GIRIMU.COM — Hari pertama pelatihan Journalist & Influencer Camp diselenggarakan pada Sabtu, (7/11/2025). Sebanyak 90 peserta yang berasal dari para guru dan utusan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) se-Kecamatan Kabupaten Gresik memenuhi hall Hotel Grand Whiz Trawas, Mojokerto sejak siang. Panitia menghadirkan dua praktisi jurnalistik dan influencer yang berkompeten di bidangnya.
Drs Adriono, wartawan senior sekaligus penulis belasan buku mengisi materi sesi pertama. Dengan judul materi ‘5 Teknik Menulis Feature, Alinea Pertama Harus Keren’, ia mengawali presentasinya dengan memaparkan adanya perubahan ekosistem media massa.
“Dulu panjangnya proses, menghambat seorang wartawan bisa memuat hasil tulisannya dengan cepat, juga tidak semua tulisan bisa dimuat. Lain halnya dengan sekarang, semua orang bisa menulis Semua orang bisa jadi ‘jurnalis’, tidak perlu melalui proses yang panjang. Setiap orang bisa langsung upload,” ujarnya.
Dijelaskan, bahwa realita tersebut membawa kabar baik juga kabar buruk. Kabar baiknya, semua orang bisa unggah tanpa harus melewati proses yang bertele-tele, dan tidak perlu lewat redaktur. Kabar buruknya, karena semua orang bisa menaikkan tulisan, persaingan menjadi ketat dan verifikasi terkait kualitas tulisan, jadi tidak selalu penting.
Berita Kisah
Seperti halnya karya jurnalistik yang lain, feature juga memiliki rambu-rambu yang perlu dipahami saat menulis. Dia ntaranya, feature tetap berbasis fakta, mengangkat sisi kemanusian dengan menggunakan sudut pandang human interest, dan memiliki jiwa sastra. Oleh karenanya, feature tidak terlaluterikat oleh waktu (time less)
Anatomi Bonsai
Adriono menjelaskan, bahwa anatomi feature seperti pohon bonsai, memiliki tampilan yang pendek tetapi utuh. Dalam hal ini feature harus memiliki gagasan pokok yang utuh. Akar yang kokoh menandakan referensi yang kuat harus ada dalam sebuah feature. Setiap liukan batang dan ranting terasa menambah nilai estetik, yang berarti feature harus memiliki detail seni, dan sudut pandang yang menarik.
Teknik Menulis Feature
Sebelum memulai menulis, alumni IKIP Malang ini menyarankan peserta agar mematikan handphone sesaat sebelum menulis, karena hal itu dinilai bisa mendistraksi pikiran selama menulis. Sebab itu, handphone perlu dinonaktifkan sementara waktu saat proses menulis berlangsung.
Teknik pertama, dikenal dengan teori martabak, yang menjelaskan, bahwa menulis seperti membeberkan adonan martabak. Tulislah apa yang kita pikirkan, dibeberkan semua.
“Jangan sekali-kali menoleh ke kata atau kalimat yang sudah kita ketik, karena kita sering menjadi editor yang jahat bagi diri kita sendiri. Prinsipnya, hilangkan semua penghalang, ikuti arus berpikir yang terus mengalir,” tandasnya.
Teknik kedua, penulis feature perlu mencari dan memperkaya bahan. Seorang penulis harus bisa menjadi seorang pengamat. Bahwa banyak sekali fenomena sosial yang sering terjadi di sekitar kita, dan itu bisa diangkat menjadi naskah feature. Tidak hanya berupa fenomena atau kejadian, bisa juga dari seorang tokoh, bahkan perjalanan bisa menjadi bahan untuk menulis feature.
Teknik ketiga, opening harus oke. Sebuah tulisan memiliki 2 jenis metode penulisan, ada deduktif dan ada induktif. Berpikir deduktif biasanya ditulis oleh era pujangga baru, pembukaan dibuat bertele-tele, menggambarkan sesuatu yang umum. Sedangkan pada teknik induktif, fokus sudut pandang yang diceritakan dari khusus ke umum.
Yang perlu dipahami, bahwa kesan pertama penting agar menarik pembaca. Oleh karenanya, Adriono mengimbau peserta untuk membuat pembukaan yang menarik. Contoh pembukaan yang dicontohkan, bisa dari plesetan peribahasa, plesetan lagu, atau sesuatu yang bikin pembaca kepo.
Di sela-sela pemaparan, ia mengajak para peserta untuk melakukan praktik atau simulasi untuk membuat satu kalimat pembuka.
Teknik keempat, memainkan proximity. Dalam hal ini terdapat dua pendekatan yang bisa digunakan untuk menulis feature, yakni pendekatan geografis dan psikografis. Pendekatan geografis adalah tulisan atau berita yang dekat dengan kita secara jarak wilayah, sehingga akan mendapat lebih perhatian lebih tinggi. Namun, ada juga pendekatan psikografis, yang meskipun jarak wilayahnya jauh, tetapi akrab dengan perasaan yang dialami. Dicontohkan, seperti penderitaan di Sudan atau Palestina, yang meski secara geografis sangat jauh, tetapi serasa dekat.
Teknik kelima, membuat judul feature. Di era medsos saat ini, selalu mengikuti cara kerja algoritma (SEO), memainkan judul yang menjebak (clickbait), mengandung viralitas. Untuk mengompromikan hal tersebut, maka perlu membuat judul yang click-worthy dengan prinsip judul yang bikin penasaran, dan mendorong untuk bertindak.
Pada akhir materi, Adriono juga menegaskan, ketika dunia digital ramai, itulah sinyal kematian media cetak, tetapi tidak semua. Selalu ada pengecualian. Setiap media memiliki segmen. Karena itu, dalam setiap tulisan feature, berikan sentuhan manusiawi yang muncul dari pribadi yang kuat, bukan mesin-mesin.
“Zaman dulu merupakan zaman keemasan bagi media cetak, tetapi selalu ada arus balik. Bisa jadi yang hari ini disukai akan ditinggalkan di masa mendatang,” pungkasnya. (*)
Penulis: Melan Damayanti Sardi







