GIRIMU.COM — Di penghujung pagi yang cerah pada 21 Desember 2024, suasana di Perguruan Muhammadiyah Bungah, wilayah Gresik Utara, terasa berbeda dari biasanya. Gapura sederhana dihiasi spanduk bertuliskan peringatan Milad ke-112 Muhammadiyah.
Jamaah pun mulai berdatangan, dari para sesepuh berpeci hitam hingga para pemuda berseragam rapi. Di hari itu, sebuah langkah awal yang akan terus berjejak dalam perjalanan dakwah Muhammadiyah di Bungah dimulai: Pengajian Triwulan PCM Bungah untuk kali pertama digelar kembali.
Langkah itu bukan sekadar wujud syukur atas 112 tahun berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan Islam pembaharu, melainkan upaya memperbarui energi dakwah yang berakar kuat di masyarakat. Pengajian triwulanan ini kemudian ditetapkan sebagai program rutin setiap tiga bulan sekali, berkeliling dari satu ranting ke ranting lainnya. Sebuah gagasan sederhana, namun memiliki dampak besar: mempererat kesatuan antara pimpinan cabang dan ranting, menguatkan tali silaturahmi antarwarga, dan menjadi ruang kebersamaan lintas generasi.
Bungah, sebagai salah satu kecamatan yang kaya akan geliat organisasi Muhammadiyah, walaupun tidak semua desa di Bungah memiliki ranting Muhammadiyah, tetapi di beberapa desa yang memiliki ranting tetap menggemakan dakwah di tempat mereka masing-masing. Selama ini, masing-masing ranting tentu memiliki program dakwah dan sosialnya sendiri. Namun melalui Pengajian Triwulan ini, seluruh ranting merasakan panggung kebersamaan yang sama.
Setiap pelaksanaan pengajian digelar, ranting yang menjadi tuan rumah seakan mendapatkan kesempatan untuk menampilkan wajah terbaiknya, di antaranya keramahan masyarakat, kesiapan panitia, hingga kreativitas dalam menata tempat dan menyambut tamu. Tidak ada kompetisi, yang ada hanyalah kebanggaan sebagai bagian dari keluarga besar Muhammadiyah.
“Kalau pengajian di ranting kami, tentu yang hadir lebih ramai. Tempat juga menjadi alasan, karena strategis. Tapi lebih dari itu, kami jadi merasa terhubung satu sama lain sebagai bagian dari perjuangan dakwah di Bungah,” ungkap Nur Azizah, salah satu anggota Aisyiyah sambil menata minuman untuk jamaah.
Dengan bergeraknya program ini secara bergiliran, sinergi yang dulu mungkin hanya terdengar lewat forum rapat, kini terasa nyata dalam suasana kekeluargaan yang menyelimuti setiap pertemuan. Ranting kecil yang jarang terjamah kegiatan besar kini turut merasakan energi yang sama besarnya dengan ranting yang lebih mapan.
Harmoni Lintas Generasi
Di era modern seperti sekarang, kesenjangan generasi menjadi tantangan tersendiri bagi organisasi apa pun. Namun, Pengajian Triwulan menghadirkan ruang alami untuk mengurai persoalan tersebut.
Dalam satu majelis, para orang tua duduk bersila menyimak kajian sambil membawa anak cucu mereka. Di bagian lainnya, nampak para pemuda mengabadikan momen lewat kamera ponsel sembari menebar senyum kepada jamaah yang hadir. Tak lupa barisan KOKAM yang siap siaga mengatur dan mengamakan tempat acara pengajian. Sementara yunda-yunda dari Pimpinan Cabang Nasyiyatul Aisyiyah (PCNA) yang berkolaborasi dengan ibu-ibu Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Bungah, berkutat dengan produk UMKM lokalnya.
Kaum muda yang bertugas sebagai panitia tak sekadar hadir membantu secara teknis, tetapi juga menyerap semangat perjuangan pendahulu mereka. Di sisi lain, para sesepuh merasa dihargai, karena tetap menjadi sumber ilmu dan teladan.
“Senang sekali melihat anak-anak muda terlibat aktif. Ini yang kita harapkan, estafet perjuangan tidak putus. Semoga tetap berjalan dan guyup rukun seperti ini di setiap acara organisasi,” tutur Mas Toriq, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Mojopuro Wetan.
Keguyuban ini terbukti mencairkan batas. Tak ada sekat antara tua dan muda, sebab yang mengikat adalah tujuan bersama: menggiatkan dakwah amar makruf nahi munkar dalam bingkai persyarikatan Muhammadiyah yang berkemajuan.
Meski disebut pengajian, kegiatan ini tidak hanya sebatas duduk mendengarkan ceramah. Ada momentum penting lain yang mengalir bersamaan, yakni koordinasi, penyatuan gerak, dan penyampaian informasi tentang program Muhammadiyah di tingkat cabang hingga ranting. Tak lupa Lazismu Cabang Bungah juga ikut serta, berperan dalam menghimpun infak jamaah yang datang, juga melaporkan program-program andalan yang dimiliki, supaya semua warga Muhammadiyah Bungah tahu dan dapat mengakses program yang dibutuhkan dari Lazismu.
PCM Bungah menjadikan pengajian ini sebagai sarana menyampaikan motivasi dakwah, laporan perkembangan amal usaha, serta penyatuan langkah menghadapi tantangan zaman. Dengan berkumpulnya para pimpinan dan warga di satu tempat, ide-ide pun kerap lahir secara spontan namun kuat.
Semangat dialog dalam Pengajian Triwulan mengingatkan kembali jati diri Muhammadiyah sebagai gerakan yang hidup dari musyawarah, gerakan yang tumbuh dengan pemikiran maju, bukan sekadar mengikuti arus.
Di sela-sela pengajian, seringkali terdengar gelak tawa kecil, atau dialog ringan antarjamaah yang saling mengenal meski jarang bersua. Bagi para ibu-ibu Aisyiyah, kegiatan ini menjadi ajang mempererat ukhuwah sambil bertukar cerita mengenai keluarga dan kegiatan sosial.
Untuk para pemuda, pengajian triwulan memberikan pengalaman organisasi nyata. Mereka belajar mengelola acara, berkomunikasi dengan tokoh, hingga mengoperasikan perlengkapan teknologi sederhana untuk mendukung kajian.
Tak jarang, setelah acara selesai, suasana masih berlanjut dengan ramah tamah di tempat acara pengajian atau salah satu rumah anggota ranting yag sedang di tempati, atau membeli jajanan dari UMKM lokal yang sengaja membuka lapak di sekitar lokasi. Pengajian yang hanya berlangsung beberapa jam itu meninggalkan kebahagiaan yang memanjang hingga hari-hari berikutnya.
Di banyak tempat, ada kekhawatiran, bahwa kegiatan keagamaan semakin kehilangan peminat, terutama di kalangan muda. Namun, di Bungah menunjukkan cerita yang berbeda. Setiap pelaksanaan Pengajian Triwulan digelar, selalu diikuti dengan antusias, dihadiri masyarakat berbagai usia dan latar belakang.
Hal ini menunjukkan, bahwa dakwah yang hidup dan dekat dengan masyarakat akan selalu mendapat tempat di hati. Lebih dari itu, keberlanjutan pengajian ini menegaskan, bahwa Muhammadiyah di Bungah bukan hanya bertahan, tapi terus bergerak maju dan berkembang.
Setiap spanduk yang terpasang, setiap kajian yang bergema di pengeras suara, hingga setiap jabat tangan antara cabang dan ranting, menjadi bukti, bahwa dakwah bukan hanya tugas individu, tetapi gerakan kolektif yang dikuatkan oleh rasa memiliki.
Memasuki tahun kedua pelaksanaannya, Pengajian Triwulan semakin matang dan tertata. Peta pelaksanaan sudah disusun, pembagian peran semakin jelas, dan kesadaran kolektif semakin tumbuh. Apa yang dirintis mulai tahun 2024 sebagai bagian dari syukur sejarah, kini telah berkembang menjadi denyut dakwah yang berkelanjutan.
Harapan besar tentu menyertai perjalanan program ini. Penguatan amal usaha, semakin hebatnya kolaborasi lintas divisi, dan meningkatnya kualitas kaderisasi pemuda, menjadi salah satu tujuan jangka panjang. PCM Bungah melihat kegiatan ini sebagai wadah, bukan hanya untuk menjaga tradisi keagamaan, tetapi juga mencetak generasi yang siap melanjutkan gerakan pencerahan Muhammadiyah di masa depan.
Pengajian tiga bulanan ini bukan sekadar kegiatan rutin keagamaan. Ia adalah simbol persatuan. Ia adalah bukti nyata, bahwa dakwah akan terus hidup selama dijalankan dengan cinta dan kebersamaan. Mengalirkan ilmu, menyambungkan silaturahmi, dan menebar semangat perubahan, itulah identitas Pengajian Triwulan PCM Bungah.
Ketika jamaah akhirnya pulang setelah kajian usai, mereka membawa lebih dari sekadar ilmu. Ada rasa hangat yang ikut pulang Bersama, rasa menjadi satu, menjadi bagian dari perjuangan bersama.
Dari ranting ke ranting, dari hati ke hati, Pengajian Triwulan mengukir jejak dakwah yang tak mudah terhapus. Bungah mengirim pesan kepada semua: bahwa gerakan Muhammadiyah akan terus tumbuh selama kebersamaan selalu dijaga.
Dan di setiap pertemuan triwulanan itu, gema perjuangan para pendiri Muhammadiyah seolah kembali terdengar: “Teruslah bergerak, karena dakwah adalah perjalanan yang tak boleh berhenti.” (*)
Penulis: Suhailah Naili Salsabila
