘Imran: 185).
Segi Enam: Harmoni dan kekuatan. Enam sisi segi enam melambangkan enam puluh tahun kebersamaan. Layaknya sarang lebah, ia menjadi metafora efisiensi, kebersamaan, dan produktivitas.
Dengan filosofi itu, logo milad tidak sekadar gambar, melainkan refleksi perjalanan panjang: dari pesisir yang sederhana, menuju panggung dunia dengan identitas Islami.
Kenduri Syukur di Tengah Perubahan
Tradisi kenduri selalu menjadi simbol ikatan sosial. Di kalangan nelayan, kenduri bukan sekadar doa bersama, melainkan wujud rasa syukur atas hasil laut, juga cara menguatkan solidaritas. Itulah yang ingin dihidupkan kembali oleh SMA Muhammadiyah 1 Gresik dalam perayaan ini. Milad bukan hanya seremonial, melainkan ruang kebersamaan untuk meneguhkan ikatan antara alumni, siswa, guru, orang tua, dan masyarakat sekitar.
“Sekolah ini berdiri karena kebersamaan. Maka ulang tahun ke-60 ini harus jadi kenduri syukur. Kita ingin membuktikan, pendidikan tak bisa tumbuh tanpa rasa memiliki bersama,” ujar sang Kepala Sekolah Nurul Ilmiah, dalam sambutannya.
Sekolah Pesisir, Sekolah Peradaban
Seorang alumni angkatan 1980-an mengenang masa sekolahnya yang penuh keterbatasan. “Kami belajar dengan kursi reyot, papan tulis seadanya, tapi semangat guru kami luar biasa. Dari situlah kami paham bahwa pendidikan bukan soal fasilitas, tapi keteladanan,” katanya.
Kini, SMA Muhammadiyah 1 Gresik telah bertransformasi. Gedungnya berdiri megah ditengah jantung kota Gresik, program pendidikannya lebih modern, namun ruh kebersamaan ala pesisir tetap dijaga. Sekolah ini menjadi saksi bagaimana Gresik, kota industri sekaligus kota santri, tumbuh dan beradaptasi.
Kebersamaan yang Menguatkan
Dalam tradisi Muhammadiyah, pendidikan selalu dipandang sebagai ladang ibadah sosial. Prof. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, pernah menekankan bahwa sekolah Muhammadiyah harus menjadi pusat pembentukan akhlak sekaligus pusat peradaban. Dalam konteks ini, kebersamaan bukan hanya nostalgia masa lalu, tapi juga fondasi untuk menghadapi masa depan.
Kebersamaan yang menguatkan berarti menumbuhkan semangat kolektif: alumni mendukung adik kelasnya, guru menginspirasi muridnya, masyarakat merangkul sekolahnya. Dengan cara itu, SMA Muhammadiyah 1 Gresik tidak hanya melahirkan lulusan berprestasi, tapi juga insan yang punya kepedulian sosial.
Refleksi Enam Dekade
Merayakan milad ke-60 di Balai Keling Lumpur seolah membawa kembali ingatan ke masa mula. Ruang sederhana itu mengingatkan bahwa segala mimpi besar berakar dari langkah kecil dan kebersamaan. SMA Muhammadiyah 1 Gresik telah membuktikan bahwa pendidikan dapat menjadi cahaya bagi anak-anak pesisir untuk menembus batas-batas sosial.
Tantangan ke depan tentu tidak ringan: digitalisasi, krisis ekologi, hingga persaingan global. Namun, dengan semangat “Go Achieve Your Dreams” yang berpadu dengan falsafah berbagi, sekolah ini siap melahirkan generasi unggul bukan hanya yang bermimpi besar, tetapi juga yang menebar manfaat.
Enam puluh tahun perjalanan SMA Muhammadiyah 1 Gresik adalah cermin perubahan sosial. Dari sekolah kecil di tepi laut hingga kini menjadi bagian penting dalam ekosistem pendidikan kota industri. Dari anak-anak nelayan hingga kini melahirkan dokter, guru, insinyur, pengusaha, hingga aktivis sosial.
Milad ke-60 ini bukan sekadar pesta ulang tahun, melainkan pengingat bahwa pendidikan adalah kenduri Panjang kenduri syukur dan kebersamaan. Dalam bahasa sederhana para nelayan: makan bersama setelah berlayar membuat tenaga pulih, membuat kapal siap kembali menantang ombak. Begitu pula sekolah ini: terus bersyukur, terus menguatkan kebersamaan, agar anak-anak Gresik berani meraih mimpi dan berbagi pada dunia. (*)
Penulis: M. Islahuddin