bandungmu • Aug 22 2022 • 38 Dilihat
Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung
BANDUNGMU.COM — Sekira 26 tahun yang lalu, tepatnya pada 1996, teringat dalam kisahku ketika masih menjadi seorang pelajar tingkat menengah atas.
Kala itu ada kebiasaan yang jarang dilakukan seorang pelajar yaitu sambil sekolah kadang-kadang bawa barang yang bisa diperjualbelikan secara kredit. Barang yang dijual pada saat itu adalah t’shirt, kemeja, dan celana panjang berbahan levis.
Dari sekian teman-teman yang dikenal, hanya beberapa yang tertarik membeli dagang itu. Teman yang tertarik untuk membeli di antaranya teman yang berasal di kabupaten yang sama yaitu kota goyang jaipong: Kabupten Karawang.
Cara pembayaran dicicil setiap wesel awal bulan datang. Alhamdulillah lancar tidak ada yang menunggak cicilannya sehingga pada waktu tertentu pemgambilan barang yang sebelumnya konsinasi berubah jadi belanja langsung.
Hanya sayang keberlanjutan usaha tersebut tidak berjalan lama karena saat itu ada kegiatan yang menyita perhatian khusus sehingga fokus jualan fashion terganggu.
Sedikit kilas balik nostalgia ketika sahabatku sebagai teman sekaligus konsumen. Saat ini sahabtku, seorang konsumen yang baik, sudah menjadi seorang pebisnis sukses dalam waktu relatif singkat. Omzetnya per bulan menyentuh ke angka miliaran rupiah.
Itulah nasib dan takdir Allah SWT yang begitu indah sekaligus misteri. Teman semasa belia sangat sedikit yang memiliki kehidupan lebih dari sekedar ada, melainkan banyak berubah menjadi orang yang berada kaya raya harta.
Semoga dengan harta kekayaan yang dimilikinya tidak membawa sikap pongah-jumawa. Mereka harus tetap bersahaja dan sederhana.
Sejak bertemu hingga beberapa kali, kebiasaan sahabtku ketika senyum dan tertawa masih terlihat sama. Penampilannya pun tidak terlihat sebagai orang kaya raya.
Baik itu dari pakaian dan kendaraan yang digunakannya pun boleh dibilang biasa. Padahal dari omzetnya sangat mungkin terbeli kendaraan mewah.
Sama halnya istri yang mendampingi penuh setia terlihat sederhana dan bersahaja. Dari setiap pembicaraan ringan, pembahasan yang dibicarakan sudah pasti tentang dinamika usaha.
Walaupun profesi berbeda, tetapi karena pernah beraktivitas usaha, sedikit punya cerita. Dalam setiap obrolan, saya lebih banyak mendengarkan karena sahabatku banyak memberikan beberapa trik dan tips yang jarang dilakukan keumuman orang-orang.
Dia menjalankan usahanya boleh dikatakan keluar dari cara dan gaya usaha mindstrem yang biasa dilakukan orang-orang pada umumnya. Bahkan untuk banyak menyerap pengalamannya, saya pun rela untuk menginap di rumahnya.
Tidak terasa dari obrolan ke obrolan, waktu ke waktu, ikatan emosional terbentuk hingga suasana kekeluargaan terus meningkat.
Keinginan dan harapan terbalut dalam visi dan misi bersama: berusaha untuk memberikan guna dan manfaat pada sesama hingga bermimpi merintis peradaban bangsa dengan kemampuan dan keahlian yang di miliki.
Awal bertemu dan lanjut banyak cerita, ada hal yang menarik yang sering disampaikan sebagai bentuk pesan kepadaku yang berkecimpung dunia pendidikan.
Dia berharap para mahasiswa harus diberikan arahan dan bimbingan ketika masuk perguruan tinggi. Tujuan mereka harus jelas. Jangan sampai ketika lulus sarjana, mereka bengong dan akhirnya membawa ijazah melamar ke sana-sini.
Itu diibaratkan orang yang naik kendaraan atau angkutan umum tidak jelas tujuan, entah berhenti dan turun di mana. Ketika turun pun bingung mau ke mana. Begitulah kata sahabatku bahwa banyak lulusan atau sarjana seperti itu.
Hal itu ibarat tamparan bagiku. Sebagai praktisi pendidikan, hal itu benar adanya. Keumuman dunia pendidikan cenderung membiarkan para lulusannya. Selanjutnya diserahkan pada masing-masing mau kerja ataupun tidak nyaris tidak peduli.
Faktanya banyak pengangguran terdidik, jiwa kreativitas dan inovasinya boleh dikatakan sangat minim. Sementara dunia hari ini dituntut kreatif dan inovatif untuk pandai menginisiasi sesuatu yang menghasilkan karya produktif.
Kembali pada sahabatku, sambil makan khas Sunda di salah satu rumah makan lesehan, kita sepakat bersama untuk untuk mencoba mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki cara berpikir lebih maju.
Disampaikan sambil menikmati ikan bakar, sekalipun sebagai praktisi bisnis, sejatinya harus memiliki tanggung jawab dunia pendidikan. Hasil usaha harus disisihkan untuk kepentingan pendidikan keislaman.
Pendidikan Islam yang akan dikembangkan berorientasi pada menstimulasi kreativitas. Tujuannya agar setelah tumbuh dewasa tidak kebingungan untuk berbuat sesuatu kala lulus jadi sarjana.
Akhirnya tidak terasa waktu berjalan dengan cepat. Menginap sambil sharing ternyata banyak pengalaman dari sahabatku yang diserap.
Haji Asep Saefudin sebagai pemilik Hujung Wangi bergerak pada bisnis bahan material bangunan. Insyaallah dengan khasnya yang di luar kebiasaan pengusaha material, berencana untuk menjadi gurita di wilayah Karawang utara.
Dengan modal dari lima cabang Hujung Wangi, tidak akan lama berusaha untuk menambah cabang di wilayah-wilayah yang belum terjangkau.
Semoga harapan dan asa menjadi nyata. Kolaborasi memamg selalu menginspirasi.***
sumber berita ini dari bandungmu.com
Suasana ceria menyelimuti halaman TK di sekitar MI ASSA’ADAH MIAS Bungah saat para siswa madrasah ...
SD Muhammadiyah 1 Wringinanom (SD Muwri) memperingati Isra’ Mi’raj 1446 H/2025 M dengan menggela...
Girimu.com – Kesalehan harus didasari dengan keimanan dan keikhlasan, bukan dijadikan alasan untuk...
SMP Muhammadiyah 14 Driyorejo (Spemia) memperingati Isra Miraj 1446 H pada Jumat (31/01/25). Acara i...
Girimu.com – Siswa MI ASSA’ADAH MIAS Bungah kembali menunjukkan semangat mereka dalam kegiatan P...
Kak Tatik Respati, dengan boneka Tole sebagai teman bercerita, memukau santri TPQ At Taqwa Pulopanci...
No comments yet.